Bukti Document

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 1
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari latar belakang gereja dan arti gereja.
  2. TIK :  

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan latar belakang gereja dan arti gereja yang sesungguhnya.

B. Pokok Bahasan : Latar Belakang  Gereja
C. Sub Pokok Bahasan
  1.       Menurut  ajaran Alkitab, arti gereja tidak menunjuk kepada gedung  tempat ibadah, atau suatu aliran gereja.

2.       Gereja adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari dunia oleh injil Yesus Kristus, disatukan oleh iman dalam Yesus Kristus untuk melaksanakan kehendak Allah.

3.       Gereja setempat adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, di satu tempat tertentu (I Tes 1 : 1; I Kor 7 : 17).

4.       Gereja sedunia bukan berarti kumpulan atau pertemuan orang percaya, tetapi kesatuan rohani orang-orang Kristen dalam Kristus.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.     Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Menurut ajaran alkitab, arti gereja tidak menunjuk kepada gedung tempat ibadah, atau suatu aliran gereja. 30’
Penyajian Materi 2.  

Gereja adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari dunia oleh injil Yesus Kristus, disatukan oleh iman dalam Yesus Kristus untuk melaksanakan kehendak Allah.

30’
  3. Gereja setempat adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, di satu tempat tertentu (I Tes 1 : 1; I Kor 7 : 17). 30’
4. Gereja sedunia bukan berarti kumpulan atau pertemuan orang percaya, tetapi kesatuan rohani orang-orang Kristen dalam Kristus. 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab 1

2 : Pasal 1

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 2
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan Dasar Gereja yang sesungguhnya.
  2. TIK :  

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan akan Dasar Gereja sesungguhnya.

B. Pokok Bahasan : Dasar Gereja
C. Sub Pokok Bahasan
  1.       Dasar Gereja adalah Yesus Kristus (I Kor 1 : 2).

2.       Gereja dibangun bukan atas dasar ajaran manusia, tetapi di atas dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

3.       Tanpa Kristus sebagai dasar, Gereja adalah suatu kumpulan biasa yang tidak mempunyai arti, bukan tubuh Kristus.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Dasar Gereja adalah Yesus Kristus (I Kor 1 : 2). 35′
Penyajian Materi 2. Gereja dibangun bukan atas dasar ajaran manusia, tetapi di atas dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. 35′
  3. Tanpa Kristus sebagai dasar, Gereja adalah suatu kumpulan biasa yang tidak mempunyai arti, bukan tubuh Kristus.

 

35’
  4. Diskusi 15”
Penutup  

Mahasiswa aktif dalam  memberikan pertanyaan dan merespon petanyaan yang terkait dengan materi yang dibahas

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab I

2.Pasal I

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 3
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari tentang orang Kristen mula mula serta perkembangannya.
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang orang kristen mula mula serta system pelayanannya.
B. Pokok Bahasan : Gereja dan Agama Kristen
C. Sub Pokok Bahasan
  1.       Pada mulanya hampir semua orang Kristen adalah orang Yahudi. Mereka menurut kebiasaan, masuk ke rumah sembahyang pada tiap hari sabat, demikian juga Tuhan Yesus.

2.       Agama Kristen menerima setiap orang yang bertaubat tanpa memandang suku dan bangsa

3.       Setelah Pantekosta , jemaat bertambah , mereka melayani satu sama lain menurut karuniaNya, karena besarlah orang yang melayani (Mat. 20:26; Luk. 22 : 26-27)

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.Preview Pendahuluan

2.Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Pada mulanya hampir semua orang Kristen adalah orang Yahudi. Mereka menurut kebiasaan, masuk ke rumah sembahyang pada tiap hari sabat, demikian juga Tuhan Yesus. 30’
2. Agama Kristen menerima setiap orang yang bertaubat tanpa memandang suku dan bangsa 30’
Penyajian Materi 3. Setelah Pantekosta , jemaat bertambah , mereka melayani satu sama lain menurut karuniaNya, karena besarlah orang yang melayani (Mat. 20:26; Luk. 22 : 26-27) 30’
  4. Tanya jawab 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan Tanya jawab

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab I

2 : Pasal  IV

 

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 4
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari tentang apologet, dan siapa yang dapat dikatakan apologis.
  2. TIK :  

Mahasiswa akan memahami dan mampu menjelaskan akan apologet dan apologis.

B. Pokok Bahasan : Apologet.
C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.       Paulus adalah seorang apologis yang baik, juga Yohanes dalam Injilnya berapologet tentang keilahian Kristus.

2.       Agama kristen mendapat tantangan dari pemerintah dan dari agama lain.

3.      Orang-orang menuduh jemaat Kristen adalah atheis, karena orang kristen menyembah berhala, mereka menuduh orang kristen tidak mengakui pemerintah karena menuntut kerajaan Surga dan menyebut diri nya sebagai warga Surga.

 

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.Preview Pendahuluan

2.Overview Materi

Media Infocus, Laptop, Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Paulus adalah seorang apologis yang baik, juga Yohanes dalam Injilnya berapologet tentang keilahian Kristus. 30′
Penyajian Materi 2. Agama kristen mendapat tantangan dari pemerintah dan dari agama lain. 30′
  3. Orang-orang menuduh jemaat Kristen adalah atheis, karena orang kristen menyembah berhala, mereka menuduh orang kristen tidak mengakui pemerintah karena menuntut kerajaan Surga dan menyebut diri nya sebagai warga Surga.

 

30’
  4. Tanya- jawab 30’
Penutup  

Mahasiswa mengajukan pertanyaan dan mahasiswa lain meresponnya dengan cermat

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan tanya jawab

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab I

2: Pasal VII

 

.

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 5
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  belajar tentang aniaya-aniaya yang dialami gereja beserta para pemimpin dan jemaatnya.
  2. TIK : Mahasiswa  mampu memahami dan menjelaskan tentang aniaya-aniaya yang dialami gereja beserta para pemimpin maupun jemaatnya. Namun gereja semakin dibabat, malah semakin merambat.
B. Pokok Bahasan : Masa Penganiayaan Gereja.
C. Sub Pokok Bahasan
1.     Dalam sejarah gereja, aniaya yang diterima pertama-tama datang dari pihak agama Yahudi, kemudian ditambah pula dari pihak pemerintah.

2.     Dalam sejarah gereja, tercatat 10 kali aniaya yang sangat besar yang di alami gereja.

3.     Memusnahkan seluruh gedung gereja, Alkitab dan tafsiran-tafsiran, serta memenjarakan semua pimpinan gereja

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Dalam sejarah gereja, aniaya yang diterima pertama-tama datang dari pihak agama Yahudi, kemudian ditambah pula dari pihak pemerintah. 30’
Penyajian Materi 2. Dalam sejarah gereja, tercatat 10 kali aniaya yang sangat besar yang di alami gereja. 30’
3. Memusnahkan seluruh gedung gereja, Alkitab dan tafsiran-tafsiran, serta memenjarakan semua pimpinan gereja 30’
4. Tanya-jawab. 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya,
Metoda Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, Curah pendapat, Diskusi,

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.      Bab II

2.      Pasal I

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 6
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  belajar tentang aniaya-aniaya dari luar dan dari dalam gereja, dengan munculnya bidat-bidat, aliran-aliran gnostik dan aliran Kristologi.
  2. TIK : Mahasiswa  mampu memahami dan menjelaskan aniaya-aniaya dari dalam dan dari luar gereja.  Mewaspadai dan mampu menangkal bidat-bidat, aliran-aliran gnostik dan aliran Kristologi.
B. Pokok Bahasan : Aniaya dari dalam gereja, dan timbulnya bidat-bidat.
C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.      Selain aniaya dari luar, gereja mendapat aniaya dari dalam pula, yaitu bangkitnya bidat-bidat.

2.      Munculnya Gnostik,  mereka yang menyebut dirinya memiliki pengetahuan Allah dan dunia, pengetahuan ini tidak dimiliki orang lain. Dasar pemikiran mereka ialah sifat Allah yang berhubungan dengan dunia.

3.      Aliran Kristologi, mereka menganggap Kristus sama dengan Allah tingkat dua. Mereka menyangkal kebenaran kalam menjelma menjadi manusia, pelayanan dalam dunia dan penebusan diatas kayu salib. Mereka menolak kebangkitan.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Selain aniaya dari luar, gereja mendapat aniaya dari dalam pula, yaitu bangkitnya bidat-bidat. 30’
2. Munculnya Gnostik,  mereka yang menyebut dirinya memiliki pengetahuan Allah dan dunia, pengetahuan ini tidak dimiliki orang lain. Dasar pemikiran mereka ialah sifat Allah yang berhubungan dengan dunia. 30’
Penyajian Materi 3 Aliran Kristologi, mereka menganggap Kristus sama dengan Allah tingkat dua. Mereka menyangkal kebenaran kalam menjelma menjadi manusia, pelayanan dalam dunia dan penebusan diatas kayu salib. Mereka menolak kebangkitan. 30’
  4. Tanya jawab 30’
Penutup
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, Curah pendapat, Diskusi,

 

E. Evaluasi
  Referensi :  

1.       Bab II

2.       Pasal II

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 7
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari tentang macam kebaktian dan liturginya.

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam kebaktian dan liturginya.
B. Pokok Bahasan : Penetapan Liturgi Kebaktian
C. Sub Pokok Bahasan
1.          1. Pada masa permulaan gereja ada dua macam kebaktian:

a. Doa dan pengajaran.

b. Perjamuan kudus dan perjamuan kasih (Yudas 12).

2. Perjamuan kudus didirikan oleh Kristus sendiri (Mat. 26:26-29) dimana rasul-rasul melakukan demi mengingat Tuhan (I Kor. 11:23-29).

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Pada masa permulaan gereja ada dua macam kebaktian:

a. Doa dan pengajaran.

b. Perjamuan kudus dan perjamuan kasih (Yudas 12).

