A B S T R A K
Sumber daya manusia adalah modal terbesar yang harus dipelihara dan dikembangkan dengan baik dan merupakan aset yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan pembawa kesuksesan bagi korporasi ataupun lembaga keagamaan.
Pembinaan adalah merupakan suatu bentuk strategi pengembangan sumber daya manusia oleh gereja guna pertumbuhan iman warga jemaat gereja itu sendiri.
Memang disadari bahwa tidak semua warga jemaat memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik atau iman yang baik sesuai dengan harapan gereja, oleh karenanya dipandang perlu suatu perencanaan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan demi pertumbuhan iman warga jemaat gereja itu sendiri. HKBP Bakom – Cileungsi adalah Gereja Kristen Protestan yang sangat merindukan pertumbuhan iman dari warga jemaatnya, dan senantiasa inovatif mencari yang terbaik guna peningkatan kualitas iman dari jemaatnya.
Ada banyak cara yang dilakukan di Gereja HKBP Bakom – Cileungsi untuk meningkatkan kualitas iman dari jemaatnya di antaranya adalah:
- Pelayanan Penggembalaan
- Pembimbingan (Counseling).
- Pelayanan melalui seminar-seminar.
Dengan pelaksanaan Pembinaan warga gereja di HKBP Bakom – Cileungsi secara berkesinambungan, akhirnya menghasilkan sbb :
- Jemaat semakin termotivasi untuk datang beribadah setiap minggunya. Hal ini terbukti dari jumlah kehadiran jemaat di gereja HKBP Bakom-Cileungsi dan jumlah kehadiran jemaat di Pos Pelayanan Kirab Remaja-Cileungsi.
- Anak-anak Sekolah Minggu semakin banyak datang beribadah di gereja, selain naik kendaraan yang disediakan gereja, banyak diantara mereka diantar sendiri oleh orang tuanya masing-masing. Dari laporan yang kami terima dari wilayah 1 hingga wilayah 8, tidak ada lagi keluarga yang menolak kebaktian rumah tangga di rumah mereka.
- Terlihat jelas kepedulian jemaat akan program kerja dan rencana anggaran yang diproyeksikan setiap tahunnya.
- Jemaat sudah mulai tergerak hatinya untuk memberikan kewajibannya ke gereja, juga menyumbang untuk pembangunan gereja dan pos pelayanan, terbukti hanya dalam beberapa bulan saja, telah berdiri pos pelayanan di daerah Kirab Remaja-Cileungsi yang bisa menampung sebanyak 300 jemaat dan pembangunannya pun masih terus berlangsung hingga saat penulisan tesis ini. Dengan demikian bahwa “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi adalah cukup signifikan
KATA PENGANTAR
Dengan menaikkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Magister Teologi (M.Th) di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
Penulisan tesis ini berjudul “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi”
Selain dari pada persyaratan guna memperoleh gelar Magister Teologi (M.Th), juga sebagai media bagi penulis untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah penulis peroleh selama ini.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penyusunan dan pembahasan pada tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun masih diperlukan demi sempurnanya tulisan ini. Adapun kekurangan, kesalahan dan kekeliruan yang ada semata-mata karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis saja. Berhasilnya penyusunan tesis ini adalah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak yang telah memberi dukungan selama ini, untuk itu dengan kebesaran hati yang tulus, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yth :
- Bapak Dr. Godlif Ubleeuw, MA, M.Pd, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
- Nikanor Tomatala, M,Th, M.Pd selaku Direktur Pasca Sarjana dan Doktoral.
- Segenap Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
- Keluarga tersayang yang telah memberi dukungan penuh terhadap penulis selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
- Ibunda tersayang yang sejak dulu mendoakan dan mendambakan anak-anaknya berhasil dan maju.
- Rekan-rekan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
yang menopang semangat dalam penyelesaian penyusunan tesis ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, semoga senantiasa di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta, Januari 2014
P e n u l i s
B A B I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah gereja yang dibawa oleh para zending tatkala menjajah bangsa Indonesia. Negara penjajah seperti Belanda, selain menjajah bangsa Indonesis, mereka juga mengabarkan Injil. Di satu sisi mereka menjajah dengan kekerasan, namun di sisi lain mereka ikut mengabarkan berita keselamatan. Jadi antara kolonialisme dan penginjilan hampir berjalan seiring. Setidak-tidaknya, ada tiga misi penginjilan utama protestan yang menyentuh dan berhasil membawa berita terang (injil) kepada orang Batak, bagian selatan dan utara pada masa keperintisan. Misi pertama diselenggarakan oleh para penginjil dari Ermelo Negeri Belanda yang tergabung dalam Nederlandsche Zending Vereeniging (NZV). Kegiatan Zending Ermelo yang dimulai sekitar tahun 1856 ini hanya terbatas di kawasan Tapanuli Selatan. Karena keterbatasan dana penunjang, sekitar tahun 1930 misi zending Belanda ini, yang kala itu sudah masuk bagian pelayanan Zending Java Commitee (ZJC), bergabung dengan misi Rheinesche Missions Gesellschaft (RMG) dari Barmen – Jerman.
Misi penginjilan kedua dilakukan oleh para zending dari RMG Jerman, berkebetulan memindahkan operasi penginjilannya di sekitar tahun- 1861 ke Tanah Batak, sebagai akibat pelayanannya yang terkendala dalam rangka Perang Banjar yang dilancarkan oleh Pangeran Hidayat kepada penjajah Belanda di Borneo (Kalimantan). Misi RMG inilah yang mengambil-alih atau meneruskan penginjilan yang telah dirintis oleh missionaris Van Asselt dan Klammer. Van Asselt sendiri yang seperti rekannya Klammer telah menggabungkan diri kepada RMG, membuka pos penginjilannya pada tahun 1862 ke arah utara, yakni lembah Pahae dan pada tahun 1864 diteruskan oleh zendeling Nommensen lebih ke utara lagi, yakni lembah Silindung.
Buah penginjilan RMG itulah yang kelak bertumbuh dan berkembang dari bentuk organisasi zending bernama Batak mission, berproses menjadi gereja yang memperoleh status badan hukum pada awal dasa warsa 1930 an. Kemudian menjadi gereja yang mandiri dengan nama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Sementara beberapa denominasi gereja protestan lainnya yang kelak memisahkan diri, atau mandiri dari Batak mission dan HKBP, antara lain adalah PKB kemudian menjadi GPKB. HChB menjadi HKI, GKPS, GKPI, GKPA, GKLI, GKPPD dan beberapa gereja lainnya. Eksistensi HKBP sendiri hingga saat ini, sering disebut-sebut orang sebagai denominasi gereja protestan terbesar di Asia.
Meskipun jumlah anggota jemaat dari kalangan orang Batak cukup signifikan dalam tubuh Gereja Methodist Indonesia (GMI), ternyata bagian Distrik Batak pada struktur organisasinya yang lama bukanlah berasal atau hasil kegiatan penginjilan yang diselenggarakan oleh RMG. Setidak-tidaknya ada tiga misi-penginjilan utama protestan yang menyentuh orang Batak Angkola dan Toba pada masa keperintisan. Penginjilan itu dilakukan oleh misi penginjilan yang ketiga, yakni Methodist Episcopal Church (MEC) yang berasal dari USA.
Sementara itu persentuhan orang Batak dengan Methodisme sekitar 50 tahun setelah permulaan pelayanan misi RMG, sebenarnya terjadi karena beberapa hal yang bersifat kebetulan. Sementara itu di Tanah Batak sudah mulai bersemi intrik-intrik dalam kalangan pengerja zending pribumi, di sekitar permulaan abad ke 20. Beberapa intrik diantaranya, diyakini oleh sebagian mereka dan pengamat sengaja dilakukan, atau setidak-tidaknya di kipas-kipasi oleh beberapa zending atasan mereka sendiri.
HKBP dan denominasi gereja-gereja lain yang seakar, maupun GMI, adalah sesama anggota Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI), karena dogma teologi mereka memang tidak berbeda. Bahkan jauh sebelum pembentukan Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (yang sekarang PGI), pada tingkat pimpinan dalam kedua organisasi gereja, HKBP dan Gereja Methodist, khusus untuk Distriknya yang berbahasa Batak, pernah ada gagasan untuk menggabungkannya dalam satu atap saja. Usulan yang muncul pada dasawarsa 1930-an adalah untuk menggabungkan warga Methodist berbahasa Batak itu menjadi Distrik ke V HKBP di daerah Sumatera Timur.
- Permasalahan
Masalah manusia adalah salah satu masalah yang universal, sehingga sumber daya manusia dalam jalur Struktural atau Manajerial harus bertumpu pada kemandirian nasional dan kepentingan bersama. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jalur Teknis Fungsional dilakukan melalui berbagai jenjang pembinaan khususnya bagi generasi muda.
Masalah atau opini di kalangan jemaat yang mungkin agak tabu dibicarakan secara terbuka, akibatnya banyak anggota jemaat yang tampaknya baik-baik saja, namun suatu saat suatu saat tiba-tiba menghilang tanpa pesan dan tidak lagi hadir dalam ibadah, hal ini jadi ancaman bagi perkembangan gereja.
Hal ini jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak sangat tidak baik terhadap pertumbuhan iman jemaat dan terhadap perkembangan gereja itu sendiri. Adapun permasalahan yang ingin penulis angkat ke permukaan dalam penulisan ini adalah “Menurunnya iman jemaat HKBP Bakom–Cileungsi akhir-akhir ini”. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijawab dalam penulisan tesis ini, yakni: Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi.
- Tujuan Penulisan
Dalam pengamatan yang dilakukan secara umum di HKBP Cileungsi, penulis ingin menetapkan sasaran dan tujuan sebagai berikut:
- Untuk mempelajari sejauh mana peranan pembinaan di HKBP Cileungsi.
- Untuk mengetahui berapa besar “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Jemaat HKBP Cileungsi”.
- Bukti nyata, dengan adanya pembinaan di HKBP Bakom – Cileungsi.
- Manfaat Penulisan
Penulis sangat mengharapkan agar hasil dari pengamatan ini dapat bermanfaat bagi:
- Kepentingan bagi penulis.
Untuk menambah pengetahuan dalam hal pengamatan dan meningkatkan kemampuan dalam bidang penulisan ilmiah baik berupa makalah ataupun penulisan ilmiah lainnya.
- Kepentingan bagi Akademis.
Untuk sebagai bahan koreksi dan tambahan koleksi serta merupakan langkah awal yang patut dikembangkan lebih lanjut.
- Kepentingan bagi HKBP Cileungsi.
Untuk dapat dipakai sebagai masukan yang berguna bagi HKBP Cileungsi, khususnya dalam hal sistem pembinaan.
- Definisi Istilah
Untuk menyamakan persepsi dari penulisan tesis ini, ada baiknya perlu diuraikan definisi yang ada kaitannya dengan judul yang disampaikan. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut:
- Pengaruh:
Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- Pembinaan:
Proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, atau usaha, tindakan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002 ).
- Warga Gereja:
Anggota, keluarga, jemaat, perkumpulan gereja (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- Terhadap:
Kata depan untuk menandai arah, kepada, lawan (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- Pertumbuhan:
Hal (keadaan) tumbuh. Perkembangan (kemajuan) dsb. (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- I m a n:
Kepercayaan dan keyakinan kepada Allah (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- J e m a a t:
Sehimpunan umat, jemaah (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).
- HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)
Lembaga atau Institusi keagamaan. Gereja Protestan tertua dan terbesar di Indonesia dan mayoritas komunitasnya adalah suku Batak yang berdiri sejak 07 Oktober 1861 dan berkantor pusat di Pearaja Tarutung – Tapanuli Utara.
- Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tesis ini penulis membagi dalam 6 (enam) bab dan tiap-tiap bab diuraikan lagi ke dalam sub bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini mencakup uraian tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi, sistematika penulisan dari tesis ini.
BAB II KEADAAN UMUM DAN SEJARAH BERDIRINYA HKBP CILEUNGSI
Uraian ini mencakup sejarah singkat HKBP Cileungsi, organisasi dan manajemen HKBP Cileungsi, struktur organisasi HKBP Cileungsi.
BAB III PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA KRISTEN DALAM GEREJA
Dalam bab ini penulis menguraikan landasan teori yang dipakai sebagai dasar penyusunan tesis, juga menguraikan pengertian atau definisi manajemen Sumber Daya Manusia, pembinaan, langkah-langkah penyusunan program pembinaan, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi pembinaan.
BAB IV PENGARUH PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT
Uraian ini berisi identifikasi variable penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam bab ini juga dibahas alasan-alasan menurunnya iman jemaat HKBP Bakom Cileungsi akhir-akhir ini.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang memberikan kesimpulan dari analisis yang digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi HKBP Cileungsi, kemudian penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
- Analisa Literatur
Dalam penulisan tesis ini, Penulis menggunakan beberapa literatur sebagai referensi utama, antara lain:
PTD Sihombing.
2004, Benih Yang Disemai Dan Buah Yang Menyebar: Menempa dan Membina Para Jemaat, Jakarta: Albert-Orem Ministry.
Dalam buku ini, penulis menguraikan strategi untuk menempa dan membina jemaat HKBP dan komunitas Batak, yang kadang masih melaksanakan penyembahan berhala seperti apa yang dilakukan oleh nenek moyang dulu. Ditekankan agar meninggalkan pola lama dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Jan S. Aritonang
1988 Sejarah Pendidikan Kristen Di Tanah Batak: Peningkatan Pembinaan Disiplin, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Dalam buku ini, penulis menguraikan sejarah pendidikan dan peningkatan pembinaan disiplin untuk umat kristen di tanah Batak atau umat HKBP pada khususnya.
J.L. Ch. Abineno
2006 Garis-Garis Besar Hukum Gereja: Gereja Dan Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Dalam buku ini, penulis menguraikan hukum gereja akan segala peraturan dan penetapan yang tepat yang digunakan oleh gereja untuk menata atau mengatur hidup dan pelayanannya di dalam dunia
SAE Nababan LLD
1988 Garis-Garis Besar Kebijaksanaan Pembinaan & Pengembangan Huria Kristen Batak Protestan, Pematang Siantar: Univ. HKBP Nomensen.
Dalam buku ini, diuraikan tentang: Pokok-pokok tugas panggilan HKBP, pembinaan dan pengembangan HKBP jangka enam tahun pertama dan jangka panjang, pendidikan HKBP, pendidikan teologi, pendidikan umum (non teologi), pendidikan formal, pendidikan informal, kesadaran nasional.
- Bons-Storm
2000 Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Dalam buku ini, penulis menguraikan akan hal gembala, tugas gembala, peranan firman Allah dalam penggembalaan, gembala dan jemaat, sifat-sifat seorang gembala, kunjungan pastoral, disiplin gerejani.
- Hutauruk
2002 Aturan dan Peraturan HKBP, Tri-Tugas Panggilan Gereja, Sipoholon- Tapanuli Utara: HKBP.
Dalam buku ini, dijelaskan mengenai aturan dan peraturan HKBP, Tri-tugas panggilan gereja, jemaat, resort, distrik, oekumene, organisasi, keanggotaan, uraian tugas-tugas dan bagan organisasi HKBP.
Marcus Rumampuk
2004 Mengapa jemaat tidak ke gereja? Untung ruginya ke gereja dan tidak ke gereja, Malang: Gandum Mas.
Dalam buku ini, penulis menjelaskan sampai 50 (lima puluh) alasan umum mengapa jemaat tidak ke gereja. Tulisan ini adalah paduan antara hasil perenungan Alkitab dan pemahaman situasi lapangan dalam kehidupan gereja dan jemaat.
Andreas B. Subayo
2004 Pengantar Riset Kualitatif & Kuantitatif, Riset Teologi dan Keagamaan, Bandung, Yayasan Kalam Hidup.
Dalam buku ini, penulis menguraikan: Arti dan Fungsi Penelitian, Ancangan dan Rancangan Penelitian, Penelitian Eksperimental dan Kuasi-Eksperimental, Penelitian Kuantitatif bukan Eksperimental, Penelitian Kualitatif bukan Eksperimental, Penelitian Kesejarahan.
PTD. Sihombing
2004 Arga Do Bona Ni Pinasa, masuknya Injil ke Tanah Batak, Jakarta: AOM (Albert Orem Ministry).
Dalam buku ini, penulis memaparkan: Masuknya injil ke Tanah Batak dibawa oleh Methodist Episcopal Church (MEC) dari Eropah dan Amerika. Dipaparkan juga penolakan dari komunitas Batak terhadap misi tersebut, namun dengan kegigihan pembawa misi tersebut, pada akhirnya injil dapat diterima oleh komunitas Batak dan inilah cikal bakal berdirinya HKBP.