50’
Penyajian Materi 2. Perjamuan kudus didirikan oleh Kristus sendiri (Mat. 26:26-29) dimana rasul-rasul melakukan demi mengingat Tuhan (I Kor. 11:23-29). 50’
  3. Tanya jawab 20’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan Tanya jawab

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab  II

2 : Pasal  IV

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 8
A. Tujuan
  1. TIU :  
  2. TIK :
B. Pokok Bahasan : Test Mid Semester
C. Sub Pokok Bahasan
1.         
D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       partisipatif

2.       informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Preview Test Mid Semester 05′
Penyajian Materi 2. Test Mid Semester 100′
  3. Review Test Mid Semester 15′
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 9
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa akan mempelajari pengertian tentang Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan percaya akan Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.
B. Pokok Bahasan :

Masa Tenang Dalam Gereja

C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Percaya akan Allah yang Esa, Bapa dari tuhan kita Yesus Kristus. Ia telah memberi taurat, nabi dan injil kepada kita, Ia adalah Allah para rasul. Tuhan dalam P.L. dan P.B.

2. Yesus kristus adalah Tuhan, yang telah menjadi manusia, tetapi ia tetap adalah Allah. Ia dilahirkan oleh anak dara, benar-benar menjadi manusia, sungguh menderita sengsara, mati dan sungguh bangkit dari antara orang mati.

3. Roh Kudus dipermuliakan dan ditinggikan bersama Bapa dan Putra .

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.   partisipatif

2.   informative

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Percaya akan Allah yang Esa, Bapa dari tuhan kita Yesus Kristus. Ia telah memberi taurat, nabi dan injil kepada kita, Ia adalah Allah para rasul. Tuhan dalam P.L. dan P.B. 30′
Penyajian Materi 2. Yesus kristus adalah Tuhan, yang telah menjadi manusia, tetapi ia tetap adalah Allah. Ia dilahirkan oleh anak dara, benar-benar menjadi manusia, sungguh menderita sengsara, mati dan sungguh bangkit dari antara orang mati. 30′
  3. Roh Kudus dipermuliakan dan ditinggikan bersama Bapa dan Putra . 30′
  4. diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab  II

2: Pasal V

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 10
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan perkembangan gereja di semua benua, khususnya di Afrika Utara.
  2. TIK : Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan akan kondisi dan perkembangan gereja di semua benua.
B. Pokok Bahasan : Perkembangan Gereja di Afrika Utara.
C. Sub Pokok Bahasan
4.          1. Dalam Kis. 18:24-25 tercatat Apolos, ia adalah orang Yahudi yang dilahirkan di Alexandria ia adalah orang yang sangat terpelajar dan ahli filsafat. Ia telah mendengar hal mengenai Yesus, selain ia percaya ia mengabarkan juga tentang Yesus.

2. Susunan gereja di Afrika Utara agak berlainan dengan gereja–gereja yang lain. Mereka membagi gereja dalam 12 wilayah , yang masing-masing diatur oleh seorang gembala, dan dari 12 gembala di pilih seorang uskup,

3. Pada abad I agama Kristen masuk ke Afrika Utara melalui Italia. Pada abad II Cartage menjadi pusat perkembangan gereja Latin. Sedangkan jemaatnya sebagian besar berbangsa Rom, maka gereja Afrika Utara lebih bersifat Latin.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       partisipatif

2.       informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Dalam Kis. 18:24-25 tercatat Apolos, ia adalah orang Yahudi yang dilahirkan di Alexandria ia adalah orang yang sangat terpelajar dan ahli filsafat. Ia telah mendengar hal mengenai Yesus, selain ia percaya ia mengabarkan juga tentang Yesus. 30′
Penyajian Materi 2. Susunan gereja di Afrika Utara agak berlainan dengan gereja–gereja yang lain. Mereka membagi gereja dalam 12 wilayah , yang masing-masing diatur oleh seorang gembala, dan dari 12 gembala di pilih seorang uskup, 30′
  3. Pada abad I agama Kristen masuk ke Afrika Utara melalui Italia. Pada abad II Cartage menjadi pusat perkembangan gereja Latin. Sedangkan jemaatnya sebagian besar berbangsa Rom, maka gereja Afrika Utara lebih bersifat Latin. 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab  II

2.Pasal  VI

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 11
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari pengertian tentang Gereja menjadi Negara Agama di Roma.
  2. TIK : Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan akan Gereja menjadi Negara Agama
B. Pokok Bahasan : Gereja Sebagai Gereja Negara Roma.
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Sebelum gereja menjadi agama Negara, masih terdapat beberapa aliran dan pikiran bidat sebagai latar belakang.

2. Pada abad ketiga, segenap penduduk Roma baik atasan hingga rakyat jelata semuanya menyembah Mithra sebagai dewa matahari, teristimewa dalam kalangan militer, Constantine adalah seorang tentara, yang menyembah Mithra.

3. Sebelum gereja menjadi agama negara , pernah mengalami suatu masa gelap . Yaitu pada masa Kaisar Dioclexian (284 A.D.) ia adalah politikus yang berbakat dan berpandangan luas .

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       partisipatif

2.     informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Sebelum gereja menjadi agama Negara, masih terdapat beberapa aliran dan pikiran bidat sebagai latar belakang. 30′
Penyajian Materi 2. Pada abad ketiga, segenap penduduk Roma baik atasan hingga rakyat jelata semuanya menyembah Mithra sebagai dewa matahari, teristimewa dalam kalangan militer, Constantine adalah seorang tentara, yang menyembah Mithra. 30′
  3. Sebelum gereja menjadi agama negara , pernah mengalami suatu masa gelap . Yaitu pada masa Kaisar Dioclexian (284 A.D.) ia adalah politikus yang berbakat dan berpandangan luas . 30′
    4. Diskusi 30’
 
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab II

2: Pasal  VII

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 12
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari hubungan pemerintah Roma dengan gereja
  2. TIK : Mahasiswa memahami akibat hubungan pemerintah Roma dengan gereja, akhirnya gereja memperoleh kebebasan yang besar dalam pekabaran Injil.

 

B. Pokok Bahasan : Pemerintah Roma dan Gereja Roma.
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Hubungan pemerintah Roma dengan gereja yang teraniaya mendapat pemeliharaan Tuhan hingga Constantinus bertobat percaya Yesus, maka gereja memperoleh kebebasan yang besar dalam pekabaran Injil.

2. Mengenai motivasi Constantinus menjadi agama Ktisten, ada yang mengatakan karena gereja mempunyai organisasi yang kuat dan daya persatuan, serta merupakan mayoritas di dalam dimana mereka adalah penduduk yang baik dan damai dan mentaati peraturan.

3. Pada tahun 315, Constantinus menghapus hukuman mati tersalib, ia menganggap kebangunan moral sebagai syarat utama untuk membangun Negara. Constantinus menjadikan gereja sebagai organisasi yang berhak istimewa, sehingga para penginjil menggantikan kedudukan imam-imam dari agama kafir.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

 

 

 

Pendahuluan 1.     Partisipatif

2.     Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Hubungan pemerintah Roma dengan gereja yang teraniaya mendapat pemeliharaan Tuhan hingga Constantinus bertobat percaya kepada Tuhan Yesus, maka gereja memperoleh kebebasan yang besar dalam pekabaran Injil. 30′
Penyajian Materi 2. Motivasi Constantinus menjadi agama Kristen, ada yang mengatakan karena gereja mempunyai organisasi yang kuat dan daya persatuan, serta merupakan mayoritas di dalam dimana mereka adalah penduduk yang baik dan damai dan mentaati peraturan. 30′
  3. Pada tahun 315, Constantinus menghapus hukuman mati tersalib, ia menganggap kebangunan moral sebagai syarat utama untuk membangun Negara. Constantinus menjadikan gereja sebagai organisasi yang berhak istimewa, sehingga para penginjil menggantikan kedudukan imam-imam dari agama kafir. 30′
  4. diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
.

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 13
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari Gereja Roma yang kedudukannya di ibu kota sebagai gereja yang terkaya dan terbesar
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jika keuskupan Roma lambat laun melebihi dari daerah- daerah yang lain, yang pada akhirnya semakin berkembanglah kekuasaan keuskupan, sehingga menetapkan uskup agung dari Roma sebagai Paus.

 

B. Pokok Bahasan : Timbulnya Sistem Paus
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Gereja Roma yang kedudukannya di ibu kota sebagai gereja yang terkaya dan terbesar; dikala Arius mengancam di daerah jerman, mereka masih mempertahankan imannya yang benar, maka kedudukan dan nama dari keuskupan Roma lambat laun melebihi dari daerah- daerah yang lain

2. Penetapan sistem Paus ini sudah ada sejak permulaan abad ke–6 tetapi perkembangannya sangat lambat, baru setelah Prancis merdeka di luar kuasa Roma, Raja jJman memeluk agama Roma Khatolik, serta terjadinya penggabungan kuasa raja dengan pimpinan gereja, maka makin berkembanglah kekuasaan keuskupan, sehingga menetapkan uskup agung dari Roma sebagai Paus.

3. Sejak tahun 313 Constantinus menjadikan agama Kristen sebagai agama Negara, maka banyak orang yang masuk kedalam gereja, karena kompleksnya anggota gereja maka standar moral dalam gereja menurun.

 

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       partisipatif

2.     informative

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Gereja Roma menganggap dirinya didirikan oleh Petrus , dan karena kedudukannya di ibu kota sebagai gereja yang terkaya dan terbesar; dikala Arius mengancam di daerah jerman, mereka masih mempertahankan imannya yang benar, maka kedudukan dan nama dari keuskupan Roma lambat laun melebihi dari daerah- daerah yang lain 30′
Penyajian Materi 2. Penetapan sistem Paus ini sudah ada sejak permulaan abad ke–6 tetapi perkembangannya sangat lambat, baru setelah Prancis merdeka di luar kuasa Roma, Raja jJman memeluk agama Roma Khatolik, serta terjadinya penggabungan kuasa raja dengan pimpinan gereja, maka makin berkembanglah kekuasaan keuskupan, sehingga menetapkan uskup agung dari Roma sebagai Paus. 30′
  3. Sejak tahun 313 Constantinus menjadikan agama Kristen sebagai agama Negara, maka banyak orang yang masuk kedalam gereja, karena kompleksnya anggota gereja maka standar moral dalam gereja menurun 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab  III

2: Pasal  III

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 14
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan kemerosotan Kerajaan Romawi.
  2. TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan akar penyebab kemerosotan Kerajaan Romawi.
B. Pokok Bahasan : Kemerosotan Kerajaan Romawi
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Kekuasaan paus memuncak pada masa Nicholas I, tetapi 25 tahun setelah ia meninggal maka kekuasaan paus runtuh total. Hal ini disebabkan kekacauan politik, karena sering di pengaruhi oleh politik dan menjadi boneka dari kuasa roma , karena paus dipilih dari para klerus yang ada di Roma, maka sering disertai dukungan politik. Kerajaan Allah menimbulkan kerendahan hati.

2. Peristiwa yang lain menyebabkan perselisihan keuskupan timur dan barat makin bertambah. Yaitu ketika raja Constantinopel, Michael III tidak mampu dan kekuasaan ada di tangan pamannya Barl. Barl adalah seorang yang mempunyai nama buruk, maka hal itu tidak disetujui oleh uskup Ignatius dan melarang Barl untuk mengikuti perjamuan suci, tetapi Barl memecat Ignatius dan mengangkat Fetius (858-886 A.D.) sebagai uskup.

3. Pada 867 A.D. Fetius mengadakan sidang di Constantinopel yang memutuskan paus sebagai orang yang berdosa. Hal ini lebih menyebabkan antipati gereja timur dan barat  pada 1054 A.D. gereja barat dan timur telah pecah total.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.     Partisipatif

2.     informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Kekuasaan paus memuncak pada masa Nicholas I, tetapi 25 tahun setelah ia meninggal maka kekuasaan paus runtuh total. Hal ini disebabkan kekacauan politik, karena sering di pengaruhi oleh politik dan menjadi boneka dari kuasa roma , karena paus dipilih dari para klerus yang ada di Roma, maka sering disertai dukungan politik. Kerajaan Allah menimbulkan kerendahan hati. 30′
Penyajian Materi 2. Peristiwa yang lain menyebabkan perselisihan keuskupan timur dan barat makin bertambah. Yaitu ketika raja Constantinopel, Michael III tidak mampu dan kekuasaan ada di tangan pamannya Barl. Barl adalah seorang yang mempunyai nama buruk, maka hal itu tidak disetujui oleh uskup Ignatius dan melarang Barl untuk mengikuti perjamuan suci, tetapi Barl memecat Ignatius dan mengangkat Fetius (858-886 A.D.) sebagai uskup. 30′
  3. Pada 867 A.D. Fetius mengadakan sidang di Constantinopel yang memutuskan paus sebagai orang yang berdosa. Hal ini lebih menyebabkan antipati gereja timur dan barat  pada 1054 A.D. gereja barat dan timur telah pecah total. 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab  III

2: Pasal  VI

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 15
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan Perpecahan Kuasa Agama.
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan akan akar penyebab Perpecahan Kuasa Agama.
B. Pokok Bahasan : Perpecahan Kuasa Agama.
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Tindakan Hendry III dalam mencampuri urusan gereja walaupun mendapat dukungan mayoritas, tetapi masih banyak yang menentang. Hanya karena besarnya kuasa politik maka mereka tidak berani mengadakan perlawanan atau pembaharuan setelah Victor II, meninggal, rakyat Roma dibawah pimpinan tokoh Reformasi mengangkat Stephen X sebagai Paus (1057-1058) Hal ini disetujui oleh raja Jerman.

2. seorang cardinal yang menulis sebuah buku dengan judul Three books against Simonies” tiga kitab tentang menentang jual beli jabatan suci. Dalam buku ini ia mengatakan kaum awam tidak boleh memangku jabatan gereja pada saat itu dengan sebuah tongkat dan sebentuk cincin yang diberi oleh Paus, maka seorang dapat memangku jabatan suci, sedangkan hal ini sering diperoleh dengan jual beli. Ketiga karangan ini untuk menentang kuasa raja dan mencampuri kuasa gereja, tetapi Stephen 10 takut akibat hal ini, maka ia tidak berani mengambil tindakan.

3. Henry III telah dewasa untuk menyatakan kuasa raja Jerman, ia mulai mengangkat uskup-uskup. Ia mengangangkat Kophly sebagai uskup agung dari Castelid. Tetapi Alxander II menuduhnya menjual-belikan jabatan suci, serta mengangkat Atho sebagai Uskup agung dari Castelid. Persaingan ini berakhir pada 1072 AD. Yaitu setelah Alexander II meninggal.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.partisipatif

     2.informative

Media Infocus
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Tindakan Hendry III dalam mencampuri urusan gereja walaupun mendapat dukungan mayoritas, tetapi masih banyak yang menentang. Hanya karena besarnya kuasa politik maka mereka tidak berani mengadakan perlawanan atau pembaharuan setelah Victor II, meninggal, rakyat Roma dibawah pimpinan tokoh Reformasi mengangkat Stephen X sebagai Paus (1057-1058) Hal ini disetujui oleh raja Jerman. 30’
Penyajian Materi 2. seorang cardinal yang menulis sebuah buku dengan judul Three books against Simonies” tiga kitab tentang menentang jual beli jabatan suci. Dalam buku ini ia mengatakan kaum awam tidak boleh memangku jabatan gereja pada saat itu dengan sebuah tongkat dan sebentuk cincin yang diberi oleh Paus, maka seorang dapat memangku jabatan suci, sedangkan hal ini sering diperoleh dengan jual beli. Ketiga karangan ini untuk menentang kuasa raja dan mencampuri kuasa gereja, tetapi Stephen 10 takut akibat hal ini, maka ia tidak berani mengambil tindakan. 30’
  3. Henry III telah dewasa untuk menyatakan kuasa raja Jerman, ia mulai mengangkat uskup-uskup. Ia mengangangkat Kophly sebagai uskup agung dari Castelid. Tetapi Alxander II menuduhnya menjual-belikan jabatan suci, serta mengangkat Atho sebagai Uskup agung dari Castelid. Persaingan ini berakhir pada 1072 AD. Yaitu setelah Alexander II meninggal. 30’
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : SEJARAH GEREJA UMUM 1
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 100’
Pertemuan ke : 16
A. Tujuan
  1. TIU :  
  2. TIK :
B. Pokok Bahasan : Ujian Akhir Semester (UAS)
C. Sub Pokok Bahasan
4.         
D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1. Partisipatif

2. Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Preview Test Ujian Akhir Semester 05’
Penyajian Materi 2. UAS (Ujian Akhir Semester) 100’
  3. Review Test / Ujian AkhirSemester 15’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 1
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari arti dari istilah-istilah yang terkait dalam bidang Jurnalistik Kristen, Juga mempelajari bentuk, teknik dan proses penulisan mulai dari mencari ide sampai publikasi Kristen.
  2. TIK :  

Mahasiswa mampu mengetahui signifikansi pelayanan Jurnalistik Kristen. Menerapkan pengetahuan yang sudah diterima di dalam mengasah talenta menulis dan dapat mengembangkan pelayanan melalui  Jurnalistik Kristen

B. Pokok Bahasan : Permulaan Jurnalistik
C. Sub Pokok Bahasan
  1.      Istialh-istilah yang terkait dalam bidang Jurnalistik Kristen.

2.      Asal usul  Jurnalistik.

3.      Penempatan Jurnalistik Kristen dalam  peta pelayanan  dari sudut pandang jurnalis.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.     Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Pendahuluan dan asal usul jurnalistik 30’
Penyajian Materi 2. Istialh-istilah yang terkait dalam bidang Jurnalistik Kristen. 30’
3. Penempatan Jurnalistik Kristen dalam  peta pelayanan  dari sudut pandang jurnalis. 60’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab I

2 : Pasal I

 

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 2
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari pengertian dan definisi-definisi tentang Jurnalistik Kristen dalam  peta pelayanan  dari sudut pandang jurnalis.

 

  2. TIK :  

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian tentang Jurnalistik Kristen dan definisi-definisi Jurnalistik Kristen menurut para pakar di bidang Jurnalistik Kristen.

B. Pokok Bahasan : Asal usul Jurnalistik.
C. Sub Pokok Bahasan
  1.      Pengertian Jurnalistik Kristen.

2.      Definisi-definisi Jurnalistik Kristen menurut para pakar di bidang Jurnalistik Kristen.

 

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.   Preview Pendahuluan

2.   Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Pengertian Jurnalistik Kristen 30′
Penyajian Materi 2. Definisi-definisi  Jurnalistik Kristen  menurut para pakar di bidang Jurnalistik Kristen. 60′
  3. Tanya jawab 30’
Penutup  

Mahasiswa aktif dalam  memberikan pertanyaan dan merespon petanyaan yang terkait dengan  materi yang dibahas

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1: Bab I

2: Pasal  I

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 3
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  mempelajari tentang makna, pengertian, etika, dan prinsip-prinsip Jurnalistik Kristen.
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang makna, pengertian, etika, dan prinsip-prinsip Jurnalistik Kristen.
B. Pokok Bahasan : Dasar dasar Jurnalistik
C. Sub Pokok Bahasan
  1.       Roh Kudus adalah dasar bagi proses dan pencapaian dalam pelaksanaan Jurnalistik Kristen.

2.       Umat Allah/gereja adalah subjek Jurnalistik Kristen.

3.       Yesus Kristus adalah pusat pemberitaan dalam Jurnalistik Kristen.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.Preview Pendahuluan

2.Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Roh Kudus adalah dasar bagi proses dan pencapaian dalam pelaksanaan Jurnalistik Kristen. 30’
2. Umat Allah/gereja adalah subjek Jurnalistik Kristen. 30’
Penyajian Materi 3. Yesus Kristus adalah pusat pemberitaan dalam Jurnalistik Kristen. 30’
  4. Tanya jawab 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan Tanya jawab

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab I

2 : Pasal III

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 4
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari tentang Jurnalistik Kristen.
  2. TIK :  

Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang Jurnalistik Kristen.

 

B. Pokok Bahasan : Sembilan Prinsip Jurnalisme.

 

C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.      Jurnalistik Kristen. sebagai metode

 

2.      Jurnalistik Kristen  dalam Penginjilan

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.Preview Pendahuluan

2.Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Jurnalistik Kristen sebagai metode 40′
Penyajian Materi 2. Jurnalistik Kristen dalam Penginjilan 40′
  3. Tanya jawab 40’
Penutup  

Mahasiswa mengajukan pertanyaan dan mahasiswa lain meresponnya dengan cermat

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan tanya jawab

 

E. Evaluasi
 
. Referensi :

1: Bab I

2: Pasal IV

 

 

 

 

 

 

.