Bisuk Siahaan
2005 Hehidupan Dibalik Tembok Bambu, Menangkis dan Memindahkan Malapetaka, Jakarta: Kempala Foundation.
Dalam buku ini, penulis memaparkan kehidupan orang Batak yang sangat percaya akan nasib yang tergantung pada roh leluhur dan para dewata, sihir dan penyembahan berhala, namun dengan masuknya injil, secara perlahan-lahan hal dimaksud mulai terkikis. Buku ini juga menguraikan tentang budaya peninggalan leluhur yang terancam punah.
B A B II
KEADAAN UMUM DAN SEJARAH BERDIRINYA
HKBP BAKOM – CILEUNGSI
- Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Bakom – Cileungsi
Gereja HKBP Cileungsi berdiri pada tanggal 30 Juli 1986 dengan kondisi yang sangat sederhana di satu rumah jemaat di daerah Pangkalan 7, Bakom – Cileungsi, Kabupaten Bogor. Rumah tersebut masih dihuni oleh yang punya dan berfungsi menjadi tempat ibadah pada setiap hari Minggu.
Jumlah jemaat saat itu hanya 35 kepala keluarga dan status sosial jemaat saat itu cukup memprihatinkan karena pada umumnya adalah sopir dan tukang tambal ban di pinggir jalan. Lama kelamaan jumlah jemaat terus bertambah karena Jakarta sudah mulai sesak, maka pada umumnya komunitas suku Batak yang baru datang dari Sumatera, mencari tempat tinggal adalah dipinggiran atau di luar kota Jakarta. Dengan semakin maraknya perumahan yang dibangun para pengembang di luar kota Jakarta, termasuk di Cileungsi dan sekitarnya termasuk di Griya Alam Sentosa, Limus Nunggal, Limus Pratam Regency, Cileungsi Elok, Cileungsi Hijau, Pondok Damai, Gandoang dll, maka jumlah anggota jemaat saat ini sudah 623 KK atau sekitar 3000 jiwa.
Status sosial ekonomi jemaat saat ini beraneka ragam dan ada yang sudah mulai membaik, jika dulu hampir semua jemaat masih mengontrak- rumah, sekarang boleh dikata sudah hampir 80% punya rumah sendiri walau dengan sistem cicil sebagaimana lazimnya yang berlaku di perumahan. Diantara jemaat yang selama ini dominan berprofessi sebagai sopir dan tukang tambal ban, sekarang sudah banyak yang karyawan di beberapa perusahaan atau pegawai di badan-badan pemerintahan, bahkan sudah ada yang dokter, pengacara, tentara, polisi, pengusaha, pejabat dll.
HKBP Cileungsi saat itu adalah menjadi cabang HKBP Bogor bersama-sama dengan HKBP lainnya seperti HKBP Cibinong, HKBP Depok Timur, HKBP Ciluar, HKBP Sukabumi dan HKBP Pelabuhan Ratu, namun pada tahun 2002, memisahkan diri dari HKBP Bogor dan bergabung dengan HKBP Cibinong, karena pada saat yang bersamaan HKBP Cibinong sudah berdiri sendiri dan diresmikan menjadi Resort. Dengan rahmat Tuhan yang luar biasa, HKBP Cileungsi kembali berdiri sendiri dan diresmikan menjadi Resort tepatnya pada bulan Oktober 2007.
Penulis cukup terkesan saat itu karena setiap ada event besar, biasanya saling undang-mengundang, sehingga sering mengunjungi dan sering pula dikunjungi. Demikian pula dengan pelayan sering ada rotasi sehingga ada warna baru dalam penyampaian khotbah. Penulis sendiri sering mendampingi kategorial berkunjung kemana-mana karena penulis dari dulu dipercayai membawahi kategorial, yang terdiri antara lain: Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, kaum Perempuan, dan kaum Bapa.
Sehubungan dengan penulis adalah delegasi dari Gembala Sidang jika sedang bertugas mendampingi kategorial berkunjung ke beberapa gereja, maka penulis sering di daulat untuk memberi motivasi atau pandangan-pandangan secara khusus kepada kategorial yang ada di gereja yang sedang dikunjungi, atau bahkan diminta bertugas sebagai pengkhotbah pada ibadah minggu saat itu. Penulis sangat terkesan jika sampai diminta membawakan seminar terutama kepada muda mudi yang ada di gereja yang sedang dikunjungi. Kadang harus ekstra kerja keras jika penulis diminta untuk membawakan seminar yang topiknya misalnya: ”Berpacaran yang benar sesuai dengan kekristenan, Dimanakah jodoh?, Bagaimana menikmati masa muda?. dll”. Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan jika apa yang dipresentasikan sangat menyentuh dan dapat memberkati para audience, karena memang tujuan hidup penulis adalah: ”Agar Menjadi Orang Bermakna”.
Walaupun secara umum kondisi jemaat saat itu adalah golongan eknomi lemah, namun semangat membangun rumah Tuhan tetap berkobar-kobar. Berkat rahmat Tuhan yang penuh berkat, seorang anak Tuhan pengusaha Batak bersedia menghibahkan tanahnya seluas 1000 (seribu) meter persegi untuk tempat pembangunan rumah Tuhan. Tepatnya Oktober 1987, tempat ibadah pindah dari rumah biasa ke gereja yang bangunannya masih sangat sederhana dari triplex dan tanpa dinding. Dengan iman semua terlibat menyokong pembangunan gereja terutama panitia pembangunan, dengan- kerja keras mencari dana kesana kemari termasuk ke Jakarta. Penulis tahu persis akan pahit getirnya dalam pencarian dana dimaksud karena memang terlibat selaku wakil Ketua Pembangunan Gereja.
Di atas tanah seluas seribu meter persegi, dimulailah pembangunan gedung gereja yang mana pesta peletakan batu pertama, telah dilaksanakan pada Minggu, 22 September 1991. Acara tersebut dimeriahkan oleh artis Batak Ibu Kota. Dana yang dapat terkumpul pada saat pesta dimaksud digunakan untuk bangunan seadanya, yang penting semakin nyaman dipakai untuk beribadah.
Pesta pembangunan gereja yang pertama sekali dilakukan adalah Minggu 12 September 1993, sehabis ibadah minggu. Firman Tuhan yang mendasari pesta pembangunan saat itu adalah dari Hagai 1:8 dan 2:10: ”Jadi naiklah ke gunung , bawalah kayu, bangunlah rumah itu, maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman Tuhan. Adapun rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahan semula, firman Tuhan semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikian firman Tuhan”.
Pesta tersebut dimeriahkan oleh artis-artis Batak dari Ibu Kota, termasuk Paduan Suara Exaudia dari HKBP Jalan Jambu–Menteng yang sudah cukup terkenal dan sudah melalang buana ke Eropah dan Amerika. Dana yang didapat dari hasil pesta tersebut langsung digunakan untuk renovasi bangunan gereja dan sound system, dan mulai saat itu sudah mulai- ada kenyamanan disaat beribadah, tidak seperti sebelumnya sering jemaat dipenuhi debu pada saat angin bertiup cukup kencang, namun persoalan baru timbul yang mana sangat panas jika sudah siang hari, angin tidak lagi bebas keluar masuk karena sudah di pasang dinding.
Pesta pembangunan gereja yang kedua kali dilakukan tepatnya pada Minggu, 19 Oktober 1997, sama seperti di atas dilakukan setelah ibadah Minggu. Beberapa Paduan Suara dari HKBP lainnya diundang saat itu juga artis-artis Batak Ibu Kota untuk memeriahkan pesta pembangunan gereja dimaksud. Adapun dana yang dihasilkan pada pesta dimaksud digunakan untuk membangun tempat penjaga gereja, ruang sermon, ruang konsistori dan renovasi kamar kecil. Sudah sejak dulu hingga saat ini bahwa pada setiap ibadah Minggu pertama setiap bulannya, persembahan kedua diantarkan kedepan altar guna pembangunan gereja.
Adapun salah satu permasalahan yang dialami gereja saat ini adalah bahwa hingga sekarang gereja HKBP Cileungsi belum memiliki sertifikat IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Penyebabnya adalah bukannya tidak diurus, sejak tahun 1988 hingga sekarang sudah terus–menerus diurus, bahkan penulis sendiri sempat terlibat di dalam pengurusan tersebut, namun selalu saja mentok dan gagal, walau semuanya mendukung termasuk warga sekitar dengan membuat pernyataan disertai tanda tangan dan foto copy KTP dan KK masing-masing. Dengan adanya keputusan bersama dua menteri, maka pengurusan IMB gereja harus kembali dari awal lagi, namun itupun telah- dijalankan tahap per tahap, namun kembali setelah dalam fase terakhir terhambat lagi, dengan alasan macam-macam, pergantian pejabatlah, inilah dan itulah. Sungguh wajar jika ada yang mempertanyakan kepada pemerintah: ”Mengapa justru lebih gampang mengurus ijin tempat maksiat dari pada ijin tempat ibadah di negara yang sudah merdeka seperti di Indonesia ini?”. Sementara gereja jika tidak memiliki IMB, diancam dirobohkan, anehnya tempat ibadah kepercayaan tertentu tidak memiliki IMB pun tidak ada masalah bahkan digubrispun tidak.
Sungguh anugerah Tuhan Yesus Kristus selaku Raja Gereja, gereja HKBP Cileungsi dapat berdiri ditengah-tengah penduduk lokal yang cukup fanatik, tidak pernah diusik bahkan keberadaannya didukung oleh penduduk sekitar. Adapun hal ini terjadi barangkali karena saling membutuhkan, sebagai contoh, dengan berdirinya gereja HKBP Cileungsi di Pangkalan 7, Bakom – Cileungsi, jalan kekampung tidak lagi berlumpur atau becek, karena gereja membangun jalan sampai dengan hot mix.
Kerja sama yang baik dan saling harga-menghargai juga terus kami jalin, misalnya, pada saat Idul Adha berlangsung, gereja sering mempersembahkan kambing untuk dipotong guna masyarakat sekitar, juga pada setiap ada event besar, misalnya perayaan hari ulang tahun kemerdekaan (17 Augustus) setiap tahunnya, gereja juga secara aktif memberi dukungan dana sekedarnya guna dapat dimeriahkan oleh masyarakat sekitar gereja.
Hal saling bersinergi dan saling menghargai seperti ini, akan terus kami pertahankan dan tingkatkan di masa mendatang guna relasi tetap kondusif. Hal yang sangat fantastis terjadi sekitar dua tahun silam, dimana gerombolan kaum tertentu datang berbondong-bondong lewat dari samping gedung gereja dan langsung melakukan penyegelan terhadap 3 (tiga) gereja tetangga yang berdiri tepat di belakang bangunan gereja HKBP Cileungsi. Mereka juga mendeklarasikan bahwa gereja HKBP Cileungsi adalah satu-satunya yang sudah diakui dan terdaftar di Kecamatan Cileungsi dan di Kabupaten Bogor.
- Pembagian tugas-tugas di HKBP Cileungsi:
- Pimpinan Jemaat atau Gembala Sidang:
- Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tri-tugas panggilan gereja.
- Memimpin pelayanan tahbisan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
- Mimimpin rapat jemaat, rapat pelayan, rapat pelayan tahbisan dan rapat pemilihan pengurus-pengurus dewan, seksi dan panitia pembangunan.
- Melaksanakan keputusan Sinode Agung. Majelis Pekerja Sinode, sinode distrik, mejelis pekerja sinode distrik, rapat resort, rapat majelis resort, rapat jemaat dan rapat pelayan tahbisan.
- Mengawasi, membimbing, dan menikngkatkan mutu pelayanan di bidang penatalayanan dan administrasi jemaat.
- Menerima laporan pertanggungjawaban setiap dewan.
- Menyampaikan laporan pelayanan, statistik, dan keuangan jemaat ke pendeta resort, dan rapat jemaat.
- Majelis Perbendaharaan:
- Membantu pimpinan jemaat menyusun rencana kerja, anggaran belanja, dan tata harta jemaat untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan.
- Mengelola administrasi jemaat yang mencakup administrasi umum, maupun sarana dan prasarana.
- Mengadakan sarana dan prasarana sesuai dengan program kerja dan anggaran jemaat.
- Mengatur semua harta kekayaan jemaat demi keteraturan penggunaan, penempatan, dan pengawasannya.
- Menentukan harta benda yang tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan ketentuan untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan supaya dibahas dan ditetapkan.
- Membuat laporan berkala tentang pengelolaan harta dan administrasi jemaat untuk disampaikan kepada pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang ditentukan.
- Bendahara Jemaat:
- Menghimpun, menghitung, menyimpan semua uang jemaat yang bersumber dari berbagai kegiatan yang dilakukan jemaat.
- Membayar dengan uang jemaat segala keperluan yang berhubungan dengan berbagai kegiatan di jemaat sesuai dengan keputusan rapat pelayan tahbisan, dengan persetujuan pimpinan jemaat.
- Membuat berita keuangan jemaat melalui warta jemaat, dan laporan tertulis, stensilan atau cetakan pada minggu pertama setiap bulan, setiap triwulan atau setiap semester.
- Menyimpan uang jemaat di bank atau di kantor pos terdekat, kecuali keperluan sehari-hari yang dapat disimpan di brandkas sesuai dengan keputusan rapat pelayan tahbisan.
- Mengirimkan semua uang yang pantas diserahkan ke resort, distrik, dan kantor pusat HKBP dengan persetujuan pimpinan jemaat.
- Mengatur semua uang jemaat melalui pembukuan uang masuk dan keluar. Semua bendahara dewan dan seksi yang memegang kas kecil dianggap sebagai wakil bendahara jemaat.
- Memberikan pertanggungjawaban kepada pimpinan jemaat dan rapat pelayan tahbisan.
- Sekretaris Gereja:
- Mengelola administrasi kegiatan gereja.
- Mempersiapkan dan melaksanakan yang perlu bagi rapat-rapat.
- Menerima surat-surat masuk dan mengirim surat-surat keluar.
- Membuat evaluasi dan laporan pertanggungjawaban setiap periode tertentu.
- Dewan atau Komisi:
Sesuai dengan tri-tugas panggilan gereja, ada tiga dewan di jemaat yaitu: dewan koinonia, dewan marturia, dan dewan diakonia, dan di bawah dewan masih ada seksi-seksi. Adapun tugas-tugasnya sebagai berikut:
- Menerima usul rencana tahunan dan anggaran dari setiap seksi.
- Menyusun rencana tahunan dan anggaran dewan yang akan disampaikan kepada pimpinan jemaat untuk dibahas dalam rapat pelayan tahbisan, dan ditetapkan oleh rapat jemaat.
- Mengkoordinasikan semua seksi dalam melaksanakan rencana tahunan dan anggaran yang telah ditetapkan oleh rapat jemaat.
- Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana tahunan dan anggaran setiap seksi.
- Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan jemaat.
- 1. Dewan atau Komisi Koinonia:
Dewan koinonia adalah organ yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikiran, dan seperasaan di jemaat yang mencakup seksi sekolah minggu, remaja, pemuda, perempuan dan bapak.
- 1. 1. Seksi Sekolah Minggu:
- Membimbing anak-anak sekolah minggu dalam belajar firman Allah.
- Membimbing anak-anak sekolah minggu dalam perkembangan pemahaman keagamaan dan kegerejaan.
- Membimbing anak-anak sekolah minggu sesuai dengan pola pendidikan sekolah minggu yang telah ditetapkan oleh HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan kepada pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 1. 2. Seksi Remaja:
- Membimbing remaja untuk mempelajari firman Tuhan.
- Membimbing remaja dalam perkembangan pemahaman keagamaan.
- Membimbing remaja sesuai dengan pola pelaksanaan seksi remaja yang telah ditetapkan oleh HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan terhadap remaja dan menyampaikannya kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 1. 3. Seksi Pemuda:
- Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap pemuda tentang penghayatan firman Tuhan agar semakin berkembang menuju kedewasaan iman.
- Membimbing pemuda supaya semakin dewasa dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan, terutama sekali- tentang posisi dan kehidupan pemuda, agar semakin dewasa di dalam iman.
- Membimbing pemuda sesuai dengan pola pelaksanaan Seksi Pemuda yang ditetapkan oleh HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan pemuda yang akan disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 1. 4. Seksi Perempuan:
- Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap perempuan tentang penghayatan firman Tuhan agar senmakin berkembang menujun kedewasaan iman.