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 5
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  belajar tentang empat petunjuk dalam mengumpulkan data dan informasi.

 

  2. TIK : Mahasiswa  dapat memahami dan menjelaskan tentang empat petunjuk dalam mengumpulkan data dan informasi.

 

B. Pokok Bahasan : Kode Etik Jurnalistik

 

C. Sub Pokok Bahasan
1.     Pengamatan langsung ataupun tidak langsung,

2.     Pencarian bahan-bahan melalui dokumen publik.

3.     Partisipasi (Turut ambil bagian dalam peristiwa

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.   Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Pengamatan langsung ataupun tidak langsung, 30’
Penyajian Materi 2. Pencarian bahan-bahan melalui dokumen publik. 30’
3. Partisipasi (Turut ambil bagian dalam peristiwa). 30’
4. Wawancara. 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya,
Metoda Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, Curah pendapat, Diskusi,

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.      Bab II

2.      Pasal I

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 6
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  belajar tentang bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

 

  2. TIK : Mahasiswa  memahami dan menerapkan bahasa jurnalistik atau bahasa pers yakni : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, dan lugas.

 

B. Pokok Bahasan : Bahasa Jurnalistik

 

 

C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.      Kode Etik Jurnalistik.

2.      Kriteria Layak Berita.

3.      Significance (Penting). Peristiwa yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas.

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1.  

Kode Etik Jurnalistik.

30’
2. Kriteria Layak Berita.

 

30’
 

 

3

Significance (Penting). Peristiwa yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas.

 

 

30’
4. Tanya jawab. 30’
Penutup
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, Curah pendapat, Diskusi,

 

E. Evaluasi
  Referensi :  

1.       Bab II

2.       Pasal II

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 7
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari tentang Penulisan Berita.
  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan mampu menulis berita sesuai kode etik jurnalistik dan sesuai Bahasa Jurnalistik.
B. Pokok Bahasan : Menulis Berita
C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.      Anatomi Berita / Unsur-unsur Berita.

2.      Piramida Tulisan.

3.      Piramida Terbalik

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.           Preview Pendahuluan

2.     Overview Materi

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Anatomi Berita / Unsur-unsur Berita. 30’
Penyajian Materi 2. Piramida Tulisan. 30’
  3. Piramida Terbalik 30’
  4. Tanya jawab 30’
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan Tanya jawab

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1 : Bab III

2 : Pasal I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 8
A. Tujuan
  1. TIU :  
  2. TIK :
B. Pokok Bahasan : Test  Mid Semester
C. Sub Pokok Bahasan
1.          1.      Preview

2.      Review

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       Partisipatif

2.       Informative

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Preview Test / Mid Semester 5′
Penyajian Materi 2. Test / Mid Semester 100′
  3. Review Test / Mid Semester 15′
Penutup Resume materi yang telah disampaikan dan overview materi pertemuan berikutnya
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab

2.       Pasal

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 9
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa  mempelajari keterampilan menulis, sebagai seorang pengarang..

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu trampil menulis dan mengembangkan kreativitas tulisan.
B. Pokok Bahasan : Menyusun Paragraf
C. Sub Pokok Bahasan
  1. Ketrampilan mendasar bagi seorang pengarang.

2. Mengembangkan kreativitas tulisan.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.   Partisipatif

2.   Informative

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Ketrampilan mendasar bagi seorang pengarang. 45′
Penyajian Materi 2. Mengembangkan kreativitas tulisan.

 

45′
  3. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab  IV

2.       Pasal III

 

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 10
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari cara mengemas tulisan dengan baik dan rapih

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu menulis baik dan rapih, sehingga enak dibaca oleh jemaat / umum.
B. Pokok Bahasan   Menulis Opini
C. Sub Pokok Bahasan
  1. Opini (Gagasan) seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual atau kontroversial.

2. Tulisan ilmiah yang dikemas secara rapi sehingga bisa dibaca oleh umum dengan enak.

3. Tulisan dengan bahasa yang sederhana, jelas, hidup, segar, menarik, dan komunikatif.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       Partisipatif

2.       Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Opini (Gagasan) seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual atau kontroversial 35′
Penyajian Materi 2. Tulisan ilmiah yang dikemas secara rapi sehingga bisa dibaca oleh umum dengan enak. 35′
  3. Tulisan dengan bahasa yang sederhana, jelas, hidup, segar, menarik, dan komunikatif.

 

35′
  4. Diskusi 15’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab IV

2.       Pasal VII

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 11
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari Kartun dan Karikatur.

 

  2. TIK : Mahasiswa memahami dan mampu membuat Karikatur dan Kartun yang lucu lucu dan menarik, tanpa membuat tersinggung orang yang dituju.
B. Pokok Bahasan : Kartun dan Karikatur
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Mengeritik, namun yang dikritik tidak marah dan tersinggung.

2. Gambar lucu tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual.

3. Gambar lucu yang bersifat satir atau menyindir, baik terhadap orang atau tindakan yang dilakukannya.

 

 

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       Partisipatif

2.     Informatif

Media Infocus
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Mengeritik, namun yang dikritik tidak marah dan tersinggung. 30′
Penyajian Materi 2. Gambar lucu tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual. 30′
  3. Gambar lucu yang bersifat satir atau menyindir, baik terhadap orang atau tindakan yang dilakukannya. 30′
  4. Diskusi 30’
 
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab V

2.       Pasal I

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 12
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari Karya Foto yang menampilkan ekspresi, emosi, gerakan dan postur tubuh, yang akan bercerita sendiri mengenai apa yang dikandungnya.

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami dan mengkreasikan Foto-foto Jurnalistik yang mampu, mendidik, menarik empati, mengajak bergembira,

 

B. Pokok Bahasan : Foto Jurnalistik
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Karya Foto yang menampilkan ekspresi, emosi, gerakan dan postur tubuh, yang akan bercerita sendiri mengenai apa yang dikandungnya.

2. Foto-foto Jurnalistik yang mampu, mendidik, menarik empati, mengajak bergembira.

3. Memahami Foto Jurnalistik, bukan berarti mengubah kita untuk menjadi fotografer professional atau pewarta foto.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.     Partisipatif

2.     Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1 Karya Foto yang menampilkan ekspresi, emosi, gerakan dan postur tubuh, yang akan bercerita sendiri mengenai apa yang dikandungnya. 30′
Penyajian Materi 2. Foto-foto Jurnalistik yang mampu, mendidik, menarik empati, mengajak bergembira. 30′
  3. Memahami Foto Jurnalistik, bukan berarti mengubah kita untuk menjadi fotografer professional atau pewarta foto. 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab IV

2.       Pasal VII

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 SKS
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 13
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari pengertian tentang kata-kata dan istilah asing.

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu memilah dan menghindari kata dan istilah asing agar tidak membingungkan, dan mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.

 

B. Pokok Bahasan : Menghindari kata dan istilah asing
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif, dan komunikatif, juga bisa membingungkan.

2. Kalimat aktif akan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat passif.

3. Bahasa Jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       Partisipatif

2.     Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif, dan komunikatif, juga bisa membingungkan 30′
Penyajian Materi 2. Kalimat aktif akan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat passif. 30′
  3. Bahasa Jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab V

2.       Pasal XI

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 14
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan kalimat yang lebih disukai dan susunan katanya yang jelas, serta kuat maknanya (Clear and strong).

 

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami akan kalimat yang lebih disukai dan susunan katanya yang jelas, serta kuat maknanya (Clear and strong).

 

 

B. Pokok Bahasan : Mengutamakan Kalimat Aktif
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Kalimat Aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat passif.

2. Kalimat Aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman.

3. Bahasa Jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (Clear and strong).

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1.       Partisipatif

2.     Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Kalimat Aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat passif. 30′
Penyajian Materi 2. Kalimat Aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. 30′
  3.  Bahasa Jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (Clear and strong). 30′
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab  V

2.       Pasal XII

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 15
A. Tujuan
  1. TIU : Mahasiswa mempelajari akan hambatan-hambatan dalam menulis dan cara mengatasinya.

 

  2. TIK : Mahasiswa mampu memahami akan hambatan-hambatan dalam menulis dan mampu pula mengatasinya.
B. Pokok Bahasan : Mengapa Tidak Menulis
C. Sub Pokok Bahasan
3.          1. Bagi orang yang menulis pemula, pengetahuan tentang menulis sudah dimiliki, namun untuk menerapkannya tidak jarang mengalami hambatan-hambatan, tertutama dalam mengungkapkan dan menyususn gagasan-gagasan.

2. Salah satu langkah mendasar dalam menulis ialah menyusun garis besar karangan (Outline).

3. Pengetahuan teknis menulis tidak cukup menjamin untuk menghasilkan karangan bila tidak dengan kemampuan menyingkirkan hambatan-hambatan penulisan.

 

D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1. Partisipatif

2. Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Bagi orang yang menulis pemula, pengetahuan tentang menulis sudah dimiliki, namun untuk menerapkannya tidak jarang mengalami hambatan-hambatan, tertutama dalam mengungkapkan dan menyususn gagasan-gagasan. 30’
Penyajian Materi 2. Salah satu langkah mendasar dalam menulis ialah menyusun garis besar karangan (Outline). 30’
  3. Pengetahuan teknis menulis tidak cukup menjamin untuk menghasilkan karangan bila tidak dengan kemampuan menyingkirkan hambatan-hambatan penulisan. 30’
  4. Diskusi 30’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab  VI

2.       Pasal  I

 

 

 

 

SATUAN  ACARA  PERKULIAHAN

(SAP)

 

 

 

Mata kuliah : JURNALISTIK  KRISTEN
Kode Matakuliah :  
SKS : 2 sks
Waktu Pertemuan : 120’
Pertemuan ke : 16
A. Tujuan
  1. TIU :  
  2. TIK :
B. Pokok Bahasan : Ujian Akhir Semester (UAS)
C. Sub Pokok Bahasan
4.         
D. Kegiatan Belajar Mengajar

 

Pendahuluan 1. Partisipatif

2. Informatif

Media Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board,
 
  Uraian Kegiatan Pengajaran Estimasi Waktu
  1. Preview Test / Ujian Akhir Semester 05’
Penyajian Materi 2. UAS (Ujian Akhir Semester) 100’
  3. Review Test / Ujian AkhirSemester 15’
Penutup  

Mahasiswa membuat kelompok dengan 4-5 anggota & mengajukan pertanyaan

Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, berkolaborasi
Metoda Pembelajaran Ceramah dan diskusi

 

E. Evaluasi
. Referensi :

1.       Bab

2.       Pasal

 

 

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI VICTORY

LEGENDA WISATA – CIBUBUR

 

KELOMPOK      :

MATA KULIAH JURNALISTIK KRISTEN

 

 

 

NOMOR : 15210842643266
NAMA MATA KULIAH : JURNALISTIK KRISTEN
KODE :
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER :  IV
PRASYARAT :
BANYAKNYA PERTEMUAN  

:

16 X 2 X 60 Menit

 

 

STANDAR KOMPETENSI  

Mahasiswa memahami pengertian Jurnalistik Kristen dan definisi Jurnalistik Kristen, memahami dunia jurnalistik hingga memahami bentuk dan proses penulisan sebagai bahan dan strategi dalam melakukan penulisan buku pelayanan, serta mampu mengaplikasikan materi ini dalam publikasi pelayanan.

 

 

 

KOMPETENSI DASAR

1.      Mampu menjelaskan istilah-istilah dalam ilmu Jurnalistik Kristen.

2.      Mampu menjelaskan pengertian dan definisi Jurnalistik Kristen.

3.      Mampu menjelaskan pengertian Jurnalistik Kristen.

4.      Mampu menjelaskan tentang sifat dasar  Jurnalistik.

5.      Mampu menjelaskan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai Jurnalis.

6.      Mampu menjelaskan hal-hal penting dalam Penulisan dan Publikasi Kristen.

7.      Mampu menjelaskan metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan penulisan.

8.      Termotivasi dalam melakukan Publisistik Kristen.

9.      Mampu mengaplikasikan materi ini dalam melakukan Publisistik Kristen guna pelayanan.

 

 

URUTAN DAN RINCIAN MATERI

1.      Istilah-istilah dalam ilmu Jurnalistik Kristen.

2.      Pengertian dan definisi Jurnalistik Kristen.

3.      Pengertian Jurnalistik Kristen.

4.      Sifat dasar Jurnalistik.

5.      Hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai Jurnalis dalam pelayanan.

6.      Hal-hal penting dalam Penulisan dan Publisistik Kristen.

7.      Metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan Penulisan dan Publisistik Kristen.

8.      Integrasi Teori dan Aplikasi

 

 

 

INDIKATOR HASIL BELAJAR

1.         Menjelaskan istilah-istilah dalam Jurnalistik Kristen.

2.         Menjelaskan pengertian dan definisi Jurnalistik Kristen.

3.         Menjelaskan pengertian Jurnalistik Kristen.

4.         Menjelaskan tentang sifat dasar Jurnalistik.

5.         Menjelaskan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai Penulis dan Pelayanan.

6.      Menjelaskan hal-hal penting dalam Penulisan dan Publisistik Kristen.

7.         Menjelaskan metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan Penulisan dan Publisistik Kristen.

8.         Termotivasi dalam melakukan Penulisan dan Publisistik Kristen guna Pelayanan.

9.         Mengaplikasikan materi ini dalam melakukan Penulisan dan Publisistik Kristen.

 

 

 

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

 

 

PENDEKATAN

 

:

 

Kontekstual, Partisipatoris.

 

 

PENGALAMAN BELAJAR

 

:

 

1.       Mahasiswa mendengarkan kuliah yang disampaikan dosen

2.       Mahasiswa mendiskusikan setiap teori pendekatan yang sudah dipelajari.

3.       Mahasiswa membuat laporan bacaan

4.       Mahasiswa melakukan presentasi

 

 

METODA

 

:

 

 

Diskusi, praktek, pengamatan, ceramah, studi kepustakaan.

 

 

TUGAS

 

 

:

 

1.       Resensi buku

2.       Mengadakan presentasi.

3.       Membuat laporan-laporan (fortofolio)

4.       Menulis paper

 

 

STANDAR PENILAIAN

 

:

 

1.       Partisipasi dan kehadiran                : 10 %

2.       Laporan baca                                     : 20 %

3.       UTS praktek PI pribadi)                    :  30 %

4.       UAS                                            : 40 %

 

 

TEKNIK

 

:

 

TERTULIS DAN PENGAMATAN

 

 

BENTUK SOAL

 

 

:

 

Essay dan Pilihan Ganda.

 

MEDIA

 

 

:

 

Laptop, LCD projector, VCD , dan whiteboard,

 

SUMBER BELAJAR

 

1.       Media Elektronik (Internet)

2.       Narasumber,

3.       Lingkungan Sosial,

4.       Teman di Kampus

5.       Teman di Masyarakat Setempat

6.       Komunitas Gereja

 

Literatur :

 

1.      Xavier Quentin, 2004, Jurnalistik Kristen, Yayasan Andi, Yogjakarta, 198 halaman.

2.      Truly Almendo Pasaribu, 2007, Dunia Penulisan Kristen, Yayasan Lembaga Sabda, Solo, 204 halaman.

3.      Bill Kovah, 2001, The Element of Journalism, Crown Publisher, New York, 216 halaman.

4.      Russel N, 2008, The Graphics of Communication, Typography Design, 188 halaman.

5.      Kusmiaty T, 1999, Teori Dasar Komunikasi, Komunikasi Periklanan, Bandung, 185 halaman.

 

 

1.      Dr. Th. Van Den End, 2001, Sejarah Gereja Umum, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 267 halaman.

2.      Esther Ahn Kim, 2000, Sejarah Gereja2 Dunia, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 250 halaman.

3.      Pdt. Daud Manno, 2009, Sejarah Gereja Umum I, Yayasan Lembaga Sabda, Solo, 176 halaman.

4.      Austen Vereigh, 2014, The Great Reformer, Macmilan Publisher, 198 halaman.

  1. Bosch David. J. Transformasi Misi Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, 185 halaman.

 

  1. Venema Henk, Injil untuk Semua Orang: Pembimbing ke dalam Ilmu Misiologi, Jakarta: YKBK, 1997, 208 halaman.

 

  1. Coleman Robert E., Rencana Agung Penginjilan, Pen.: G.J. Tiendas dan W. Stanley Heath, Bandung: Kalam Hidup, 2004, 194 halaman.

 

 

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI VICTORY

LEGENDA WISATA – CIBUBUR

 

KELOMPOK      :

MATA KULIAH SEJARAH GEREJA UMUM 1

 

 

 

NOMOR : 15210842643266
NAMA MATA KULIAH : SEJARAH GEREJA UMUM 1
KODE :
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER :  IV
PRASYARAT :
BANYAKNYA PERTEMUAN  

:

16 X 2 X 60 Menit

 

 

STANDAR KOMPETENSI  

Mahasiswa memahami pengertian Sejarah Gereja Umum dan definisi Sejarah Gereja Umum, memahami awal mula berdirinya gereja hingga menyebar ke seluruh dunia sebagai bahan dan strategi dalam melakukan penginjilan, serta mampu mengaplikasikan materi ini dalam pelayanan.

 

 

 

KOMPETENSI DASAR

1.      Mampu menjelaskan istilah-istilah dalam ilmu Sejarah Gereja Umum.

2.      Mampu menjelaskan pengertian dan definisi Sejarah Gereja Umum.

3.      Mampu menjelaskan pengertian Sejarah Gereja Umum.

4.      Mampu menjelaskan tentang sifat dasar  Gereja.

5.      Mampu menjelaskan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai Hamba Tuhan.

6.      Mampu menjelaskan hal-hal penting dalam memberitakan Injil.

7.      Mampu menjelaskan metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan pelayanan.

8.      Termotivasi dalam melakukan pelayanan.

9.      Mampu mengaplikasikan materi ini dalam melakukan pelayanan.

 

 

URUTAN DAN RINCIAN MATERI

1.      Istilah-istilah dalam ilmu Sejarah Gereja Umum.

2.      Pengertian dan definisi Sejarah Gereja Umum.

3.      Pengertian Sejarah Gereja Umum.

4.      Sifat dasar Gereja.

5.      Hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai Pelayan Tuhan.

6.      Hal-hal penting dalam memberitakan Firman Tuhan.

7.      Metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan melakukan pelayanan.

8.      Integrasi Teori dan Aplikasi

 

 

 

INDIKATOR HASIL BELAJAR

1.         Menjelaskan istilah-istilah dalam Sejarah Gereja Umum.

2.         Menjelaskan pengertian dan definisi Sejarah Gereja Umum.

3.         Menjelaskan pengertian Sejarah Gereja Umum.

4.         Menjelaskan tentang sifat dasar gereja.

5.         Menjelaskan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai pelayan Tuhan.

6.         Menjelaskan hal-hal penting dalam memberitakan Firman Tuhan.

7.         Menjelaskan metode-metode yang dapat dipakai dalam melakukan pelayanan.

8.         Termotivasi dalam melakukan penginjilan dan pelayanan.

9.         Mengaplikasikan materi ini dalam melakukan penginjilan pelayanan.

 

 

 

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

 

 

PENDEKATAN

 

:

 

Kontekstual, Partisipatoris.

 

 

PENGALAMAN BELAJAR

 

:

 

1.       Mahasiswa mendengarkan kuliah yang disampaikan dosen

2.       Mahasiswa mendiskusikan setiap teori pendekatan yang sudah dipelajari.

3.       Mahasiswa membuat laporan bacaan

4.       Mahasiswa melakukan presentasi

 

 

METODA

 

:

 

 

Diskusi, praktek, pengamatan, ceramah, studi kepustakaan.

 

 

TUGAS

 

 

:

 

1.       Resensi buku

2.       Mengadakan presentasi.

3.       Membuat laporan-laporan (fortofolio)

4.       Menulis paper

 

 

STANDAR PENILAIAN

 

:

 

1.       Partisipasi dan kehadiran                : 10 %

2.       Laporan baca                                     : 20 %

3.       UTS praktek PI pribadi)                    :  30 %

4.       UAS                                            : 40 %

 

 

TEKNIK

 

:

 

TERTULIS DAN PENGAMATAN

 

 

BENTUK SOAL

 

 

:

 

Essay dan Pilihan Ganda.