- Membimbing perempuan supaya semakin berkembang dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan, terutama sekali tentang posisi dan kehidupan perempuan, agar semakin dewasa di dalam iman.
- Membimbing perempuan sesuai dengan pola pelaksanaan Seksi Perempuan yang telah ditetapkan oleh HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan perempuan yang akan disampaikan kepada ketua dewan- koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 1. 5. Seksi Bapak:
- Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap kaum bapak tentang penghayatan firman Tuhan agar semakin berkembang menuju kedewasaan iman.
- Membimbing kaum bapak agar semakin dewasa dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan terutama tentang posisi dan kehidupan kaum bapak agar semakin dewasa dalam iman.
- Membimbing kaum bapak sehubungan dengan pola pelaksanaan Seksi Bapak yang sudah ditentukan oleh HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan kaum bapak yang akan disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat dengan waktu yang sudah ditentukan.
- 2. Dewan atau Komisi Marturia:
Dewan Marturia adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan kegiatan pemberitaan injil di tengah-tengah jemaat dan masyarakat yang mencakup seksi pekabaran injil dan seksi musik.
- 2. 1. Seksi Pekabaran Injil atau Sending:
- Melaksanakan pemberitaan injildi dalam HKBP sendiri.
- Melaksanakan pemberitaan injil ke luar HKBP.
- Menghimpun persembahan, dana melalui donator dan kegiatan-kegiatan lain untuk menyokong kegiatan pekabaran injil yg lebih luas.
- Menjalankan program pekabaran injil HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya untuk disampaikan kepada ketua dewan marturia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
- 2. 2. Seksi Musik:
- Memberikan bimbingan dalam hal kegiatan musik vokalia dan instrumentalia di jemaat, untuk memberitakan firman Allah.
- Menyediakan keperluan-keperluan yang berhubungan dengan kegiatan musik vokalia dan instrumentalia.
- Meningkatkan kelompok-kelompok paduan suara dan kelompok-kelompok pemusik.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan marturia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 3. Dewan atau Komisi Diakoni:
Dewan diakoni adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan pelayanan diakonia, meningkatkan pengetahuan dan kesehatan, demikian juga melaksanakan percakapan dan komunikasi dengan masyarakat sekitar maupun pemerintah, yang mencakup seksi diakoni sosial, seksi pendidikan, seksi kesehatan, dan seksi kemasyarakatan.
- 3. 1. Seksi Diakoni Sosial:
- Melaksanakan pelayanan diakonia ditengah-tengah jemaat itu sendiri bagi warga yang memerlukan bantuan dari jemaat.
- Melaksanakan pelayanan diakonia sosial kepada orang-orang yang terpenjara, panti-panti asuhan, dan orang lain di luar jemaat itu sendiri.
- Menghimpun sumbangan, dana dari donator dan sumber-sumber lain untuk melaksanakan pelayanan diakonia yang lebih luas.
- Menjalankan program diakoni sosial HKBP.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakonia sosial dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
- 3. 2. Seksi Pendidikan:
- Melaksanakan kegiatan pendidikan atau pengajaran dan pelatihan ditengah-tengah warga jemaat dan sekitarnya sesuai dengan keperluan masyarakat dan bangsa.
- Mengupayakan dan mengembangkan kerjasama
pendidikan atau pelatihan dan lapangan kerja yang tepat guna.
- Menghimpun sumbangan, dana dari berbagai sumber untuk pelaksanaan beasiswa kepada putra-puteri warga jemaat yang memerlukannya.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
- 3. 3. Seksi Kesehatan:
- Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga jemaat dan masyarakat sekitarnya yang memerlukannya.
- Memberikan penerangan kepada warga jemaat dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan.
- Menghimpun sumbangan atau dana untuk membantu pembangunan kesehatan masyarakat.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya, yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- 3. 4. Seksi Kemasyarakatan:
- Merencanakan dan melaksanakan pembinaan untuk mengembangkan hubungan yang konstruktif dengan pemerintah dan golongan-golongan masyarakat sebagai perwujudan dari visi HKBP yg inklusif dan dialogis.
- Memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan diberbagai bidang- kehidupan, serta merencanakan dan menentukan sikap HKBP berkenaan dengan perkembangan-perkembangan yang ada.
- Merencanakan dan melaksanakan usaha-usaha meningkatkan kehidupan masyarakat dan pemeliharaan lingkungan hidup.
- Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya, yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun kepersonaliaan HKBP Cileungsi tahun 2008 saat ini adalah:
- Pendeta ada 2 (dua) orang.
- Penatua ada 32 (tiga puluh dua) orang
- Guru Sekolah Minggu ada 12 (dua belas) orang.
- Organist ada 8 ( delapan) orang.
- Diregent Koor ada 8 (delapan) orang.
Struktur Organisasi HKBP Cileungsi
Dewan/Komisi
Perbendaharaan |
|
Dewan atau Komisi Koinonia
|
|
Dewan atau Komisi
Koinonia |
|
Dewan Atau Komisi Marturia
Dewan atau Komisi Diakonia
BAB III
PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA KRISTEN
DALAM GEREJA
- Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Suatu bentuk setiap organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien perlu memperhatikan faktor manusia, karena faktor manusia adalah unsur yang sangat penting demikian pula disuatu gereja. Manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai martabat, perasaan dan mempunyai satu tujuan, maka suatu organisasi atau gereja akan mengalami kegagalan dari apa yang ditetapkan sebagai tujuannya apabila kurang memperhatikan faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu sistem manajemen dan sumber daya manusia menitik beratkan tenaga manusia sebagai faktor penghasil kerja. Sebelum membahas mengenai pengertian dan fungsi manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian manajemen.
Menurut Alex S. Nitisemito bahwa: “Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan kegiatan melalui orang lain”.[1] Hal ini berarti manajemen hanya dapat dilaksanakan bila dalam pencapaian tujuan tersebut dilakukan oleh lebih dari seorang, oleh karena itu makin banyak melibatkan orang dalam pencapaian sasaran dan tujuan makin besar pula peranan manajemen.
Adapun manajemen menurut Prof. Dr. Sukanto adalah: ”Manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif”.[2]
Orang yang menjalankan fungsi manajemen disebut manajer, yang selain menjalankan fungsi-fungsi tersebut juga mempunyai tugas untuk dapat menciptakan suasana kerja yang sedemikian rupa sehingga seluruh karyawan mempunyai semangat dan motivasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Manajemen berhubungan dengan berbagai sumber daya yang bersifat fisik maupun non fisik.
Untuk lebih memahami persoalan manajemen personalia dan manajemen sumber daya manusia, maka dapat diuraikan definisinya sebagai berikut:
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.”[3]
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen personalia adalah manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian atau karyawan dalam suatu badan tertentu. Sampai saat ini belum ada suatu perusahaan atau instansi yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya tanpa memerlukan karyawan. Ada kecenderungan makin besar lembaga atau instansi, maka makin besarlah kebutuhan sumber daya manusianya dan meskipun telah ditemukan mesin-mesin modern yang serba otomatis, akan tetapi bagi lembaga atau instansi sampai saat ini masih belum ada yang dapat melaksanakan tugasnya tanpa memerlukan tenaga manusia.
- Fungsi-Fungsi Manajemen
Definisi manajemen personalia harus mencakup fungsi manajemen dan fungsi operasional, yakni sebagai berikut ini:
- Perencanaan atau (Planning).
Setiap manajer yang efektif menyadari bahwa sebagian besar dari waktu mereka harus disediakan untuk perencanaan. Bagi manajer personalia, perencanaan berarti penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang ditetapkan. Dalam proses penentuan sasaran sangat diperlukan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari manajer personalia, dengan keahliannya dalam bidang sumber daya manusia.
- Pengorganisasian (Organizing).
Perencanaan yang telah ditetapkan memerlukan suatu organisasi untuk melaksanakannya, dalam hal ini organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Jika perusahaan telah menetapkan- fungsi-fungsi personalia maka manajer personalia akan menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik.
Mengingat betapa rumitnya hubungan antara bagian-bagian yang ada, maka banyak pimpinan perusahaan yang mengharapkan agar manajer personalia dapat memberikan saran untuk organisasi secara keseluruhan.
- Pengarahan (Directing).
Setelah dibentuk organisasi, maka diperlukan fungsi berikutnya yaitu melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tugas dan pekerjaan operasi. Fungsi ini sangat penting karena merupakan fungsi yang “menghidupkan“. Fungsi pengarahan ini berarti mengusahakan agar sumber daya manusia dapat bekerja secara produktif, efisien dan efektif.
- Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengaturan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar organisasi.
Menurut T. Hani Handoko adalah:
“Pembinaan (building) mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memotivasi, menuntun, mengarahkan, memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian dan menyiapkan sumber daya manusia untuk memegang-tanggung jawab pekerjaan pada waktu yang akan datang”.[4]
Jadi pembinaan adalah suatu proses pelajaran jangka panjang dengan menggunakan cara yang sistematis dan terorganisir yang diadakan oleh pimpinan dengan mempelajari konsep-konsep dan pengetahuan teoritis untuk pendidikan umum jangka panjang.
- Pengertian Program Pembinaan.
Dalam beberapa pembahasan buku manajemen personalia maupun manajemen sumber daya manusia, mendefinisikan istilah pembinaan dan pelatihan atau training hampir dalam pengertian yang sama, karena selalu berkaitan walaupun masing-masing mempunyai pengertian yang saling membedakan secara hakiki.
Pengertian program pembinaan atau yang sering disebut training adalah pengembangan karyawan yang diartikan dengan usaha meningkatkan motivasi, keterampilan maupun pengetahuan umum untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih efisien. Dalam hal ini pembinaan dimaksudkan dalam pengertian yang luas sehingga tak terbatas hanya pada usaha untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan.
Untuk mencapai tujuan dengan baik maka setiap organisasi umum maupun organisasi keagamaan perlu mempunyai sumber daya manusia yang dapat melaksanakan tugasnya secara efisien. Tujuan ini dapat dicapai dengan baik jika para sumber daya manusianya mempunyai keterampilan dan kemampuan yang dapat ditempuh melalui program pembinaan dan pelatihan. Bahkan para sumber daya manusia yang sudah berpengalaman juga perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedurnya. Mereka juga mungkin memerlukan latihan yang lebih lanjut untuk mengerjakan tugas lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan organisasinya.
Adapun menurut T. Hani Handoko bahwa: “Pembinaan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan pelaksanaan kerja tertentu, terperinci dan rutin”.[5]
Adapun pembinaan menurut Yudo Swasono adalah: “Pembinaan adalah kegiatan yang dirancang oleh organisasi untuk memberi fasilitas bagi para karyawan yang mempunyai kaitan dengan motivasi pengetahuan dan keterampilan kerja.”.[6] Sedangkan Alex S. Nitisemito mendefinisikan sebagai berikut:
“Pembinaan adalah suatu kegiatan dari organisasi yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan dan memperkembangkan sikap, tingkah -laku, keterampilan dan pengetahuan dari para sumber daya manusia sesuai dengan keinginan dari organisasi yang bersangkutan”.[7]
Pembinaan merupakan bagian dari Teologi Praktika. Beberapa ahli teologi sudah berusaha untuk merumuskan pembinaan itu, misalnya Thurneysen, dalam bukunya yang terkenal tentang pembinaan. “Pembinaan merupakan suatu penerapan khusus Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam khotbah gereja disampaikan kepada semua orang”.[8]
Dr. J.W. Herfst mengatakan bahwa tugas pembinaan itu ialah: “Menolong setiap orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah, dan mengajar orang untuk mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya, dalam sitruasi sendiri”.[9]
Dr. H. Faber berkata: “Pembinaan itu ialah tiap-tiap pekerjaan, yang di dalamnya si pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbahnya, atas kepribadian orang, yang pada saat itu dihubunginya”.[10] Dalam hal ini Dr. Faber pertama-tama tidak menekankan apa yang diucapkan oleh pelayan itu (pendeta, penatua, dsb), tetapi bagaimana perkataannya itu diterima oleh setiap anggota jemaat,
dan bagaimana itu mempengaruhi kepribadian, yaitu pikiran, perasaan, dan pengakuan mereka. Jikalau membandingkan ketiga contoh di atas, maka nyatalah, bahwa dalam setiap rumusan yang ditekankan adalah manusia secara pribadi. Yang penting juga ialah relasi antara pelayan dan anggota jemaatnya.
- Hubungan Antara Pembinaan dan Pengembalaan.
Banyak gereja di Indonesia, usaha pembinaan di tahun-tahun belakangan ini telah berjalan dengan baik. Pokok atau Obyek pembinaan itu ialah jemaat. Berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab, jemaat berusaha mencari tahu apa artinya menjadi ”jemaat Kristus” kini, di dunia ini. Orang bersama-sama menelaah Alkitab, mengadakan dan mendengarkan ceramah-ceramah itu sesuai dengan pemahaman Alkitab. Setiap orang didorong untuk turut berpikir secara aktif. Yang penting ialah jemaat dibina untuk melihat dan menerima panggilan dan tugasnya di dunia ini.
Suatu persamaan penting antara pembinaan dan penggembalaan ialah, bahwa setiap orang yang ambil bagian di dalamnya, diransang untuk ikut memikirkan secara aktif dan untuk melihat dan menyambut tanggung jawab sendiri. Ada banyak juga perbedaan: Pokok atau Obyek pembinaan itu ialah jemaat. Pokok atau Obyek penggembalaan itu ialah anggota jemaat. Penggembalaan dan pembinaan adalah saling melengkapi Firman Allah, cinta kasih dan penyataan diri-Nya sendiri, merupakan dasar untuk kebaktian, pembinaan dan penggembalaan. Dalam pembinaan: Apakah artinya menjadi atau merupakan jemaat Kristus?. Dalam penggembalaan: Apakah artinya menjadi atau merupakan anggota jemaat Kristus? Dalam kebaktian: Jemaat belajar apa yang terdapat dalam Firman Allah. Jemaat merayakannya bahwa ia boleh tergolong kepada jemaat Kristus. Jemaat berdoa bersama untuk dunia dan dirinya sendiri.
- Pembinaan watak dan kerohanian warga gereja HKBP.
Penerapan strategi volks christian membuat fungsi usaha pendidikan Batak-mission berkembang menjadi sarana pembinaan dan pendalaman watak dan kerohanian warga jemaat yang baru menjadi kristen. ”Sekolah zending mengalami kemunduran bila sekolah itu menjadikan peralihan formal kepada agama kristen sebagai syarat yang harus dipenuhi murid-muridnya sebagai tujuan untuk pembinaan”.[11] Halnya demikian karena Batak-mission tidak ingin bila kekristenan orang Batak hanya bersifat nominal superfisial (dangkal) saja. Mereka juga ingin memiliki pemahaman dan penghayatan yang mendalam atas injil atau kekristenan yang mereka terima, agar pada gilirannya Injil itu membawa pembaruan hidup, yang diawali dengan pembaruan watak dan tingkah laku.
Keinginan atau cita-acita itu hendak dicapai melalui upaya dan proses pembinaan dan pendidikan. Proses pembinaan dan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya memang berlangsung dalam setiap aktivitas Batak-mission. Metode yang digunakan Batak-mission untuk mencapai tujuan itu pertama-tama adalah memberi porsi yang besar kepada mata-mata pelajaran religius (kendati hal ini menimbulkan bentrokan dengan pihak pemerintah). Batak-mission menerapkan pembinaan disiplin, watak dan kerohanian di semua jenis dan tingkatan sekolahnya, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki asrama. Melalui proses pembinaan dan gemblengan yang ketat itu Batak-mission- berharap bahwa para lulusan sekolahnya menjadi warga dan pelayan gereja yang memiliki kualitas mental, moral dan spiritual kristiani yang tinggi, dan pada gilirannya menularkan semua itu kepada warga gereja dan masyarakat pada umumnya.
Tidaklah mudah mengatur ataupun menunjukkan hasil pembinaan melalui sekolah ini dalam diri warga gereja, khususnya pada mereka yang merupakan produk sekolah-sekolah Batak-mission. Kendati demikian ada beberapa indikator yang memperlihatkan dampak positif pembinaan ini dalam kehidupan warga gereja atau masyarakat Kristen Batak.
Adapun sasaran atau tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan ini adalah:
- Perubahan pada watak dan perilaku
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, pada mulanya para zendling menilai orang Batak malas, jorok, tidak sopan, kurang menghargai waktu, suka bertikai, pembohong, sembrono dsb. Tetapi setelah orang Batak itu menjalani pendidikan dan pembinaan di sekolah (maupun di jemaat) penilaian para zending-zending berangsur-angsur semakin positif. Terutama para murid dan tamatan sekolahnya oleh para zending dinilai semakin memperlihatkan watak dan perilaku baru: rajin, bersih, tertib, menghargai waktu, suka berdamai, sopan dsb. Penilaian dan pengamatan yang sama juga-dikemukakan para pengamat pribumi tertentu, yang juga adalah produk sekolah-sekolah Batak-mission.[12]
- Semangat yang tinggi untuk membina
Hanya sebagian kecil tamatan sekolah-sekolah Batak-mission yang menjadi pengerja gereja professional, yakni tamatan seminari dan lembaga-lembaga pendidikan pengerja gereja lainnya. Sebagian besar tetap tinggal sebagai warga gereja biasa[13]. Tetapi mereka ini sangat bersemangat dan berperan besar dalam menyebarluaskan injil kepada masyarakat sekitar yang belum Kristen dan dalam bentuk jemaat-jemaat baru. Kenyataan ini paling jelas terlihat di daerah-daerah diaspora, baik di ”koloni-koloni baru[14] ” maupun di kota-kota. Sejalan dengan itu banyak tamatan sekolah-sekolah umum Batak-mission, termasuk tamatan sekolah-sekolah Belanda yang menjadi tokoh pimpinan di jemaat-jemaat Gereja Batak, baik yang berada di Tanah Batak maupun yang berada di daerah diaspora. Tetapi tidak selalu Batak-mission berhasil berhasil mengikis watak atau sifat orang Batak yang dinilainya negatif, walaupun sesudah menjadi Kristen dan dibina serta digembleng di sekolah-sekolahnya. Di antara sifat yang dinilai negatif, menurut para zending yang paling menonjol adalah adalah sifat materialistis dan gila pangkat. Bahkan menurut mereka sifat ini semakin berkobar dalam diri orang Batak yang sudah menikmati pendidikan, termasuk tamatan seminari. Apalagi setelah pemerintah kolonial memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi pegawai dan setelah kultur modern yang menerobos deras ke Tanah Batak menawarkan beraneka ragam produk konsumtif, tak sedikit dari terpelajar itu yang enggan melakukan pekerjaan tangan dan menjadi penganut gaya hidup yang kebarat-baratan, kenyataan yang di mata para zending merupakan kulturkarikatur[15].
Menghadapi kenyataan ini para zendling tidak menyerah begitu saja, mereka tidak jemu-jemunya menghimbau masyarakat dan warga jemaat untuk menanggalkannya, dan berbarengan dengan itu mereka meningkatkan upaya pengikisan sifat itu melalui sistem pendidikan di sekolah. Melalui semua itu mereka sekaligus hendak menanamkan etos kerja baru pada diri murid sekolah dan warga jemaat atau masyarakat, yakni bahwa tujuan bersekolah dan bekerja bukanlah untuk meraih pangkat dan materi, melainkan berkarya demi kepentingan seluruh warga masyarakat dan gereja. Upaya ini didasarkan Batak-mission pada keyakinan bahwa ”Kekristenan mempermulia pekerjaan[16], keyakinan yang tidak terlepas dari wawasan Erzieehung Arbeit yang diwariskan Fabri.
Batak-mission menyadari bahwa sifat materialistis dan gila pangkat itu tak terlepas dari falsafah hidup yang sudah dimiliki orang Batak sebelum kedatangan zending. Ia juga menyadari bahwa sifat itu ditunjang oleh sifat-sifat lain yang tidak mesti dinilai negatif, antara lain semangat belajar yang tinggi, ambisi untuk maju dan solidaritas, serta keterbukaan dan rasa tertarik yang besar akan hal-hal baru. Ia juga mengakui bahwa semua sifat itu didukung oleh kecerdasan dan kecakapan intelektual yang dimiliki orang Batak pada umumnya secara alamiah: daya ingat yang yang kuat, kecepatan menangkap pelajaran, kegemaran akan ilmu hitung dsb. Tetapi Batak-mission ingin agar semua itu terlebih dahulu ditaklukkan kepada Injil. Dengan kata lain Batak-mission ingin agar orang Batak terlebih dahulu mencapai kemajuan dan kematangan mental, moral dan spiritual, baru kemudian kemajuan intellektual dan sosial-ekonomis. Sebab walaupun tujuan Batak-mission adalah memajukan orang Batak di segala bidang, namun yang pertama dan terutama adalah di bidang mental, moral dan spiritual.
Batak-mission menghendaki agar pemurnian nilai-nilai tradiosional yang positif itu dilakukan dengan melepaskannya dari- akar dan konteks kepercayaan (agama) Batak lama, lalu ditaklukkan dan dilebur ke dalam sistem nilai Kristiani Barat. Dalam kenyataannya peleburan atau kohesi itu tidak selalu berhasil, sehingga sering terlihat adanya standar ganda dalam kehidupan orang Batak Kristen, termasuk dalam diri mereka yang berpendidikan, terutama dalam hal moral: ada standar moral kristiani di samping standar moral Batak tradisional.
Dalam hubungan dengan standar moral ganda ini, sistem internaat (asrama) yang selalu dipujikan kalangan Batak-mission sebagai sitem yang sangat berhasil dalam rangka pembinaan watak dan kerohanian murid-muridnya juga tak luput dari kritik penganut tertentu. Walaupun Batak-mission berusaha membuat agar sistem pendidikannya (termasuk sistem asrama) jangan sampai membuat murid-muridnya terasing dari lingkungannya, tetapi Fischer, misalnya melihat bahwa asrama itu membuat para siswa sedikit banyak terasing dari lingkungannya atau merasa diri lebih tinggi dari mereka yang berada di luar asrama. Tetapi setelah mereka keluar asrama, standar moral yang lebih tinggi itu tak dapat mereka pertahankan, mereka juga terpengaruh untuk menganut standar moral Batak tradisional.
Walaupun di sana sini ada ekses negatif dari sistem pembinaan watak dan kerohanian yang dikembangkan Batakmission– di sekolah-sekolahnya, namun kasus seperti itu jarang terjadi, kalaupun terjadi itu hanyalah ekses, yang oleh Batak-mission sendiri tidak dikehendaki dan terlepas dari setuju tidaknya para pengamat atas corak mental, moral, spiritual yang hendak ditanamkan Batak-mission dalam diri murid-murid serta warga gereja yang diasuhnya, tak dapat disangkal bahwa sekolah-sekolah Batak-mission memberi sumbangan besar bagi usaha Batak-mission membina mental, moral dan spiritual warga Gereja Batak. Dengan demikian sekolah Batak-mission cukup-berhasil mengemban fungsinya sebagai sarana pembinaan warga gereja menurut citra ideal yang ditetapkannya.
- Hukum Gereja
Adapun hukum gereja adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan segala peraturan dan penetapan yang digunakan oleh gereja untuk menata atau mengatur hidup dan pelayanannya di dalam dunia[17]. Sedangkan gereja itu sendiri adalah persekutuan orang-orang yang dipilih, dipanggil dan ditempatkan di dunia ini untuk melayani Allah dan melayani manusia. Menurut I Petrus. 2:9, Gereja adalah umat Allah, yang ”dipanggil keluar dari dalam kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar.
Ungkapan gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan sering diperdebatkan. Yang dimaksud disini bukanlah dua gereja, tetapi dua segi dari satu gereja: ”segi luarnya” yang kelihatan dan ”segi dalamnya” yang tidak kelihatan, umpamanya: iman, pengharapan dan kasih.
Tanpa peraturan-peraturan yang baik, gereja bukan saja memberikan kesempatan untuk timbulnya rupa-rupa salah paham dan kekacauan. Tugas hukum gereja ialah bukan saja mengatur hubungan-hubungan lahiriah dari gereja, tetapi juga memungkinkannya supaya ia dapat berfungsi sebagai persekutuan iman yang bergantung pada Kristus, kepala gereja.
Adapun gereja tidak sama dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Gereja adalah persekutuan iman. Karena itu peraturan-peraturannya tidak boleh- kita samakan dengan undang-undang negara dan tidak boleh kita memberlakukannya secara yuridis[18].
Seorang ahli teologi menempatkan gereja dan hukum gereja berhadap-hadapan. Menurut dia ” hakikat hukum bertentangan dengan hakikat gereja”.[19] Adapun hukum gereja yang banyak digunakan oleh gereja di Indonesia adalah berasal dari negeri Belanda.
Gereja yang diorganisir dengan tatagereja-tatagerejanya, dengan konfessi-konfessinya, dengan formulir-formulirnya dan jabatan-jabatannya, adalah merupakan suatu halangan bagi hidup bersama dari semua orang-kristen. Hukum gereja bertentangan dengan hakikat gereja. Karena itu gereja tidak dapat diorganisir.[20] Dalil pertama: ”Hukum gereja bertentangan dengan hakikat gereja”.
Dalil kedua: ”Hakikat gereja rohani dan hakikat hukum duniawi”. Rudolph Sohm mengakui, bahwa hukum gereja benar ada, tetapi ia sebenarnya adalah suatu teka-teki. Ia ada, sekalipun gereja, karena hakikatnya tidak menghendaki hukum gereja. Bagi Rudolph Sohm, Jemaat Perjanjian Baru adalah ”model” untuk gereja pada segala abad. Katanya dengan tegas bahwa Jemaat adalah tanpa organisasi yuridis formal. Kepalanya adalah Kristus sendiri dan ia memimpinnya oleh pemberian Roh Kudus dimana semua anggotanya mendapat bagian.
Hakikat gereja adalah rohani. Mungkin ada yang mengatakan bahwa menurut Perjanjian Baru, hal itu benar. Bukankah kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus katakan: ”Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu (I Kor. 3:16). Dan kepada jemaat di Galatia ia menulis: ”Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal. 5:25).
Gereja yang dipimpin oleh pejabat-pejabat adalah tanda dari kemerosotannya, yang mulai tampak menjelang akhir abad yang pertama. Gereja Purba–katanya dengan tegas–tidak dipimpin oleh pejabat-pejabat, tetapi oleh karunia-karunia Roh (karisma-karisma) yang diberikan oleh Yesus- kepada semua anggota jemaat. Juga tentang hal ini mungkin ada orang yang membenarkan Sohm, sebab dalam banyak jemaat di luar Palestina–yang didirikan oleh Rasul Paulus dan kawan-kawannya–karunia-karunia Roh (karisma-karisma) memainkan peranan penting.[21]
”Hakekat hukum adalah duniawi”. Dengan perkataan ini, ia mau menegaskan, bahwa hukum adalah sesuatu yang berasal dari dari dunia ini. Sebagai hukum yang demikian ia tidak mempunyai latar-belakang yang transenden, ia tidak berakar dalam religi. Sifat hukum menurut dia adalah historis, positifistis, lahiriah, memaksa. Terutama sifat yang terakhir ini, yaitu sifat memaksa. Yang dia maksudkan adalah bahwa setiap pelaksanaan hukum selalu berhubungan dengan- paksaan. Paksaan ini, dia tentang, sebab yang terpenting dalam gereja menurut dia ialah kasih. Disitu tidak ada tempat untuk hukum.[22]
Gereja adalah adalah suatu persekutuan yang kelihatan: suatu persekutuan yang mempunyai anggota-anggota, peraturan-peraturan, pengurus dan lain-lain, sama seperti lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lain. Sungguhpun demikian ia tidak dapat disamakan dengan lembaga-lembaga itu. Ia mempunyai wujud atau hakikat yang lain. Ia berada di dalam dunia, tetapi tidak berasal dari dunia (Yoh. 17:11).[23]
Bahaya dari hukum gereja yang salah atau yang buruk datangnya dari berbagai pihak. Salah satu diantaranya ialah dari pihak negara, yaitu kalau negara mau turut campur tangan dalam soal-soal intern gereja. Dengan perkataan lain: bereksistensi secara teologis, mengharapkan segala sesuatu dari Firman Allah yang berkuasa. Risalah Barth jelas mempunyai arti penting di bidang hukum gereja. Gereja harus tetap berada sebagai gereja, juga dalam pimpinannya, tidak boleh ada ”kuasa” lain yang memerintahnya selain daripada Firman Allah.[24]
Adapun hukum gereja menurut Barth adalah sebagai berikut:
- Hukum–Pelayanan. Dalam gereja tidak ada tempat untuk kekuasaan dari siapapun juga. “Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk. 10:44 ).
- Hukum Liturgis. Kristus memanifestasikan diri-Nya adalah ibadah. Tetapi dalam bagian-bagian ibadah (pengakuan, pelayanan baptisan, perayaan, Perjamuan malam dan-doa ) yang dilakukan oleh manusia ( pejabat dan anggota jemaat) dan karena itu ia dapat disalah-pahami dan disalah-gunakan. Karena itu hukum gereja harus memberikan perhatian juga pada ibadah jemaat.
- Hukum yang hidup. Kristus, Tuhan gereja adalah Tuhan yang hidup. Karena itu hukum gereja, yang menata atau mengatur gereja, juga adalah hukum yang hidup. Itu berarti, bahwa hukum gereja tidak- tertutup. Gereja harus selalu terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan yang baru dan karena itu harus berani melakukan hal-hal yang baru.
- Hukum yang eksemplaris. Hukum gereja, juga dalam pelaksanaannya harus eksemplaris, artinya harus menjadi contoh. Itu tidak berarti, bahwa gereja harus harus mengajak persekutuan-persekutuan yang lain, seperti negara, perhimpunan-perhimpunan, dan lain-lain untuk mengambil-alih hukumnya. Tetapi dengan jalan memperlihatkan, bahwa telah ada hukum-pengaturan, yang berdasarkan atas perubahan besar dalam situasi manusia, hukum gereja dapat memberikan koreksi kepada hukum-hukum yang lain[25].
Peraturan-peraturan gereja bukan saja harus pendek dan sederhana, peraturan-peraturan itu juga harus bersifat terbuka dan fleksibel. Gereja sebagai persekutuan orang-orang berdosa selalu berada dalam bahaya untuk menyimpang dari jalan yang benar. Tugas semua adalah menjaga, supaya hal itu jangan terjadi. Penjagaan itu bukan saja berarti bantuan berarti bantuan, dukungan dan perbaikan, tetapi terutama pembaruan, reformasi.
- Disiplin Gereja
Secara umum diketahui disiplin adalah peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasaan atau ada yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak dalam hal mengatur pergaulan hidup agar terjalin suatu stabilitas kehidupan bersama antar sesama, terlebih lagi hubungan dengan Tuhan dalam kaitannya dengan disiplin atau hukum gereja. Maka, disiplin atau hukum disebut juga peraturan adalah merupakan aturan-aturan yang dibuat untuk mengatur sesuatu agar tersusun dan berjalan dengan baik, rapi dan tertib.
Gereja sebagai suatu organisasi Allah yang berada di dunia dan terdiri atas orang-orang berdosa menyerupai ladang dimana gandum dan lalang bertumbuh sampai hukuman yang terakhir (Mat. 13:24-30), karena itu harus diatur dengan aturan-aturan yang jelas karena Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera (I Kor. 14:33) dan di dalam gereja ditetapkan pejabat-pejabat untuk mengatur kehidupan gereja.
Disiplin gereja adalah suatu sanksi gerejawi yang waktu itu dikenal dengan siasat gereja, merupakan upaya penggembalaan terhadap seseorang dengan motivasi agar yang bersangkutan dapat kembali menjadi murid yang baik (discipleship)[26].
Johanes Calvin menuliskan, yang dikutip dalam bukunya ”A Theology of Pastoral Care”, 1963, Disiplin Gereja adalah:
- Tali yang mengikat anggota jemaat dan menempatkan mereka masing-masing pada tempat yang sebenarnya.
- Sebagai kekang untuk mengekang orang-orang yang menolak ajaran Kristus.
- Sebagai alat untuk memberi stimulasi bagi mereka yang tidak aktif.
- Sebagai rotan seorang ayah untuk menghukum mereka yang jatuh ke dosa.
Satu hal yang perlu dipahami dan harus dijelaskan bahwa disiplin gereja sangat terkait erat dengan penggembalaan, sebab disiplin gereja bukanlah merupakan hukuman tetapi suatu bentuk dari penggembalaan. Yang mana penggembalaan adalah komunikasi khusus dari Firman Allah kepada anggota jemaat sebagai pribadi, yaitu Firman Allah yang dalam khotbah gereja disampaikan kepada semua orang.[27]
Memang banyak orang yang membenci disiplin gereja, karena itu hal yang perlu dihimbau adalah memberikan pemahaman bahwa ”Tidak ada satupun masyarakat, rumah tangga, termasuk warga gereja yang dapat dipelihara dalam keadaan baik tanpa adanya hukum atau disiplin”.