 

MEDIA

 

 

:

 

Laptop, LCD projector, VCD , dan whiteboard,

 

SUMBER BELAJAR

 

1.       Media Elektronik (Internet)

2.       Narasumber,

3.       Lingkungan Sosial,

4.       Teman di Kampus

5.       Teman di Masyarakat Setempat

6.       Komunitas Gereja

 

Literatur :

 

1.      Dr. Th. Van Den End, 2001, Sejarah Gereja Umum, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 267 halaman.

2.      Esther Ahn Kim, 2000, Sejarah Gereja2 Dunia, BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 250 halaman.

3.      Pdt. Daud Manno, 2009, Sejarah Gereja Umum I, Yayasan Lembaga Sabda, Solo, 176 halaman.

4.      Austen Vereigh, 2014, The Great Reformer, Macmilan Publisher, 198 halaman.

  1. Bosch David. 2002, Transformasi Misi Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia,  185 halaman.

 

  1. Venema Henk, 1997, Injil untuk Semua Orang: Pembimbing ke dalam Ilmu Misiologi, Jakarta: YKBK, 208 halaman.

 

  1. Coleman Robert E. 2004,  Rencana Agung Penginjilan, Pen.: G.J. Tiendas dan W. Stanley Heath, Bandung: Kalam Hidup, 194 halaman.

 

  1. Peter Wagner, 1993, Churches That Pray, Regal Books Publisher, California USA, 198 halaman.

 

  1. George Otis, 1992, Operation Second Chance, Sentinel Group Publisher, Colorado USA, 2003 halaman.

 

  1. Kjell Sjoberg, 1991, Winning the Prayer War, New Wine Press, England, 168 halaman.

 

 

 

 

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

 

MATA KULIAH                              : Sejarah Gereja Umum I

SEMESTER/ TAHUN AJARAN   : IV (Empat) / 2016

DOSEN                                              : Ramlan Tampubolon SE.MTh

 

  1. JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN MEMBERIKAN TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG ANDA ANGGAP BENAR
  1. Gereja setempat adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, di satu tempat tertentu. Manakah nats yang mendukung pernyataan dimaksud?a.I Tes. 1 : 1       bRoma 3 : 21       c. I Kor 7 : 17      d.  Jawaban a + c     e. 2 Kor 2 : 5
  2.   Bapa Pekabaran Injil Modern adalah : a.Marthin Luther  b .Calvin      c. William Carey       d. A + c benar     e. Salah semua
  1. Gereja apakah yang pernah dikepalai oleh raja Inggris? a.Anglican  b.Protestan    c. Rom Katholic      d. Presbitarian          e. c + d benar
  2. Negara pertama yang memisahkan gereja dari negara adalah : a.U S A        b.  Italia             c. Swiss             d. Belanda               e. Jerman
  1. Bapak Reformasi adalah :a.John Newton  b.Marthin Luther     c. Calvin      d. Thomas       e. Neil Bright
  1. Siapakah nakhoda kapal laut yang luput dari bahaya di laut, akhirnya jadi penginjil dan pemimpin agama Anglican di Inggris, dan yang menciptakan lagu “Amazing Grace”?a.Jonathan Robert b. John Newton   c. Van Harris  d. Abraham Lincoln    e. Vocht
  1. Perjalanan yang keberapakah Rasul Paulus berkunjung ke Roma (Italia) :a.III              b.I dan II            c. I dan III                d. I, II dan III             e.  II
  1. Di Negara manakah perbah terjadi istilah “Masa Gereja Negara”a.Perancis          b.Jerman Barat          c. Italia            d. Belanda              e. Inggris
  1. Berapa kalikah terjadi perang salib dari tahun 1096 s / d tahun 1270?a.Tiga kali           b.Empat kali         c. Lima kali       d. Tujuh kali      e. sekali saja
  1. Seorang kaisar yang kejam, yang banyak membunuh pengikut Kristus di Roma a.Nehru             b.Nero           c.   Hitler          d. Bonaparte         e. Muller

 

  1. LENGKAPILAH PERTANYAAN INI DENGAN JAWABAN YANG TERSEDIA DI SEBELAH BAWAH.

 

  1. Jemaat Kristen yang pertama adalah orang-orang …………………
  2. Siapakah yang berjanji akan menjadi rahib jika dia diselamatkan Tuhan saat dia kena sambar halilintar dan petir?.
  3. Bukunya siapakah yang berjudul “Kebebasan Seorang Kristen” yang terkenal di 1520?
  4. Tata gereja ajaran siapakah yang pada umumnya dijalankan gereja-gereja tua?.
  5. Gereja-gereja tua, termasuk Presbyterian dan Reformed, menganut aliran …………?

 

(Marthin Luther; Jahudi; Calvinis; Marthin Luther; Calvinis)

 

  • JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN MENGURAIKAN DAN MENJELASKAN.

 

  1. Menurut Saudara  penginjilan atau kekristenan masuk ke Eropah dulu atau ke Asia dulu. Coba jelaskan.
  2. Apakah Agama Pencerahan / Kodrati itu menurut Saudara?
  3. Mengapa negara Belanda menjadi tempat lahirnya Agama Pencerahan atau Agama Kodrati?.
  4. Jika Penginjilan / Kekristenan tidak masuk ke Benua Asia, secara khusus ke Indonesia. Apakah yang akan terjadi menurut Saudara?.
  5. Ada kecenderungan Filsuf2  dan Scientist2 terkenal semakin mempertanyakan Alkitab, atau semakin menjauh dari Tuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi menurut Saudara?.
  6. Apa yang saudara ketahui tentang Gereja Pencerahan / Agama kodrati, dan siapakah yang menciptakannya?.
  7. Apa yang dimaksud dengan Theologia Akal Budi?. Coba jelaskan.
  8. Dasar gereja adalah Tuhan Yesus Kristus. Coba diuraikan?.

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

 

MATA KULIAH                              : Jurnalistik Kristen

SEMESTER/ TAHUN AJARAN   : IV(Empat) / 2016

DOSEN                                              : Ramlan Tampubolon SE.MTh

 

 

  1. JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN MEMBERIKAN TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG ANDA ANGGAP BENAR

 

  1. Hambatan-hambatan yang sering muncul pada saat memulai merencanakan penulisan karangan, kecuali : a.Perasaan berkemampuan rendah      b. Perasaan kurang pengalaman-pengetahuan     c. Percaya diri menulis   d.  Perasaan miskin bahasa   e.   Tidak mampu menulis.
  2.  Adapun kebutuhan-kebutuan intelektual Penulis sehari-hati adalah kecuali  : a.Membaca     b.Mengamati         c. Masa bodo         d. Menyimak        e. Bertanya
  3. Bagaimana cara mengritik namun yang dikritik tidak marah atau tersinggung? a.Di Koran  b.Lewat Karikatur    c. Di Radio      d. Di Majallah      e. Salah semua
  4. Coba sebutkan 3 (Tiga) yang benar dari  Prinsip Jurnalisme di bawah ini : a. Menyampaikan Kebenaran  b.Yang penting berita lengkap        c. Percaya penuh kepada si Pemberi Berita    d. Setia kepada kepentingan warga    e. Sesuai hati nurani
  1. Jurnalis harus tetap menjaga dan mempertahankan salah satu di bawah ini :           a.Independensi     b. Existensi      c. Kepekaan        d. Kuasanya   e. Otoritasnya
  1. Jurnalisme bukanlah hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Jurnalisme adalah setia (disiplin), artinya ditelusuri sumber-sumbernya. Maksudnya adalah melakukan : a.Verifikasi    b. Kritikan      c. Sindiran     d. Percaya saja      e. Tidak usah berbuat
  1. Tugas jurnalis adalah mereka mengawasi sekaligus mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk yang …………………… a.Merugikan b.Menguntungkan   c. Membahagiakan  d. Benar semua   e. Salah semua
  1. Hati nurani berkaitan dengan etika, tanggung jawab moral, dan standar nilai yang diyakini banyak orang. Jurnalis dituntut menuruti hati nuraninya ketika menuliskan sesuatu yang akan diberitakan secara luas. Coba sebutkan 3 (Tiga) dari antara berikut ini : a.Etika    b.Mencurigai   c .  Tanggung jawab moral   d. Standar nilai   e.  Sepihak
  1. Secara umum, peristiwa yang dianggap mempunyai nilai atau layak berita adalah yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut, kecuali :                                        a.Significance             b. Provoke           c. Magnitude            d. Impact            e. Timeliness
  1. Penulisan siaran pers seyogianya memenuhi kriteria di bawah ini, kecuali :        a.Judul      b. Kritikan tajam   c. Data tempat dan waktu       d. Teras berita     e. Isi berita

 

  1. LENGKAPILAH PERTANYAAN INI DENGAN JAWABAN YANG TERSEDIA DI SEBELAH BAWAH.

 

  1. Jika mau menulis, namun tidak ada ………………. untuk menulis, maka akan gagal.
  2. Dalam hal menulis, tulislah kata pertama, akan muncul kata kedua. Tulislah kalimat pertama akan segera muncul kalimat kedua. Tulislah ………………. Pertama, dst.
  3. Semua orang mampu menulis, tapi tidak banyak yang mau memulai. Banyak orang berbakat menulis tapi hanya sedikit saja yang mengenali dan ………. bakatnya itu.
  4. Dalam hal wawancara. Adapun yang patut diwawancarai, adalah ………………..
  5. Asal Usul Jurnalistik berasal    kata …………….., yang artinya laporan atau catatan.

 

(Dorongan; Mengasah; Paragraf;  News maker; Jurnal)

 

  1. Apakah Jurnalistik Kristen itu menurut Saudara?. Coba jelaskan.
  2. Agar dijelaskan maksud dari “Menulis Artikel Opini”.
  3. Pengertian kartun tidak lagi hanya sebagai sebuah gambar rancangan, melainkan jauh dari hal itu. Silahkan diuraikan.
  4. Bahasa jurnalistik itu harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif?      Salah satu dari yang menjadi kepekaan bagi seorang jurnalis adalah “Kemampuan

“Menyimak”. Apaka maksudnya?.