Hal lain yang menjadi manfaat disiplin gereja adalah ”Sebagai tali kekang untuk mengekang dan juga untuk menolong mereka yang menyimpang dari ketetapan Kristus, yang dilakukan berdsasarkan kasih Kristus.[28]
Menimbang semua hal tersebut, perlu untuk diketahui dan diperbandingkan dengan disiplin gereja yang diterapkan di kalangan Yahudi, sebagai berikut:
- Menegur dan menasihati.
Tujuan dari pelaksanaan disiplin gereja adalah kesadaran dan pertobatan orang yang bersalah. Dengan demikian kalau orang yang bersalah itu sudah bertobat maka tindakan disiplin itu sudah tidak perlu. Selanjutnya orang yang bersalah itu perlu dimaafkan dan dikuatkan dengan kasih persaudaraan. Semua ini harus harus dinampakkan keluar, agar orang yang sudah bertobat itu dapat mengerti akan Firman Tuhan: ”Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang” (Yoh. 8:11b).
- Tidak menghakimi.
Ahli taurat dan orang Farisi yang datang membawa wanita berdosa sambil berkata ” Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika sedang berzinah. Musa dalam hukum taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian, apakah pendapat-Mu tentang hal ini?” Dalam Matius 5:28, Tuhan Yesus mengingatkan mereka bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia- dalam hatinya. Sikap yang dilakukan Tuhan Yesus yang tidak menghakimi siapapun membuat para ahli taurat dan farisi merasa bahwa mereka tidak lebih baik dari orang yang telah berzinah tersebut (Yoh. 8:7b, 9).
- Tindak disiplin yang lebih berat.
Dalam Matius 18:17, dapat dilihat salah satu dari bentuk tindak disiplin tersebut. Tindak disiplin ini diterapkan apabila hal menasihati dan menegur, baik yang dilakukan secara empat mata, kemudian oleh beberapa orang yang akhirnya disampaikan menjadi persoalan jemaat, dan tidak membawa hasil. Bentuk tindak disiplin itu ialah bahwa orang yang keras kepala dan tidak mau bertobat itu harus dilihat sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau sebagai seorang pemungut cukai. Maksud dari ungkapan tersebut ialah untuk menjelaskan tentang keras kepala orang-orang yang dikenakan tindak disiplin itu dan jemaat dilarang bergaul dengan mereka, diputuskan hubungannya dengan jemaat sekurang-kurangnya sampai mereka bertobat.[29]
- Menyerahkannya kepada iblis.
Bentuk tindakan disiplin yang dikenakan kepada orang tersebut ialah ”Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” (I Kor. 5:5). Banyak orang berpendapat bahwa hal menyerahkan orang yang bersalah kepada iblis berarti agar ia meninggal dunia. Bentuk disiplin seperti ini sangat tidak cocok jika diberlakukan dalam konteks jemaat saat ini. Dengan menyingkirkan orang itu dari gereja, berarti orang itu ditempatkan di dalam suatu suasana di mana terdapat kekuasaan iblis yang tak terbatas, ini berarti juga bahwa dosa orang itu akan membawa dia kepada kematian.
- Mencegah dalam hal pengajaran.
Salah satu wewenang dari kuasa gereja adalah menetapkan pokok ajaran dan ajaran tersebut harus berdasarkan kepada Firman Allah. Kuasa gereja sebagian terletak pada penilik-penilik jemaat, sebagian terletak pada sinode. Kuasa yang dimaksud yaitu kuasa rohani yang meliputi ajaran untuk menjalankan disiplin, penetapan peratruran. Dan ajaran itu terdiri dari wewenang untuk mengajarkan dogma dan untuk menafsirkan dogma. Disiplin gereja itu ada dua macam yaitu disiplin gereja yang menyangkut pengajaran dan pemberitaan yang dibawa ketengah-tengah gereja itu, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.
Dari definisi dan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu kegiatan untuk mendidik, mengarahkan, menuntun, mendewasakan, membentuk, memotivasi, membaharui, membangun, membembing, jemaat kepada pertumbuhan imannya.
- Tujuan Pembinaan.
Pada umumnya tujuan pembinaan buat jemaat atau warga gereja adalah sebagai berikut:
- Menuntun jemaat kepada keselamatan.
Agar supaya jemaat dapat secara sungguh-sungguh berimankan kepada Kristus, dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup mereka.
- Menuntun jemaat untuk hidup dalam kekudusan.
Jemaat harus dituntun supaya mereka tetap berjalan di dalam keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada mereka. Mereka harus mampu mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).
Menuntun jemaat untuk dapat “berbuah“
- Jemaat harus dilayani secara terus-menerus agar mereka mampu untuk menampakkan buah-buah pertobatan mereka (Gal. 5:22–23).
- Menuntun jemaat untuk dapat mengembangkan karunia rohani.
Jemaat harus dituntut supaya mereka dapat mengembangkan karunia rohani yang Allah berikan bagi mereka. Karunia-karunia rohani dimaksud diuraikan dalam: Ef. 4:11; I Kor. 12:8–11; Roma 12.
- Menuntun jemaat untuk mampu melayani Tuhan.
Jemaat dididik agar supaya mampu dalam melayani pekerjaan Tuhan (Ef. 4:12).
- Menuntun jemaat untuk dapat saling membangun.
Jemaat dilayani agar mampu menjadi konselor-konselor, baik secara formal maupun informal, saling membangun, menguatkan, menopang satu sama lain sebagai kesatuan anggota tubuh Kristus (Ef. 4:16).
- Menuntun jemaat untuk mampu menjadi ”murid dan memuridkan”.
Jemaat dilayani agar mampu melakukan pelipatgandaan, murid dan memuridkan (II Tim 2:2).
- Menuntun jemaat kepada hidup berkelimpahan.
Jemaat dilayani agar hidup berkelimpahan (hidup dalam damai sejahtera, sukacita karena dicukupi, dipenuhi, dipuaskan) seluruh kebutuhan jasmani, rohani dan materi (Yoh. 10:10b; II Kor. 8–9; Kej. 12:1–3).
- Metode-Metode Program Pembinaan
- Pelayanan Mimbar.
- Pelayanan Penggembalaan
- Kunjungan (visitation)
- Pembimbingan (Counseling)
- Seminar–seminar.
- Kerangka Teoritis
Berdasarkan beberapa pandangan secara teoritis, bahwa pembinaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan iman iman jemaat. Pertumbuhan iman jemaat akan sangat menentukan pertumbuhan gereja itu sendiri. Allah sendirilah yang memegang hak milik atas gereja, oleh karena gereja adalah kepunyaan Allah, Dia sendiri yang merencanakan, membentuk, mengadakan dan menentukan. Dia tidak akan pernah menyerahkan hak-Nya sebagai pemilik dan yang empunya gereja, atau sepenuhnya menyerahkan otoritas-Nya kepada manusia untuk mengatur kepentingan-kepentingan dari gereja-Nya.
BAB IV
PENGARUH PEMBINAAN WARGA GEREJA TERRHADAP PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT
Metode yang tepat akan memberikan hasil yang baik pula. Sama halnya dengan metode pengumpulan data dan metode memberi kesimpulan terhadap masalah dalam penulisan ini. Pada bab ini, Penulis akan terlebih dahulu menjelaskan pengertian dan metode penelitian yang tepat dan efektif, khususnya metode penelitian yang berkaitan dengan metode pembinaan warga gereja pada HKBP Bakom – Cileungsi. Setelah Penulis melakukan wawancara dan mengajukan beberapa pertanyaan seputar pertumbuhan iman jemaat dan masalah-masalah pembinaan warga jemaat pada HKBP Bakom – Cileungsi, maka di pada bab ini Penulis mengutarakannya secara deskriptif.
Suatu penelitian ilmiah disebut ilmiah apabila dalam penelitian tersebut mampu mengemukakan pokok-pokok pikiran yang meyakinkan, logis dan disajikan dalam rangkaian yang sistematis dengan bukti-bukti yang jelas, kuat dan berhasil dalam uji dan tes pengujian dan di dalam suatu penelitian ilmiah akan selalu menggunakan metode ilmiah.
Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode ilmiah, sehingga penelitian memiliki tiga unsur penting yaitu: sasaran, usaha serta metode ilmiah. Penelitian berfungsi membantu si peneliti- dalam meningkatkan kemampuannya apabila tujuan dari suatu penelitian telah mempunyai ruang lingkup dan arah yang jelas.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) unsur metode penelitian menurut Yount[30] yang akan dijelaskan sebagai berikut:
- Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
- Metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif
- Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan dokumen, atau variasi dari metode-metode tersebut yang sesuai dengan penelitian kualitatif.
Dalam metode wawancara, misalnya, metode yang digunakan tidak terstruktur atau semi terstruktur. Wawancara bersifat mendalam, ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan emosional, dan kepercayaan antara pewawancara dan orang yang diwawancarai. Pertanyaan-pertanyaannya tidak tertutup, tidak memakai ancangan formal, dan tidak memaksakan pengelompokan jawaban.
Jenis dari wawancara tidak terstruktur adalah sejarah oral, wawancara kreatif, dan wawancara post-modern[31]. Sejarah oral ialah wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan-bahan historis secara oral. Wawancara kreatif ialah wawancara yang dilakukan berdasarkan situasi yang dihadapi, yang dapat berubah, sehingga pewawancara dapat melupakan aturan-aturan mengenai bagaimana cara berwawancara. Wawancara post modern ialah wawancara yang menekankan kenetralan atau keminiman pengaruh pewawancara terhadap wawancara. Misalnya, pada wawancara polyphonic, jawaban dicatat dengan meminimalkan pengaruh dari pewawancara dan diperlakukan secara terpisah, bukan digabungkan menjadi satu, dan bukan dilaporkan sebagai satu oleh pewawancara.
Dalam metode pengamatan atau observasi, penelitian kualitatif menggunakan metode pengamatan partisipasi walaupun metode tanpa partisipasi pun dapat dipakai. Dalam pengamatan itu, intervensi tetap tidak dilakukan meskipun peneliti berinteraksi dengan subjek.
Dalam metode pemeriksaan dokumen dan benda-benda, perhatian peneliti kualitatif adalah terhadap penafsiran bukti mengenai sebuah tindakan. Hodder menegaskan bahwa makna yang hendak diperoleh melalui penelitian kualitatif adalah makna tindakan yang menghasilkan tulisan atau benda[32]. Peneliti berupaya mencocokkan beberapa aspek bukti yang berbeda dengan penafsiran atau menjawab pertanyaan, bagaimana hal itu bisa cocok dengan pemahaman umum.
Metode-metode lain dalam pengumpulan data penelitian kualitatif adalah metode pengalaman pribadi dan metode visual. Kedua metode tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari metode-metode sebelumnya. Metode- pengalaman pribadi dapat dianggap sebagai bagian dari metode wawancara, yang menghasilkan sebuah kisah atau penuturan, atau dapat juga dilihat sebagai bagian dari metode pengamatan atau observasi dan sebagai bagian dari pemeriksaan dokumen.
Metode pengalaman pribadi adalah metode yang khas karena berupaya mendapatkan data mengenai pengalaman seseorang. Peneliti tidak dapat mengetahui pengalaman itu secara langsung sehingga harus memakai cara tidak langsung, yaitu melalui penuturan pengalaman itu.
Adapun pemilihan metode pengumpulan data menurut Sproull33 sbb:
- Peneliti hendaknya hanya memakai metode wawancara jika pemberitahuan subjek mengenai pandangan, sikap, nilai, dan kepercayaannya adalah sumber informasi yang terbaik, jika informasi yang diperlukan rumit, dan jika diperlukan pertanyaan/penjelasan lebih lanjut untuk informasi yang telah terkumpul.
- Peneliti hendaknya memakai metode pengamatan jika peneliti perlu mengamati perilaku subjek dalam sebuah situasi.
- Peneliti hendaknya memakai pemeriksaan dokumen, benda dan alat jika hal itu adalah sumber informasi terbaik atau satu-satunya, atau jika metode- langsung mempengaruhi perilaku subjek dan peneliti memakai rancangan kesejarahan.
Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal apa saja yang tercakup dalam prosedur penelitian dengan metode wawancara (dengan mengajukan pertanyaan langsung):
- Bagaimana memasuki tempat penelitian atau bagaimana dapat mendekati setiap orang yang diwawancarai?
- Bagaimana memahami bahasa dan budaya orang orang yang diwawancarai?
- Bagaimana pewawancara menghadirkan dirinya?
- Bagaimana mendapatkan orang yang diwawancarai?
- Bagaimana mendapatkan kepercayaan?
- Bagaimana mengumpulkan bahan-bahan empiris?
- Petunjuk Daftar Kuesioner.
Daftar kuesioner biasanya dibuat sendiri sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, wawancara dan kuesioner yang digunakan. Kuesioner dan wawancara bisa terstruktur atau tidak terstruktur (jawaban bebas). Wawancara terstruktur sesungguhnya adalah kuesioner lisan.
Beberapa penelitian kualitatif dapat menggunakan wawancara dan kuesioner terstruktur atau tidak terstruktur, tetapi ada juga yang mengharuskan wawancara tidak terstruktur. Misalnya, untuk mendapatkan naratif, wawancara yang dilakukan harus memungkinkan orang yang diwawancarai bercerita.
Langkah-langkah untuk mengembangkan kuesioner atau daftar wawancara (khususnya yang terstruktur) menurut Sproull34 adalah sebagai berikut:
- Mendaftarkan variable dan batasan operasionalnya. Batasan itulah yang akan menentukan soal dan jenis jawaban. Jika akan memakai kuesioner dan daftar wawancara yang sudah jadi, batasan operasional jugalah yang menjadi petunjuk pemilihan.
- Mempertimbangkan apakah perlu mencakup variable demografis. Jika perlu, untuk meningkatkan mutu hasil penelitian, biasanya variable itu meliputi jenis kelamin responden, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. Jadi, hal-hal tersebut perlu dimasukkan dalam daftar variable.
- Menyatakan secara jelas ciri-ciri responden. Hal itu penting karena jebis soal, bentuk soal, dan kata-kata yang dipakai harus disesuaikan dengan ciri-ciri itu.
- Menentukan sejauh mana keterstrukturan (ketertutupan, soal yang spesifik, jawaban yang terbatas, dan urutan yang tertentu) soal wawancara atau kuesioner.
- Menentukan jenis jawaban dan pengukuran yang diinginkan, apakah jawaban yang diharapkan termasuk jawaban yang mencerminkan skala, ranking, atau kategori.
- Menetukan format jawaban. Untuk menghemat waktu format jawaban harus ditentukan sebelum soal ditulis sebab soal dan jawabannya harus cocok. Beberapa format yang dapat dipilih adalah jawaban pilihan berganda, jawaban dua kemungkinan, dan jawaban yang menentukan tingkat kedudukan.
- Menulis soal. Soal harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan mengjhindari kata-kata yang berkonotasi negatif dan sugestif. Satu soal hendaknya hanya berisi suatu pertanyaan yang spesifik.
- Memeriksa dan memastikan validitas soal. Setiap soal harus dipastikan akan menghasilkan data sesuai dengan apa yang diperlukan oleh hipotesis atau pertanyaan penelitian dan batasan operasioanl.
- Menulis petunjuk dan surat pengantar. Petunjuk pengisian ditulis sesudah soal disiapkan (bergantung pada jenis soal). Surat pengantar ditulis untuk memperkenalkan penelitian dan mendorong keikutsertaan responden.
- Menentukan letak soal-soal. Letak soal ditentukan oleh jenis jawaban dan pengukuran, format jawaban, serta mudah tidaknya soal dapat menyinggung perasaan responden.
- Metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif.
Penelitian positivis bersandar pada kuantifikasi dalam pengumpulan dan anlisis data untuk menguji hipotesisi yang telah ditetapkan. Hasilnya adalah munculnya pandangan bahwa satu-satunya metode ilmiah sejati untuk memperoleh pengetahuan adalah metode hipotesis-deduktif.
Ancangan positivis riset ialah penyelidikan dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu prosedur langklah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar pengamatan empiris. Unsur-unsur utamanya menurut Singarimbun.35 adalah sebagai berikut:
- Memulai dengan merasakan adanya kesulitan atau kerumitan.
- Menerjemahkan kerumitan itu ke dalam sebuah
- Mengumpulkan informasi (apa yang telah diketahui).
- Membuat hipotesis, yaitu penyelesaian sementara yang terbaik atau dapat juga berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya akan menyelesaikan masalah.
- Menetapkan kelompok sasaran (populasi).
- Menarik satu atau lebih sampel yang diperlukan (jika memakai sampel).
- Mengumpulkan data.
- Menganalisis data.
- Menguji hipotesis (menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian).
- Menafsirkan hasilnya.
Adapun ciri-ciri penyelidikan yang dapat disebut riset, menurut ancangan positivis dari Danandjaja36, dapat diringkaskan sebagai berikut:
- Riset dimulai dari pertanyaan mengapa, apa penyebabnya, apa arti semuanya itu, yang ada dalam pikiran periset ketika dihadapkan pada fakta yang rumit.
- Riset memerlukan penetapan sebuah masalah yang dapat dinyatakan secara jelas dalam istilah-istilah yang pasti, yaitu dimulai dengan pernyataan yang jelas dan sederhana mengenai masalah yang diupayakan penyelesaiannya oleh periset. Pernyataan tersebut menunjukkan tujuan akhir suatu riset.
- Riset memerlukan sebuah rencana. Periset tidak bisa berharap menemukan fakta yang diperlukan atau kebenaran yang dicari secara kebetulan.
- Riset menangani masalah utama melalui masalah-masalah yang lebih kecil yang sesuai. Oleh sebab itu, pertama-tama, peneliti perlu mengetahui bagian-bagian dan unsur integral dalam suatu masalah- yang lebih besar. Penyelesaian masalah-masalah kecil itu merupakan penyelesaian masalah yang lebih besar.
- Arah penelitian diperoleh melalui hipotesis yang sesuai dan didasarkan pada asumsi atau praanggapan yang jelas. Sebuah hipotesis adalah dugaan yang masuk akal dan memberi arah pada pikiran periset mengenai suatu masalah yang bisa membantu pemecahan masalah tersebut.
- Riset berkaitan dengan fakta dan artinya. Itu sebabnya periset mengumpulkan setiap fakta yang berhubungan dengan masalah, kemudian mengaturnya dalam kumpulan yang bermakna sehingga dapat ditafsirkan.
- Riset itu berjalan melingkar. Riset dimulai dari pemikir yang bertanya-tanya dalam menghadapi masalah. Untuk melihat sasaran secara jelas, periset memilah-milah dan menyatakan dengan jelas masalah pokoknya.
Karena ciri riset yang berjalan melingkar, langkah pertama dari lingkaran tersebut dimulai dari observasi empiris. Peneliti memilih satu pokok bahasan atau gagasan penelitian dan mengemukakan beberapa dugaan, seperti ” Saya ingin tahu apakah ……… ”. Dugaan seperti ini biasanya ditentukan oleh nilai-nilai, asumsi-asumsi, dan tujuan-tujuan peneliti.
Adapun penulis dalam pengumpulan data dalam penulisan tesis ini adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
- Rumusan Permasalahan Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi.
Mengacu akan permasalahan yang akan dibahas yang tertuang dalam bab I, yakni ”Menurunnya Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi”, maka demikian daftar permasalahan dimaksud:
- Beberapa diantara jemaat tidak mau datang ke gereja.
Adapun alasan jemaat yang sering terlontar dalam permasalahan seperti ini:
- ”Tidak punya ongkos atau kolekte”. Di satu sisi pada jemaat tertentu, alasan dimaksud bisa diterima, karena secara kebetulan sedang dalam pengangguran, padahal pengeluaran guna kehidupan sehari-hari cukup banyak. Namun di sisi lain, alasan seperti ini, tidak dapat diterima, karena suami dan istri sama-sama kerja, bahkan biaya rokok Djisamsoe (234) dua bungkus satu hari dapat terpenuhi secara rutin.
- ”Orang gereja tidak ramah atau Pendeta dan Majelis pilih kasih”. Alasan ini sering terlontar dari jemaat. Jika dicoba melakukan penelitian, sesungguhnya hal ini tidak benar, adapun penyebabnya adalah si orang tersebut merasa bersalah, sehingga dia merasa seolah-olah semuanya menghakiminya karena perasaannya sendiri.
- ”Kurang diperhatikan dan jarang atau tidak pernah dikunjungi”. Mungkin hal ini ada benarnya, apalagi jika sampai keluarga dimaksud melihat langsung jemaat lainnya sering dikunjungi apalagi kondisi status sosial jemaat yang sering dikunjungi tersebut agak bagus, ini juga bisa akar penyebab semakin merasa di anak tirikan.
- ”Di gereja tidak ada damai”. Alasan ini sering menjadi alasan klasik jika sampai terjadi konflik diantara para pelayan dan antara pelayan dengan jemaat. Seyogianya diantara para pelayan harus solid dan ada kasih, karena bagaimana jemaat bisa menerima khotbah tentang kasih, sedang si pengkhotbah sendiri tidak ada kasih.
Kadang dilematis jika mengajak jemaat tersebut di atas kegereja atau kepertemuan ibadah, bisa-bisa jawaban yang tidak mengenakkan yang diterima. Hal seperti ini yang menjadi tantangan bagi para majelis gereja.
- Kadang masih terjadi, keluarga tidak bersedia menerima ”Kebaktian Rumah Tangga” di rumahnya. Setelah diadakan penelitian, rupa-rupanya beraneka ragam alasan mengapa sampai terjadi hal demikian diantaranya adalah:
- ”Keluarga tersebut takut diberi tugas”. Masih ada saja jemaat yang sangat takut jika diberi tugas seperti memimpin doa saat- kebaktian rumah tangga. Karena sudah menjadi kebiasaan bahwa kepala keluarga akan mendapat satu tugas yakni tugas memimpin salah satu doa. Rupa-rupanya oleh karena tugas ini kelurga bisa sampai tidak bersedia menerima ibadah di rumahnya.
- ”Tidak punya uang untuk biaya konsumsi”. Karena sudah menjadi kebiasaan bahwa sehabis ibadah biasanya tuan rumah menyuguhkan makanan ataupun snack. Merasa tidak mampu menyuguhkan seperti hal dimaksud, bisa sampai menolak ibadah dirumahnya.
- Jemaat dalam memenuhi kewajibannya seperti: Membayar iuran bulanan, ataupun sumbangan-sumbangan lainnya, agak sulit. Hal ini sering terjadi dan bisa diakibatkan oleh dua kemungkinan, yakni:
- Memang sungguh keluarga dimaksud tidak memiliki kemampuan untuk itu, dikarenakan keadaan dalam pengagguran misalnya.
- Namun ada juga diantara jemaat, sesungguhnya mampu memenuhi kewajibannya, cuma hatinya belum tersentuh, atau dihantui perasaan yang ”prejudice” yakni berprasangka buruk. Dimana orang seperti itu beranggapan uang yang masuk ke gereja disalah gunakan atau semata-mata hanya untuk para pelayan dan pengurus gereja. B iasanya jemaat seperti ini hanya melihat pemasukan saja, tidak pernah memperhatikan pengeluaran atau biaya-biaya lainnya.
- Pembekalan firman Tuhan kepada anak-anak ditengah-tengah keluarga sangat kurang. Fenomena seperti ini masih sering terjadi dan pada umumnya:
- Orang tua hanya mengandalkan guru Sekolah Minggu.
- Mengkritik atau memprotes guru Sekolah Minggu atau para majelis gereja, jika anaknya belum bisa berdoa padahal sudah kelas VI SD.
- Menyuruh anaknya terus yang memimpin doa dan tidak pernah memberi keteladanan. Pada kenyataanya Penulis menemukan beberapa permasalahan yang perlu diberi solusinya.
- Permasalahan yang timbul, bagaimana mungkin orang tua bisa memberi bekal firman Tuhan kepada anak-anaknya, sedangkan dianya sendiripun tidak ada modal atau pengetahuan akan firman Tuhan?
- Sudah beberapa ibu yang melapor kepada penulis, karena tega-teganya si Bapak main judi di tempat tertentu, padahal anak-anaknya sedang merayakan natal dan anak tersebut sangat mendambakan kehadiran Bapaknya menyaksikan perayaan yang sedang diperagakannya.
- Sangat sulit untuk mencari calon penatua atau majelis ataupun anggota Paduan Suara/koor. Sangat jarang yang langsung bersedia menjadi calon penatua ataupun anggota Paduan Suara atau menjadi- bagian dari salah satu pekerja di gereja. Biasanya alasannya bermacam-macam:
- Masih terlalu muda atau sudah terlalu tua.
- Tidak berbakat.
- Belum saatnya, namun setelah ditunggu hingga sampai dua tahun, alasan masih tetap saja: ”belum saatnya atau mikir-mikir dulu”. Akhirnya sampai tua masih juga alasan “mikir-mikir dan pada akhirnya sudah terlalu tua”.
- Diantara jemaat ada yang tidak mau peduli dengan program kerja gereja.
Sebagaimana lazimnya pada setiap korporasi, lembaga maupun gereja selalu membuat “Program Kerja dan Rencana Biaya” untuk tahun berikutnya guna tertib manajemen. Demikian pula dengan HKBP Bakom – Cileungsi selalu membuat program dimaksud. Seperti biasa sebelum menjadi keputusan atau dijalankan, selalu mengadakan “Rapat Huria” yang mana peserta rapat tidak hanya para majelis, namun sudah melibatkan jemaat, dengan demikian diharapkan program dapat berjalan mulus karena sudah dengan hasil kesepakatan bersama.
Pada kenyataannya, masih ada saja perwakilan jemaat yang tidak mau tahu atau peduli, karena dari tahun ketahun selalu tidak pernah mau terlibat hadir. Biasanya orang seperti ini, karena takut diberi tugas atau agar lebih- independen melakukan protes atau kritik di tahun berjalan. Anehnya mereka biasanya sampai mempengaruhi yang lainnya agar ikut mendukungnya melakukan kritik-kritik yang tidak beralasan, karena hanya melihat dari sisi kaca mata mereka sendiri.
Dari pemaparan beberapa permasalahan tersebut di atas, sesungguhnya akar penyebabnya adalah sederhana yakni “Kurang Beriman”. Imannya sudah mulai menurun atau luntur. Jika iman seseorang tetap kokoh dan tegar, sudah pasti permasalahan tersebut di atas akan teranulir dengan sendirinya.
- Tindakan Program Pembinaan
Adapun strategi dalam pembinaan warga gereja menurut Dr. Ruth F. Selan37 yang dapat dituangkan disini adalah sebagai berikut:
- Pelayanan Mimbar
- Khotbah yang disampaikan kepada Jemaat melalui mimbar haruslah relevan bagi kebutuhan mereka. Harus diingat bahwa jemaat adalah “ Kaum awam “.
- Pelayanan mimbar haruslah merangsang pertumbuhan dan perkembangan iman jemaat. Mereka harus dituntun dan dilatih untuk mampu menghadapi masalah yang mereka alami.
- Warga jemaat adalah manusia-manusia biasa, yang ketika menghadiri kebaktian ingin mendapatkan berkat melalui firman Tuhan sebagai jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi dan gumuli. Diantara mereka mungkin hadir seseorang yang bergumul tentang bagaimana harus memenuhi kebutuhan keluarganya setelah kena PHK. Apa yang harus dilakukannya sedangkan ia belum memperoleh pekerjaan tetap.
- Diantara warga jemaat yang hadir dalam kebaktian mungkin ada seorang ibu yang sedang bergumul karena anak gadisnya memiliki pacar yang tidak seiman. Diantara jemaat yang hadir mungkin ada pemuda yang kecewa karena tidak lulus seleksi masuk universitas yang diminatinya. Ada begitu banyak pergumulan yang dialami jemaat, yang tentu saja mereka membutuhkan jalan keluarnya. Untuk itulah dibutuhkan firman Tuhan yang dapat menjadi kebutuhan mereka.
- Banyak sekali warga jemaat yang hadir dalam kebaktian-kebaktian tidak mampu mengikuti jalan pikiran logis pelayanan firman yang sering memakai bahasa atau pemberitaan firman yang telah dipengaruhi oleh teori filsuf-filsuf terkemuka. Disinilah diperlukan pelayan firman untuk menyampaikan khotbah yang dapat dimengerti sekaligus mampu menuntun mereka bagaimana harus melewati tantangan hidup.
- Disamping pemberitaan khotbah-khotbah yang mampu menguatkan iman warga jemaat dan mampu memberikan jalan keluar atas-masalah yang mereka alami, perlu juga para pemimpin jemaat (pendeta) secara berkala menyajikan khotbah-khotbah yang bersifat doktrin supaya jemaat tidak gampang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan.
- Warga jemaat harus dituntun, diajar melalui khotbah yang bersifat pengajaran dasar, sehingga pengetahuan dan pemahaman akan firman Tuhan semakin hari semakin baik dan pada akhirnya sanggup untuk melayani dan melakukan pelipat-gandaan.
Adapun pelayanan mimbar yang diterapkan di gereja HKBP Bakom – Cileungsi adalah: melalui penyampaian firman Tuhan, dikaitkan secara tidak eksplisit akan hal-hal yang mengenai fenomena dikalangan jemaat, sekaligus hal-hal yang berkaitan dengan akar penyebab permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya.
Bahan khotbah untuk setahun telah ditetapkan sebelumnya dari kantor pusat HKBP Pearaja – Tarutung, dan belum tentu ada kaitannya dengan hal-hal yang signifikan yang perlu disampaikan kepada jemaat disaat penyampaian firman Tuhan dari mimbar. Namun para pembicara/pengkhotbah dengan kejeliannya masing-masing, bisa membuat agar bersentuhan dengan hal-hal dimaksud.
Disamping dari pelayanan dari mimbar, secara paralel dilakukan pula hal yang sama pada setiap penyampaian firman Tuhan, misalnya pada:
- Kebaktian Rumah Tangga pada setiap hari Rabu malam.
- Kebaktian Ibu-ibu pada setiap hari Selasa dan Kamis sore.
- Kebaktian Guru-guru Sekolah Minggu pada setiap hari Selasa dan Sabtu.
- Kebaktian Bapak-bapak pada setiap Kamis malam.
- Kebaktian Muda/i pada setiap Sabtu malam.
- Kebaktian Remaja Yehezkiel pada setiap Selasa malam.
- Kebaktian Pelajar Sidi pada setiap Minggu siang.
- Pelayanan Penggembalaan
Adapun Pelayanan Penggembalaan itu menurut Abbing38 adalah:
- Mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu.
- Mengabarkan firman Allah kepada jemaat, ditengah-tengah situasi hidup mereka pribadi.
- Melayani jemaat, sama seperti bila Yesus melayani mereka.
- Supaya mereka lebih menyadari iman mereka, dan dapat mewujudkan iman itu dalam hidupnya sehari-hari.
Tujuan Pelayanan Penggembalaan menurut Abbing39 adalah sebagai berikut:
- Supaya gereja menjadi penuh.
Suatu hal yang paling memuaskan hati seorang pendeta ialah apabila gereja penuh sesak pada setiap kebaktian Minggu. Dalam Lukas 14:23, Yesus mengatakan, bahwa rumah-Nya harus penuh, tetapi yang dimaksudkan-Nya di sini bukanlah gereja, melainkan Kerajaan Allah.
- Supaya gereja menjadi kudus.
Ada juga orang berpendapat, bahwa pelayanan penggembalaan harus dilaksanakan, supaya gereja menjadi kudus. Yesus menyebut kumpulan murid-Nya sebagai ”suatu kawanan kecil” (Luk. 12:32), namun mereka akan mewarisin Kerajaan Allah. Jadi, walaupun gereja tidak megah kelihatannya atau kudus, namun gereja itu dikuduskan, bukan oleh penggembalaan atau oleh kerajinannya sendiri, tetapi oleh anugerah Yesus Kristus, Kepala Gereja itu. Oleh karena itu gereja tidak bisa menjadi kudus, gereja hanya dapat dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.
- Supaya jemaat dibangun.
Kita sudah melihat, bahwa tujuan penggembalaan bukanlah supaya gedung gereja menjadi penuh, atau supaya gereja menjadi kudus. Tetapi tujuan terakhir dari penggembalaan ialah, supaya jemaat Yesus Kristus dibangun. Konkritnya, soal penggembalaan ialah: bagaimana seorang ibu dengan enam anak dan dengan suami yang gajinya kurang, dapat hidup sebagai pengikut Kristus yang hidup? Bagaimana seorang pembesar yang berkuasa dan banyak godaannya, dapat mewujudkan imannya dalam situasi seperti itu? Bagaimana seorang yang sakit dapat, walaupun dalam- kesakitannya, melihat jalan untuk memikul kesakitan itu sebagai seorang pengikut Kristus?