  1. Apakah Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Jurnalistik Kristen menurut Saudara?.
  2. Orang yang bersikap kreatif berani menyatakan kebenaran, bila perlu

mempertahankannya. Sikap ini menimbulkan konsistensi dalam penulisan yang

merupakan syarat mutlak bagi karya tulis yang baik. Agar dapat dijelaskan.

  1. Coba diuraikan maksud dari “Rela menghargai karya orang lain”.
  2. Apa maksudnya Penulisan Informasi yang bertumpu pada fakta paling meyakinkan

yang didapat melalui pengamatan (observasi) langsung?.

10.Dalam bidang jurnalistik, wawancara  menjadi salah satu cara mendapatkan

data/informasi bahan berita. Silahkan diperjelas.

 

 

 

Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP – Bakom – Cileungsi – Bogor.

A B S T R A K

 

Sumber  daya manusia  adalah modal terbesar yang harus dipelihara dan dikembangkan dengan baik dan merupakan aset yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan pembawa kesuksesan bagi korporasi ataupun lembaga keagamaan.

Pembinaan adalah merupakan suatu bentuk strategi pengembangan sumber daya manusia oleh gereja  guna pertumbuhan iman warga jemaat gereja itu sendiri.

Memang disadari bahwa tidak semua warga jemaat  memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik atau iman yang baik sesuai dengan harapan gereja, oleh karenanya dipandang perlu suatu perencanaan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan demi  pertumbuhan iman warga jemaat gereja itu sendiri.           HKBP Bakom – Cileungsi adalah Gereja Kristen Protestan  yang sangat merindukan pertumbuhan iman dari warga jemaatnya, dan senantiasa inovatif mencari yang terbaik guna peningkatan kualitas iman dari jemaatnya.

Ada banyak cara yang dilakukan  di Gereja HKBP Bakom – Cileungsi  untuk meningkatkan kualitas iman dari jemaatnya di antaranya adalah:

  1. Pelayanan Penggembalaan
  2. Pembimbingan (Counseling).
  3. Pelayanan melalui seminar-seminar.

Dengan pelaksanaan Pembinaan warga gereja di HKBP Bakom – Cileungsi  secara berkesinambungan, akhirnya menghasilkan sbb :

  1. Jemaat semakin termotivasi untuk datang beribadah setiap minggunya. Hal ini terbukti dari jumlah kehadiran jemaat di gereja HKBP Bakom-Cileungsi dan jumlah kehadiran jemaat di Pos Pelayanan Kirab Remaja-Cileungsi.
  2. Anak-anak Sekolah Minggu semakin banyak datang beribadah di gereja, selain naik kendaraan yang disediakan gereja, banyak diantara mereka diantar sendiri oleh orang tuanya masing-masing. Dari laporan yang kami terima dari wilayah 1 hingga wilayah 8, tidak ada lagi keluarga yang menolak kebaktian rumah tangga di rumah mereka.
  3.  Terlihat jelas kepedulian jemaat akan program kerja dan rencana anggaran yang diproyeksikan setiap tahunnya.
  4.  Jemaat sudah mulai tergerak hatinya untuk memberikan kewajibannya ke gereja, juga menyumbang untuk pembangunan gereja dan pos pelayanan, terbukti hanya dalam beberapa bulan saja, telah berdiri pos pelayanan di daerah Kirab Remaja-Cileungsi yang bisa menampung sebanyak 300 jemaat dan pembangunannya pun masih terus berlangsung hingga saat penulisan tesis ini. Dengan demikian bahwa “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi adalah cukup signifikan

KATA PENGANTAR

 

Dengan menaikkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Magister Teologi (M.Th)   di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.

Penulisan tesis ini berjudul “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi”

Selain dari pada persyaratan guna memperoleh gelar  Magister Teologi (M.Th),  juga sebagai media bagi penulis untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah penulis peroleh selama ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penyusunan  dan pembahasan pada tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun masih diperlukan demi sempurnanya tulisan ini. Adapun kekurangan, kesalahan dan kekeliruan yang ada semata-mata karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis saja.                    Berhasilnya penyusunan tesis ini adalah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak yang telah memberi dukungan selama ini, untuk itu dengan kebesaran hati yang tulus, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  yth :

  1. Bapak Dr. Godlif Ubleeuw, MA, M.Pd, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi  Teologi Indonesia – Jakarta.
  2. Nikanor Tomatala, M,Th, M.Pd selaku Direktur Pasca Sarjana dan Doktoral.
  3. Segenap Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
  4. Keluarga tersayang yang telah memberi dukungan penuh terhadap penulis selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.
  5. Ibunda tersayang yang sejak dulu mendoakan dan mendambakan anak-anaknya berhasil dan maju.
  6. Rekan-rekan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Teologi Indonesia – Jakarta.

yang menopang semangat dalam penyelesaian penyusunan tesis ini.

 

Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat  dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, semoga senantiasa di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Jakarta,    Januari 2014

 

 

P  e  n  u  l  i  s

 

B A B   I     

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Huria Kristen Batak Protestan  (HKBP) adalah gereja yang dibawa oleh para zending tatkala menjajah bangsa Indonesia. Negara penjajah seperti Belanda, selain menjajah bangsa Indonesis, mereka juga mengabarkan Injil. Di satu sisi mereka menjajah dengan kekerasan, namun di sisi lain mereka ikut mengabarkan berita keselamatan. Jadi antara kolonialisme dan penginjilan hampir berjalan seiring.        Setidak-tidaknya, ada tiga misi penginjilan utama protestan yang menyentuh dan berhasil membawa berita terang (injil) kepada orang Batak, bagian selatan dan utara pada masa keperintisan. Misi pertama diselenggarakan oleh para penginjil dari Ermelo Negeri Belanda yang tergabung dalam Nederlandsche Zending Vereeniging   (NZV). Kegiatan Zending Ermelo yang dimulai sekitar tahun 1856 ini hanya terbatas di kawasan Tapanuli Selatan.  Karena keterbatasan dana penunjang, sekitar tahun 1930 misi zending Belanda ini, yang kala itu sudah masuk bagian pelayanan Zending Java Commitee (ZJC), bergabung dengan misi Rheinesche Missions Gesellschaft      (RMG) dari Barmen – Jerman.

Misi penginjilan kedua dilakukan oleh para zending dari RMG Jerman, berkebetulan memindahkan operasi penginjilannya di sekitar tahun- 1861 ke Tanah Batak, sebagai akibat pelayanannya yang terkendala dalam rangka Perang Banjar yang dilancarkan oleh Pangeran Hidayat kepada penjajah Belanda di Borneo (Kalimantan). Misi RMG inilah yang mengambil-alih atau meneruskan penginjilan yang telah dirintis oleh missionaris Van Asselt dan Klammer. Van Asselt sendiri yang seperti rekannya Klammer  telah menggabungkan diri kepada RMG, membuka pos penginjilannya pada tahun 1862 ke arah utara, yakni lembah Pahae dan pada tahun 1864 diteruskan oleh zendeling Nommensen lebih ke utara lagi, yakni lembah  Silindung.

Buah penginjilan RMG itulah yang kelak bertumbuh dan berkembang dari bentuk organisasi zending bernama Batak mission, berproses menjadi gereja yang memperoleh status badan hukum pada awal dasa warsa 1930 an. Kemudian menjadi gereja yang mandiri dengan nama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Sementara beberapa denominasi gereja protestan lainnya yang kelak memisahkan diri, atau mandiri dari Batak mission dan HKBP, antara lain adalah PKB kemudian menjadi GPKB. HChB menjadi HKI, GKPS, GKPI, GKPA, GKLI, GKPPD dan beberapa gereja lainnya. Eksistensi HKBP sendiri hingga saat ini, sering disebut-sebut orang sebagai denominasi gereja protestan terbesar di Asia.

Meskipun jumlah anggota jemaat dari kalangan orang Batak cukup signifikan dalam tubuh Gereja Methodist Indonesia (GMI), ternyata bagian Distrik Batak pada struktur organisasinya yang lama bukanlah berasal atau hasil kegiatan penginjilan yang diselenggarakan oleh RMG.  Setidak-tidaknya  ada tiga misi-penginjilan utama protestan yang menyentuh orang Batak Angkola dan Toba pada masa keperintisan. Penginjilan itu dilakukan oleh misi penginjilan yang ketiga, yakni Methodist Episcopal Church (MEC) yang berasal dari USA.

Sementara itu persentuhan orang Batak dengan Methodisme sekitar 50 tahun setelah permulaan pelayanan misi RMG, sebenarnya terjadi karena beberapa hal yang bersifat kebetulan. Sementara itu di Tanah Batak sudah mulai bersemi intrik-intrik dalam kalangan pengerja zending pribumi, di sekitar permulaan abad ke 20. Beberapa intrik diantaranya, diyakini oleh sebagian mereka dan pengamat sengaja dilakukan, atau setidak-tidaknya di kipas-kipasi oleh beberapa zending atasan mereka sendiri.

HKBP dan denominasi gereja-gereja lain yang seakar, maupun GMI, adalah sesama anggota Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI), karena dogma teologi mereka memang tidak berbeda. Bahkan jauh sebelum pembentukan Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (yang sekarang PGI), pada tingkat pimpinan dalam kedua organisasi gereja, HKBP dan Gereja Methodist, khusus untuk Distriknya yang berbahasa Batak, pernah ada gagasan untuk menggabungkannya dalam satu atap saja.  Usulan yang muncul pada dasawarsa 1930-an adalah untuk menggabungkan warga Methodist berbahasa Batak itu menjadi Distrik ke V HKBP di daerah Sumatera Timur.

 

 

  1. Permasalahan

Masalah manusia adalah salah satu masalah yang universal, sehingga sumber daya manusia dalam jalur Struktural atau Manajerial harus  bertumpu pada kemandirian nasional dan kepentingan bersama. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jalur Teknis Fungsional dilakukan melalui berbagai jenjang pembinaan khususnya bagi generasi muda.

Masalah atau opini di kalangan jemaat yang mungkin agak tabu dibicarakan secara terbuka, akibatnya banyak anggota jemaat yang tampaknya baik-baik saja, namun suatu saat suatu saat tiba-tiba menghilang tanpa pesan dan tidak lagi hadir dalam ibadah, hal ini jadi ancaman bagi perkembangan gereja.