Sebenarnya surat-surat dalam Perjanjian Baru merupakan contoh dari penggembalaan. Paulus memperhatikan jemaat, dan kalau ia tidak berkesempatan untuk mengunjungi jemaat-jemaat itu, ia menulis surat. Dalam surat-surat itu diungkapkan tentang kasih kepada saudara-saudaranya dalam jemaat, keinginan untuk bergaul dan bertukar pikiran dengan mereka, dan juga keinsyafan, bahwa Tuhanlah yang menyuruh manusia untuk saling tolong-menolong, saling membimbing dan sokong. Tujuan surat-surat itu memanglah untuk membangun jemaat.
Adapun penggembalaan menurut Abbing40 dapat dibagi dua yakni:
- a. Kunjungan (visitation)
Adapun perkunjungan terdiri dari sebagai berikut:
- Perkunjungan rutin, yaitu melakukan kunjungan rutin sesuai dengan jumlah jemaat, yaitu setiap minggu atau bulan (1-2 kali/bulan).
- Perkunjungan orang sakit untuk mengetahui penderita sakit apa. Di rumah sakit atau di rumah, menjenguk, berdoa dan memberi nasihat seperlunya, tetapi harus hati-hati dalam memperkenalkan obat atau dokter.
- Perlawatan kepada orang yang berkabung.
- Perkunjungan khusus kepada:
- Anggota baru.
- Orang murtad.
- Kelahiran seorang bayi.
- Pasangan yang baru menikah.
- Yang memperoleh hal-hal yang istimewa.
Pengalaman selama ini membuktikan bahwa jemaat merasa dihargai dan mempunyai kebahagiaan tersendiri, jika pendeta atau gembala sidang mengunjungi rumah mereka serta bercakap-cakap serta mendoakan mereka. Namun dengan jumlah KK (kepala keluarga) yang lebih dari 600 (enam ratus), kemungkinan bisa dikunjungi oleh Gembala Sidang walaupun hanya sekali dalam setahun.
Adapun jangkauan pelayanan HKBP Bakom – Cileungsi terdiri dari 8 (delapan) wyiik/wilayah, yang mana:
- Wilayah/Wyiik I : Dari Pangkalan 11 hingga Pondok Damai.
- Wilayah /Wyiik II : Dari Bantar Gebang hingga Pangkalan 10
- Wilayah/Wyiik III : Mulai Bantar Gebang hingga Cipendawa.
- Wilayah/Wyiik IV : Awal Grya Alam Sentosa sampai pertengahan.
- Wilayah/Wyiik V : Per. Limus Nunggal dan Limus Pratama Regency.
- Wilayah/Wyiik VI : Pertengahan Grya Alam Sentosa sampai ke ujung.
- Wilayah/Wyiik VII : Mulai dari Cileungsi Indah sampai Gandoang.
- Wilayah/Wyiik VIII : Mulai dari sekitar Aspex sampai Kelapa Nunggal.
Guna dapat menjangkau kunjungan Gembala Sidang kesemua rumah jemaat minimal sekali dalam setahun, maka Gembala dijadwal bergiliran setiap minggunya yakni pada setiap hari Rabu malam dalam rangka melayani kebaktian rumah tangga, ditambah dengan kunjungan secara pribadi.
Russel L. Dicks, dalam bukunya Pastoral Work and Pastoral Counseling mengatakan bahwa “Gembala haruslah mengunjungi anggota jemaatnya dengan teratur, supaya mereka mengenalnya dengan baik, barulah ia boleh mengharapkan bahwa mereka membuka hatinya kepadanya”.41
Pekerjaan perkunjungan seorang pendeta/gembala:
- Tujuan melakukan perkunjungan:
- Mempererat persahabatan.
- Memperdalam perkenalan secara langsung.
- Mengetahui keadaan yang sesungguhnya mengenai keadaan dan kebutuhan rohani dan jasmani setiap jemaat.
- Prinsip-prinsip perkunjungan rutin:
- Mempunyai daftar kunjungan dan pelaksanaan yang sistematis.
- Rajin, bertanggung jawab, memperhatikan dan membantu dengan bersemangat.
- Mengadakan persiapan rohani sebelum berangkat, berdoa, membawa alkitab atau warta jemaat.
- Perkunjungan pelaksanaan selama kurang-lebih 15 – 20 menit.
- Tidak boleh tergesa-gesa, acuh tak acuh.
- Bila berteman dengan orang bersangkutan dan ia sedang sibuk, boleh mempersingkat waktu atau membantunya jika memungkinkan.
- Jangan membicarakan orang lain dan meyampaikan perkataan, melainkan nharus menjabarkan tentang Yesus.
- Banyak mendengarkan perkataan mereka, memberikan jawaban dan petunjuk seperlunya.
- Jika ada pertanyaan tentang Alkitab atau bersifat teologia, harus dijawab secara objektif, dan jangan menimbulkan perdebatan.
- Mendorong dan memupuk kebiasaan jemaat untuk membaca Alkitab, berdoa, mengikuti kebaktian dan berilah teladan.
- Jika ada orang mengaku dosa karena ketidaktenteraman hati nurani, harus didengarkan dengan sabar dan berilah ayat-ayat pengampunan dosa, penghiburan serta ajaklah untuk berdoa.
- Harus merahasiakan segala persoalan rumah tangga mereka, bahkan terhadap keluarganya sendiri.
- Akhirnya ditutup dengan doa singkat yang isinya sesuai dengan pembicaraan.
- Bahan pembicaraan:
- Melalui pembicaraan dengan hal-hal yang ada atau perbuatan yang sedang dilakukan.
- Majalah rohani.
- Alkitab, hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
- Kehidupan rohani.
- Persoalan pendidikan.
- Persoalan gereja.
- Persoalan pekerjaan gerejawi.
- Persoalan keluarga, keadaan dan kerohanian anak-anak.
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan perhatian dari sesamanya, dan itulah kebutuhan yang penting. Demikian halnya dengan warga jemaat, mereka membutuhkan perhatian dari pendetanya. Mereka rindu bahwa pendetanya dapat melakukan kunjungan ke rumah mereka.
Dalam pelayanan visitasi, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Percakapan dalam visitasi:
- Dalam visitasi yang dilakukan harus ada nasihat dan bimbingan kepada warga jemaat.
- Khusus bagi mereka yang menderita atau bergumul, harus diberikan penghiburan melalui kebenaran firman Tuhan.
- Sikap dari pelayanan yang melakukan pelayanan visitasi.
- Bersikap ramah, sopan, dengan memperhatikan adat-istiadat serta budaya dari jemaat yang dikunjungi.
- Bersikap sebagai penolong, teman, dan sebagai pendengar yang baik, bukan sebagai ”hakim”.
- Menegur, menasihati jemaat yang dikunjungi, dengan kasih.
- mampu menciptakan hubungan yang simpatik supaya ada kesaling pengertian antara pelayan yang melakukan kunjungan dan jemaat yang dikunjungi. Mampu meyakinkan mereka bahwa pelayanan adalah orang yang dapat dipercaya.
- Pembimbingan (Counseling).
Konseling berasal dari bahasa inggris yakni counseling yang apabila diterjemahkan artinya menjadi:
- Ada yang berbicara dan ada yang mendengar.
- Bercakap-cakap/berbincang-bincang/apa tujuannya?
- Bercakap-cakap atau berbincang-bincang tentang klien, perlu spiritual konseling, edukatif konseling.
- Bercakap-cakap tentang masalah/persoalan/problema yang dialami.
- Meningkatkan kualitas iman.
- Galatia 6:1: ”Apabila diantara kamu ada masalah, kamu yang rohani harus membimbing dia kepada kebenaran”.
- Nasihat dan sebagainya.
Apabila melihat Alkitab, kita dapat melihat bahwa ada dua istilah yaitu: counsel dan counselor, dan kedua istilah ini dalam bahasa inggris diterjemahkan kedalam berbagai istilah, dalam terjemahan lama bahasa Indonesia, hampir semua diterjemahkan menjadi bicara.
Konseling Kristen tidak bisa dipisahkan dengan tujuan utama pekabaran injil yaitu kehidupan yang berkecukupan dalam Tuhan Yesus Kristus. Adapun unsur-unsurnya adalah:
- Kemauan, tekad dan keberanian dari konselee.
- Bimbingan yang tepat dari konselor.
- Diagnosa dan analisa yang tepat pada pokok persoalan.
- Keterbukaan dan kebebasan untuk mengekspresikan perasaan dan persoalannya.
- Suasana percakapan konseling yang ideal (condusive antrosphere).
Mengantisipasi akan kebutuhan jemaat khususnya dalam pembimbingan (counseling), Gembala Sidang sudah meluangkan waktunya berada dikantor dari jam 09.00 hingga jam 16.00. Adapun jadwal dimaksud dilakukan tiga kali dalam seminggu, dengan demikian diharapkan jemaat yang rindu menerima pembimbingan akan lebih bebas mengutarakan keluhan atau isi hatinya yang mungkin selama ini sudah lama dipendam.
Bagi yang sudah berkeluarga sering terjadi konflik rumah tangga yang bisa mengarah ke kerusakan keharmonisan atau bahkan mengarah ke perpecahan rumah tangga, padahal sesungguhnya akar penyebabnya adalah sangat sederhana yang mungkin karena kurang lancarnya komunikasi, termakan gossip-gossip oleh pihak ketiga dan ada prasangka-prasangka buruk diantara suami-istri.
Konflik antara orang tua dengan anak ataupun sebaliknya anak dengan orang tua yang sering terjadi ditengah-tengah keluarga, sesungguhnya sangat tepat dibahas di dalam sarana serti ini. Cukup banyak remaja atau yang sudah dewasa sekalipun bermasalah dengan orang tuanya, mereka tidak lagi mau tunduk dan mendengar nasihat orang tua, bahkan sudah berbuat sekehendak hatinya sendiri. Anehnya, disinyalir ada yang sudah mengkonsumsi atau bahkan sudah menjadi ketergantungan narkoba.
Demikian juga dengan bagi pemuda-pemudi, sering ada kerinduannya untuk membutuhkan pembimbingan terutama dalam hal memilih jodoh atau berpacaran sesuai koridor kristiani. Kadang ada yang sampai mengalami stres, karena tidak ada tempatnya bertukar pikiran atau mendapatkan jalan keluar dari persoalannya.
Kadang saya merasa heran, masih ada saja gadis dan yang umumnya sudah cukup berumur, ingin curhatdengan penulis mengenai kondisi dirinya yang cukup gelisah karena masih belum ada tanda-tanda mendapatkan jodohnya. Padahal sudah ada sarana yang disediakan gereja dan Gembala Sidang pula yang membimbingnya, namun rata-rata mereka beralasan kurang terbuka mengutarakan keluhannya kepada pembimbing yang mereka anggap sudah cukup tua.
Penulis merasa tersentuh dan dengan penuh kesabaran menampung semua aspirasinya dan mencoba memberi jalan keluarnya, terutama dengan firman Tuhan. Hal seperti ini bisa berlangsung cukup lama, bahkan sampai enam bulan terus menerus komunikasi dengan layanan SMS (short message system). Guna dapat memenuhi harapan mereka penulis terpaksa banyak menggali akan hal-hal yang berkaitan dengan pokok persoalan, dan terpaksa membeli buku-buku panduan.
Pembimbingan (counseling) meliputi:
- Pembimbingan umum.
- Pembimbingan pernikahan.
- Pembimbingan pekerjaan.
- Pembimbingan pendidikan.
- Pembimbingan penjabatan.
- Pembimbingan rumah tangga.
- Pembimbingan kerohanian.
- Pelayanan melalui seminar-seminar
HKBP Bakom – Cileungsi dengan memperhatikan kebutuhan jemaat yang cukup genting, seperti misalnya: Mengatasi kenakalan remaja yang efektif, Kesadaran Ibu akan kesehatan anak, Mengenal jelas akan- bahaya narkoba, Character building, Who am I, Antara injil dan adat, Semalam di Tapanuli, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, kadang harus mendatangkan pembicara, namun hal ini adalah bagian dari upaya yang dapat dilakukan gereja guna menambah kesadaran, menambah wawasan, dan sekaligus agar siap menghadapi keadaan-keadaan tantangan global yang sedang melanda jemaat maupun komunitas heterogen pada umumnya.
Seperti biasa penulis sering diminta oleh kelompok pemuda-pemudi mengadakan seminar dan presentasi yang topiknya adalah sesuai selera dari kelompok pemuda-pemudi dimaksud. Kadang penulis merasa jengkel jika sampai diminta mempresentasikan hal “Berpacaran”, namun demi memuaskan harapan mereka, penulis terpaksa membeli buku-buku yang relevant dengan berpacaran sesuai kristiani dan mengambil sarinya guna dapat menjadi acuan atau pedoman bagi pemuda-pemudi.
Penulis kadang mengadakan presentasi diluar jakarta atau di gereja yang sedang dikunjungi bersama-sama dengan pemuda-pemudi yang menjamu kunjungan kasih dimaksud. Adalah menjadi kebahagiaan dan kebanggaan khusus bagi penulis jika materi yang dipresentasikan dapat menyentuh kalbu atau berguna bagi mereka yang mengikutinya. Karena hal ini adalah sudah menjadi tujuan hidup penulis yakni “Menjadi orang Bermakna”.
Adapun bukti nyata hasil (pengaruh) pembinaan yang dilakukan secara disiplin di HKBP – Bakom – Cileungsi:
- Gairah jemaat semakin bertambah untuk beribadah pada setiap hari Minggu ataupun pada Ibadah Rumah Tangga setiap hari Rabu malam.
Dengan semangat yang semakin menggebu-gebu dan dengan bermodalkan iman, HKBP Bakom – Cileungsi sudah dapat mengembangkan pelayanannya, dengan membuka pos pelayanan di Kirab Remaja. Tadinya hanya rumah kecil biasa, namun dengan semangat membangun dari wilayah I; VII dan VIII, tanah di sekitarnya dapat dibeli dan pembangunan phisik gereja terus berjalan serta peralatan-peralatan dipenuhi dan hingga penulisan tesis ini, pembangunan masih berlangsung terus dan saat ini sudah bisa menampung sekitar dua ratus jemaat. Jumlah jemaat yang beribadah terus bertambah demikian pula dengan jumlah persembahan setiap minggunya terus bertambah.
- Sudah tidak ada lagi jemaat yang menolak Kebaktian Rumah Tangga di rumahnya.
Pengamatan penulis dalam enam bulan terakhir ini bahwa hal dimaksud sudah tidak ada lagi di semua wilayah. Salah satu dari beberapa alasan menolak kebaktian di rumahnya adalah karena suami sebagai kepala rumah tangga tidak berada di rumah atau sedang bertugas ke luar kota, namun akhir-akhir ini, tanpa suamipun tidak- ada masalah lagi, bahkan ada yang sampai meminta agar kebatian diadakan di rumahnya saja karena ada kerinduan yang tulus dari Ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Pengamatan penulis bahwa walaupun kondisi keuangan dari yang punya rumah cukup sulit, namun hidangan minimal snack selalu tersedia setelah ibadah. Hal ini mencerminkan kesungguhan dari yang punya rumah menerima anggota jemaat beribadah ditengah-tengah keluarganya.
- Kesadaran membayar iuran/kewajiban untuk gereja semakin meningkat.
Hal ini terlihat jelas dari iuran-iuran yang masuk setiap minggunya. Hal ini secara rutin dimuat di buku acara setiap minggu dan jika di amati terus, kelihatan ada peningkatan, bahkan pada saat-saat keadaan genting ada yang rela mendahulukan uangnya dulu dipergunakan untuk kepentingan demi lancarnya program kegiatan gereja. Jika sampai kesadaran jemaat tidak meningkat akan membayar iuran ataupun mendukung pembangunan, pos pelayanan yang sekarang juga berfungsi sebagai gereja, tidak akan mungkin dibangun, bahkan dengan sukarela ada saja jemaat yang membeli keperluan pos pelayanan secara diam-diam dengan duit sendiri, seperti misalnya: podium, kipas angin dan lain sebagainya.
- Kesadaran orang tua akan pembekalan anak-anaknya dengan firman Tuhan semakin bertambah.
Jumlah anak sekolah minggu terus bertambah setiap minggunya, selain dari naik jemputan yang telah disediakan gereja, banyak diantara anak sekolah minggu yang diantar dan ditunggu langsung oleh orang tuanya masing-masing. Namun kadang ada akibat yang kurang baik jika anak sekolah minggu diantar oleh orang tuanya, yakni: jika sampai terjadi anak-anak sekolah minggu terlambat pulang kerumah oleh karena satu dan lain hal, maka akibatnya orang tuanya bisa jadi batal ke gereja dan jikapun dipaksakan, namun sudah pasti terlambat yang hal ini bisa membuat seseorang kurang nyaman. Sering terjadi pada saat kebaktian rumah tangga, anak-anaknya diajak orang tuanya ikut serta walaupun acara kebaktian berlangsung dalam bahasa Batak yang sudah pasti kurang dimengerti oleh anak-anak yang sudah lahir diperantauan, namun kelihatannya tidak ada masalah bagi mereka, ibadah tetap dinikmati dengan tekun.
- Calon Penatua dan Majelis dengan sukarela bertambah.
Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi jika mencari calon penatua atau majelis adalah pekerjaan yang sulit, karena kurang diminati, sehingga pada umumnya menolak. Pengamatan penulis terhadap penatua/majelis jika didorong-dorong agar bersedia menjadi penatua atau menjadi penatua/majelis dengan kerelaan sendiri, akan kelihatan jelas kualitasnya.
Adapun fakta yang sering terjadi terhadap seseorang penatu dan majelis oleh karena didorong-dorong adalah: jikalau menghadapi tantangan gampang mundur, kurang disiplin menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya, kadang bukannya menjadi penyejuk suasana, malah tukang provokasi atau bahkan menjadi batu sandungan. Namun tidak demikian halnya bagi penatua atau majelis yang dengan kerelaan sendiri.
Adapun jumlah semua penatuamajelis yang bertugas di HKBP Bakom – Cileungsi adalah sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang, barangkali masih kurang memadai atau perlu penambahan mengingat jumlah jemaat semuanya terdiri dari 600 (enam ratus) kepala keluarga lebih. Disatu sisi kalau diakui dengan jujur, professi penatua/majelis gereja adalah pengabdian dan siap berkorban. Tidak mendapatkan honor atau sekedar uang kantong dari gereja, namun sering ada tanggapan yang kurang baik terhadap mereka yang berprofessi sebagai penatua dan majelis gereja.
- Kepedulian terhadap Program Kerja gereja semakin terlihat jelas.
Pada setiap pelaksanaan program kerja, sudah pasti harus ada sumber pendanaannya, dan biasanya dananya sudah tersedia karena sudah dianggarkan sebelumnya. Nach, buat kegiatan yang sifatnya mendadak, namun genting harus dilaksanakan, hal ini kadang menimbulkan permasalahan apabila sampai menemukan jalan buntu. Akan tetapi jika semuanya kondisi solid dan kondusif, dari gembala sidang hingga jemaat, biasanya ada saja jalan keluar yang dapat ditempuh guna jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Dalam keadaan seperti ini tentu dicarikan jalan keluarnya, dan biasanya melalui sermon parhalado atau rapat majelis dan hasil rapat tersebut diwartakan ke jemaat dalam ibadah minggu. Seperti biasa pro-kontra pasti ada, namun selama alasan dan tujuannya jelas, jemaat sudah mulai merespon dengan positif, tidak terdengar lagi kritik-kritik ataupun tangapan-tanggapan negatif.
Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus selaku Raja Gereja, program kerja yang dicanangkan setiap tahunnya dapat terealisasi dengan baik. Hal ini tidak lepas dari kesadaran serta iman jemaat yang semakin bertumbuh.
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil kuesioner secara random yang diperoleh dari jemaat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Pembinaan warga gereja guna pertumbuhan iman adalah sangat perlu diadakan secara berkesinambungan, terbukti:
- Jemaat semakin termotivasi untuk datang beribadah setiap minggunya. Hal ini terbukti dari jumlah kehadiran jemaat di gereja HKBP Bakom-Cileungsi dan jumlah kehadiran jemaat di Pos Pelayanan Kirab Remaja-Cileungsi.
- Anak-anak Sekolah Minggu semakin banyak datang beribadah di gereja, selain naik kendaraan yang disediakan gereja, banyak diantara mereka diantar sendiri oleh orang tuanya masing-masing.
- Dari laporan yang kami terima dari wilayah 1 hingga wilayah 8, tidak ada lagi keluarga yang menolak kebaktian rumah tangga di rumah mereka.
- Terlihat jelas kepedulian jemaat akan program kerja dan rencana anggaran yang diproyeksikan setiap tahunnya.
- Jemaat sudah mulai tergerak hatinya untuk memberikan kewajibannya ke gereja, juga menyumbang untuk pembangunan gereja dan pos pelayanan, terbukti hanya dalam beberapa bulan saja, telah berdiri pos pelayanan di daerah Kirab Remaja-Cileungsi yang bisa menampung sebanyak 200 jemaat dan pembangunannya pun masih terus berlangsung hingga saat penulisan tesis ini.
- Pembinaan warga gereja guna pertumbuhan iman berakibat ke kesadaran jemaat, kedisiplinan jemaat, pertumbuhan dan kematangan rohani jemaat.
- Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran-saran sebagai berikut:
- Agar pembinaan dimaksud dapat terus-menerus dijalankan.
- Agar diupayakan dengan metode-metode yang lebih tepat dengan keadaan dan kondisi jemaat saat ini.
- Seminar-seminar selain dari yang berkaitan dengan pembinaan jemaat, agar minimal dua kali dalam setahun dapat diadakan seminar yang berkaitan dengan budaya Batak, dengan demikian diharapkan generasi penerus tidak sampai melupakan budaya yang telah dirintis sejak dari nenek moyang dulu.
- Kunjungan (visitation) agar terus dipertahankan dan ditingkatkan, terutama disaat jemaat dan anggota keluarganya mengalami sakit, musibah, penderitaan dan lain sebagainya.
- Tidak selamanya pembinaan yang di implementasikan dapat diterima oleh jemaat, barangkali ada benturan dalam hal pembinaan dimaksud, agar jangan sampai kecewa atau bahakan mundur, namun tetap diupayakan jalan keluarnya atau cara yang tepat yang lebih dapat diterima oleh jemaat.
DAFTAR PUSTAKA
LAI
1996 Alkitab, Jakarta
Abineno, J.L. Ch,
2006 Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Breden
1958 Pastorale Verkenning, Gravenhage
Berkhof, H
1973 Christelijk, Geloff.
Brunner, E
1932 Das Gebot und die, Ordnungen, 1932.
Barth, K
1933 Theologische Existenz, Heute.
____
1955 Kirchliche Dogmatic, Gemeinde.
Calvin, Yohanes
1985 Institutio, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
____
1986 Commentaries, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Davis, Merle
1943 The Economic Basis, London.
Danandjaja
TT Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Asih Asah Asuh
Dicks, Russel L
1945 Pastoral Work and Pastoral Counseling, Macmilan
Flippo, Edwin B
1991 Manajemen Personalia Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.
Fraytag, W
1938 Die Junge Christenheit, Umbruch.
Fre, Fontana den
1994 Denzin dan Lincoln.
Handoko, T. Hani
TT
1992 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima, Yogyakarta: BPFE.
Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Yoyakarta: BPFE.
Hasibuan, A. L. Th
1948 Immanuel, Medan.
Lehre, Die
1946 Von der Sellorge, Zurich.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi
1991 Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.
Nitisemoto Alex S,
1991 Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rudolph, Sohm
1947 Bekennendes, Kirchenrecht.
Rick, Yount
1990 Research Design and Statistical Analysis, Forth Worth.
Roscam, Abbing P.
1974 Pastoral aan Zieken, Boekencentrum: Gravenhage.
Sukanto
1997 Pengantar Manajemen, Jakarta: Depdikbud.
Swasono, Yudo
1993 Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta.
SEAGEST
1985 Institute of Advanced Pastoral Studies, Jakarta.
Sproull & Natalie
1988 Handbook of Research Methods, The Scarecrow Press.
Selan, Ruth F
2000 Pembinaan Warga Gereja, Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Thurneysen
1963 A Theology of Pastoral Care, Southend.
Uitzichten,
1953 Deft Mission, Bremen.
Van, Randwyiik S.C
1936 Christian Education, Amsterdam.
Warneck, J
1936 Jahren Batak-Mission, Namz.
DAFTAR ANGKET (KUESIONER)
Cileungsi, February 2014
Kepada yth:
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Responden
Di
T em p a t.
Perihal : Pengisian Daftar Angket/Kuesioner
Salam dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Kami sangat memahami keterbatasan waktu saudara, namun kami sangat mengharapkan kesediaannya untuk mengisi tanda “ x ” pada kotak kuesioner yang telah tersedia sesuai pilihannya, sebagai bahan penelitian buat kami guna penyusunan tesis.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami mengucapkan banyak terimakasih. Tuhan Yesus memberkati.
Teriring salam dan doa,
St. R. Tampubolon, SE
Daftar Pertanyaan
- Bagaimana penilaian saudara dan apa alasannya jemaat kurang rajin atau bahkan tidak mau datang ke gereja?.
- Tidak punya ongkos atau kolekte.
- Pendeta/majelis gereja pilih kasih, lebih ramah kepada orang kaya.
- Takut diberi tugas.
- Belum saatnya ke gereja.
- Menurut saudara, apa penyebabnya jemaat kurang tertarik menghadiri kebaktian rumah tangga pada setiap hari Rabu malam.
- Ibadahnya
- Takut diberi tugas.
- Takut ditunjuk di rumah kita tempat untuk kebaktian berikutnya.
- Belum saatnya beribadah kepada Tuhan.
- Mengapa ada-ada saja jemaat yang menolak kebaktian di rumahnya?.
- Kepala keluarga sedang bertugas di luar kota.
- Takut diberi tugas.
- Tidak punya dana untuk biaya konsumsi.
- Lingkungan tidak mengijinkan.
- Apa alasan utama jemaat kurang tanggap memenuhi kewajibannya, iuran dlsb?
- Tidak ada anggaran untuk itu.
- Tidak transparan akan penggunaan dana tersebut.
- Banyak yang lebih prioritas.
- Tidak ada yang datang menagih kerumah.
- Yakinkah Saudara jika para orang tua sudah membekali anak2nya di rumah dengan firman Tuhan, dan apa alasannya?.
- Tidak yakin, karena orang tua tidak punya modal untuk itu.
- Tidak yakin, karena orang tua sendiripun butuh pembekalan firman Tuhan.
- Yakin, karena orang tua sudah mulai rajin kegereja.
- Yakin, buktinya anak-anak tidak ada yang terlibat tawuran dan narkoba.
- Jika Saudara dipilih menjadi calon penatua/majelis, apa komentar Saudara?.
- Mikir-mikir dulu.
- Menolak, karena tidak punya talenta untuk itu.
- Tidak tertarik, karena dituding-tuding melulu.
- Bagaimana kata majelis dan keluarga saya saja.
- Mengapa banyak yang tidak berminat menjadi penatua/majelis?
- Kurang percaya diri.
- Tidak ada kompensasinya.
- Menyita waktu.
- Bagaimana tanggapan Saudara tentang acara ibadah selama ini?
- Kurang menarik, karena monotone.
- Biasa-biasa saja.
- Perlu ada variasinya, agar lebih menarik.
- Perlu di selang-selingi dengan ibdah kontekstual.
- Saran-saran apa saja yang saudara dapat ajukan agar kedepan, ibadah lebih menarik?
- Seyogianya pembicara/pengkhotbah dibuat bergantian/pertukaran mimbar.
- Selain yang tersebut di atas, agar pujian diiringi dengan musik band.
- Tidak ada saran.
- Diupayakan agar variatif.
- Apakah menurut saudara program kerja itu?. Apakah perlu dilakukan? Jika perlu apa alasan saudara?
- Sangat perlu, agar semua kegiatan terkendali demikian pula dengan anggarannya.
- Selain jawaban di atas, agar terhindar dari kegiatan yang dadak-dadakan.
- Tidak perlu karena kegiatan pertahunnya, toch itu-itu juga.
- Tidak ada komentar.
- Bagaimana pendapat saudara, apakah kunjungan pendeta ke rumah jemaat cukup?
- Minimal sekali dalam setahun rumah kami pasti dikunjungi.
- Kami memakluminya walaupun tidak sempat dikunjungi
- Walaupun tidak seluruhnya dapat dikunjungi, namun itu karena kesibukan.
- Rumah kami jarang dikunjungi.
- Pada saat salah satu anggota keluarga sakit, apakah Bpk. Pendeta datang berkunjung?
- Ya, Bpk. Pendeta datang dan mendoakan.
- Datang, tapi setelah pulang dari rumah sakit.
- Tidak datang sama sekali.
- Diwakilkan saja kepada salah satu majelis.
- Menurut saudara, apakah pembinaan warga selama ini cukup efektif?
- Belum, karena belum bisa menjangkau sampai ke tempat terpencil.
- Cukup efektif.
- Masih perlu ditingkatkan.
- Seyogianya diperuntukkan untuk kaum muda saja.
- Puaskah saudara dengan sistem pembinaan yang dilakukan sekarang ini?
- Cukup puas, namun masih perlu peningkatan.
- Kurang puas, metodenya perlu ditambah.
- Belum puas.
- Tidak ada komentar.
- Secara umum, dengan pengamatan saudara, apakah jemaat semakin bergairah datang beribadah setiap hari Minggu?
- Ya, jemaat semakin termotivasi.
- Ya, animo jemaat semakin meningkat.
- Luar biasa, gereja HKBP Bakom dan Pos Pelayanan penuh setiap Minggu.
- Biasa-biasa saja.
[1] Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991, hal. 48.
[2] Sukanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: Depdikbud, 1997, hal. 14.
[3] Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga: Jakarta,
1991, hal. 5.
[4] T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima, Yogjakarta: Penerbit BPFE, 1992, hal. 8.
[5] Op. Cit. T. Hani Handoko, 1992, hal. 110.
[6] Yudo Swasono dan Endang Sulistyaningsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, 1993, hal. 98.
7 Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Jakarta Ghalia Indonesia, 1991, hal.
86
[8] Die Lehre von der Sellrorge, Zurich 1946, hal 12
[9] Uitzichten, Deft 1953, hal 111–132.
[10] Pastorale verkenning Gravenhage 1958, hal 12.
[11] S.C.Graff Van Randwyijk. The life of the church ”Christian Education, Amsterdam, 1936, hal. 144-151.
[12] A.L.Th. Hasibuan dalam Immanuel, Medan, 1948, hal. 27.
[13] Op. Cit, hal. 53.
[14] Merle Davis, The economic Basis, London, 1943, hal. 195 dan 445.
[15] W.Fraytag, Die Junge Christenheit, Umbruch, 1938, hal. 83.
[16] J. Warneck, Jahren batak-mission, Namz, 1936, hal. 89.
[17] Berkhof H, Christelijk, Geloff, 1973, hal. 83
[18] JL. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hal. 5
[19] Sohm Rudolph, Bekennendes, Kirchenrecht, 1947, hal 102
[20] Op. Cit. hal. 87
[21] Sohm Rudolph, Op. Cit. hal. 91
[22] Sohm Rudolph, Op. Cit. 1947, hal. 97
[23] Brunner, E, Das Gebot und die, Ordnungen, 1932, hal. 41.
[24] Bartk. K, Theologische Existenz, Heute, 1933, hal. 12.
[25] Bartk K, Kirchliche Dogmatic, Gemeinde, 1955, hal. 17.
[26] SEAGEST. Institute of advanced Pastoral Studies, Jakarta, 1985, hal. 126.
[27] Thurneysen, A Theology Of pastoral Care, Southend, 1963, hal. 15.
[28] Yohanes Calvin, Institutio, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1985, hal 218
[29] Yohanes Calvin, Commentaries, Jakarta: BPK Gunung Mulia , 1986, hal. 357.
[30] Yount, Rick, Research Design and Statistical Analysis, Forth Worth, 1990, hal 29.
[31] Fontana dan Fre dalam Denzin dan Lincoln, 1994, hal. 368
[32] Denzin dan Lincoln, thn 1994, hal 394
33 Sproull & Natalie, Handbook of Research Methods, The Scarecrow Press, Inc. thn. 1988, hal 128
34 Op. Cit. Sproull & Natalie, 1988, hal. 137
35 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1991.
36 Danandjaja, Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Asih Asah Asuh, malang, 1990, hal. 23
37 Dr. Ruth F. Selan, Pembinaan Warga Gereja, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000
38 Abbing, P. Roscam, Pastoral aan zieken, Boekencentrum, Gravenhage, 1974, hal.
39 Op. Cit. Abbing, 1974, hal 52.
40 Op. Cit. Abbing, 1974, hal. 56
41 Russel L. Dicks, Pastoral Work and Pastoral Counseling, Macmilan Company, 1945, hal. 31.