Hal ini jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak sangat tidak baik terhadap pertumbuhan iman jemaat dan terhadap perkembangan gereja itu sendiri. Adapun permasalahan yang ingin penulis angkat ke permukaan dalam penulisan ini adalah “Menurunnya iman jemaat HKBP Bakom–Cileungsi akhir-akhir ini”. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijawab dalam penulisan tesis ini, yakni: Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi.

 

 

 

  1. Tujuan Penulisan

Dalam pengamatan yang dilakukan secara umum di HKBP Cileungsi, penulis ingin menetapkan sasaran dan tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mempelajari sejauh mana peranan pembinaan di HKBP Cileungsi.
  2. Untuk mengetahui berapa besar “Pengaruh Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pertumbuhan Jemaat HKBP Cileungsi”.
  3. Bukti nyata, dengan adanya pembinaan di HKBP Bakom – Cileungsi.

 

  1. Manfaat Penulisan

Penulis sangat mengharapkan agar hasil dari pengamatan ini dapat bermanfaat  bagi:

  1. Kepentingan bagi penulis.

Untuk menambah pengetahuan dalam hal pengamatan dan meningkatkan kemampuan dalam bidang penulisan ilmiah baik berupa makalah ataupun penulisan ilmiah lainnya.

  1. Kepentingan bagi Akademis.

Untuk sebagai bahan koreksi dan tambahan koleksi serta merupakan langkah awal yang patut dikembangkan lebih lanjut.

  1. Kepentingan bagi HKBP Cileungsi.

Untuk dapat dipakai sebagai masukan yang berguna bagi HKBP Cileungsi, khususnya dalam hal sistem pembinaan.

 

  1. Definisi Istilah

Untuk menyamakan persepsi dari penulisan tesis ini, ada baiknya perlu diuraikan definisi yang ada kaitannya dengan judul yang disampaikan. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pengaruh:

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

  1. Pembinaan:

Proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, atau usaha, tindakan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002 ).

  1. Warga Gereja:

Anggota, keluarga, jemaat, perkumpulan gereja (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

  1. Terhadap:

Kata depan untuk menandai arah, kepada, lawan (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

  1. Pertumbuhan:

Hal (keadaan) tumbuh. Perkembangan (kemajuan) dsb. (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

  1. I m a n:

Kepercayaan dan keyakinan kepada Allah (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

 

  1. J e m a a t:

Sehimpunan umat, jemaah (Kamus besar bah. Indonesia; Edisi ketiga; Balai Pusataka – Jakarta; 2002).

  1. HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)

Lembaga atau Institusi keagamaan. Gereja Protestan tertua dan terbesar di Indonesia dan mayoritas  komunitasnya adalah suku Batak yang berdiri sejak 07 Oktober 1861 dan berkantor pusat di Pearaja Tarutung – Tapanuli Utara.

 

  1. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tesis ini penulis membagi dalam 6 (enam) bab dan tiap-tiap bab diuraikan lagi ke dalam sub bab, yaitu sebagai berikut:

 

BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini mencakup uraian tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi, sistematika penulisan dari tesis ini.

 

BAB II               KEADAAN UMUM DAN SEJARAH BERDIRINYA  HKBP CILEUNGSI

Uraian ini mencakup sejarah singkat HKBP Cileungsi, organisasi dan manajemen HKBP Cileungsi, struktur organisasi HKBP Cileungsi.

 

BAB  III   PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA KRISTEN                         DALAM GEREJA

Dalam bab ini penulis menguraikan landasan teori yang dipakai sebagai dasar penyusunan tesis, juga menguraikan pengertian atau definisi manajemen Sumber Daya Manusia, pembinaan, langkah-langkah penyusunan program pembinaan, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi pembinaan.

 

BAB  IV   PENGARUH PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP                       PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

Uraian ini berisi identifikasi variable penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam bab ini juga dibahas alasan-alasan menurunnya iman jemaat HKBP Bakom Cileungsi akhir-akhir ini.

 

BAB  V     PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memberikan kesimpulan dari analisis yang digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi HKBP Cileungsi, kemudian penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat.

 

  1. Analisa Literatur

Dalam penulisan tesis ini, Penulis menggunakan beberapa literatur sebagai referensi utama, antara lain:

PTD Sihombing.

2004, Benih Yang Disemai Dan Buah Yang Menyebar: Menempa dan        Membina Para Jemaat, Jakarta: Albert-Orem Ministry.

Dalam buku ini, penulis menguraikan strategi untuk menempa dan membina jemaat HKBP dan komunitas Batak, yang kadang masih melaksanakan penyembahan berhala seperti apa yang dilakukan oleh nenek moyang dulu. Ditekankan agar meninggalkan pola lama dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus.

 

Jan S. Aritonang

1988    Sejarah Pendidikan Kristen Di Tanah Batak: Peningkatan Pembinaan          Disiplin, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Dalam buku ini, penulis menguraikan sejarah pendidikan dan peningkatan pembinaan disiplin untuk umat kristen di tanah Batak atau umat HKBP pada khususnya.

 

J.L. Ch. Abineno

2006    Garis-Garis Besar Hukum Gereja:  Gereja Dan Hukum Gereja, Jakarta:       BPK Gunung Mulia.

Dalam buku ini, penulis menguraikan  hukum gereja akan segala peraturan dan penetapan yang tepat yang digunakan oleh gereja untuk menata atau mengatur hidup dan pelayanannya di dalam dunia

 

SAE Nababan LLD

1988    Garis-Garis Besar Kebijaksanaan Pembinaan & Pengembangan Huria          Kristen Batak Protestan, Pematang Siantar: Univ. HKBP Nomensen.

Dalam buku ini, diuraikan tentang: Pokok-pokok tugas panggilan HKBP, pembinaan dan pengembangan HKBP jangka enam tahun pertama dan jangka panjang, pendidikan HKBP, pendidikan teologi, pendidikan umum (non teologi), pendidikan formal, pendidikan informal, kesadaran nasional.

 

  1. Bons-Storm

2000    Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral,   Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Dalam buku ini, penulis menguraikan akan hal gembala, tugas gembala, peranan firman Allah dalam penggembalaan, gembala dan jemaat, sifat-sifat seorang gembala, kunjungan pastoral, disiplin gerejani.

 

  1. Hutauruk

2002    Aturan dan Peraturan HKBP, Tri-Tugas Panggilan Gereja, Sipoholon-         Tapanuli Utara: HKBP.

Dalam buku ini, dijelaskan mengenai aturan dan peraturan HKBP, Tri-tugas panggilan gereja, jemaat, resort, distrik, oekumene, organisasi, keanggotaan, uraian tugas-tugas dan bagan organisasi HKBP.

 

Marcus Rumampuk

2004    Mengapa jemaat tidak ke gereja? Untung ruginya ke gereja dan tidak          ke gereja, Malang: Gandum Mas.

Dalam buku ini, penulis menjelaskan sampai 50 (lima puluh) alasan umum mengapa jemaat tidak ke gereja. Tulisan ini adalah paduan antara hasil perenungan Alkitab dan pemahaman situasi lapangan dalam kehidupan gereja dan jemaat.

 

Andreas B. Subayo

2004    Pengantar Riset Kualitatif & Kuantitatif, Riset Teologi dan             Keagamaan, Bandung, Yayasan Kalam Hidup.

Dalam buku ini, penulis menguraikan: Arti dan Fungsi Penelitian, Ancangan dan Rancangan Penelitian, Penelitian Eksperimental dan Kuasi-Eksperimental, Penelitian Kuantitatif bukan Eksperimental, Penelitian Kualitatif bukan Eksperimental, Penelitian Kesejarahan.

 

PTD. Sihombing

2004    Arga Do Bona Ni Pinasa, masuknya Injil ke Tanah Batak, Jakarta:   AOM (Albert Orem Ministry).

Dalam buku ini, penulis memaparkan: Masuknya injil ke Tanah Batak  dibawa oleh Methodist Episcopal Church (MEC) dari Eropah dan Amerika. Dipaparkan juga penolakan dari komunitas Batak terhadap misi tersebut, namun dengan kegigihan pembawa misi tersebut, pada akhirnya injil dapat diterima oleh komunitas Batak dan inilah cikal bakal berdirinya HKBP.

 

Bisuk Siahaan

2005    Hehidupan Dibalik Tembok Bambu, Menangkis dan Memindahkan             Malapetaka, Jakarta: Kempala Foundation.

Dalam buku ini, penulis memaparkan kehidupan orang Batak yang sangat percaya akan nasib yang tergantung pada roh leluhur dan para dewata, sihir dan penyembahan berhala, namun dengan masuknya injil, secara perlahan-lahan hal dimaksud mulai terkikis. Buku ini juga menguraikan tentang budaya peninggalan leluhur yang terancam punah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B A B    II

KEADAAN UMUM DAN SEJARAH BERDIRINYA

HKBP  BAKOM – CILEUNGSI

 

  1. Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Bakom – Cileungsi

Gereja HKBP Cileungsi berdiri pada tanggal 30 Juli 1986 dengan kondisi yang sangat sederhana di satu rumah jemaat di daerah Pangkalan 7, Bakom – Cileungsi, Kabupaten Bogor.  Rumah tersebut masih dihuni oleh yang punya dan berfungsi menjadi tempat ibadah pada setiap hari Minggu.

Jumlah jemaat saat itu hanya 35 kepala keluarga dan status sosial jemaat saat itu cukup memprihatinkan karena pada umumnya adalah sopir dan tukang tambal ban di pinggir jalan. Lama kelamaan jumlah jemaat terus bertambah karena Jakarta sudah mulai sesak, maka pada umumnya komunitas suku Batak yang baru datang dari Sumatera, mencari tempat tinggal adalah dipinggiran atau di luar kota Jakarta. Dengan semakin maraknya perumahan yang dibangun para pengembang di luar kota Jakarta, termasuk di Cileungsi dan sekitarnya termasuk di Griya Alam Sentosa, Limus Nunggal, Limus Pratam Regency, Cileungsi Elok, Cileungsi Hijau, Pondok Damai, Gandoang dll, maka jumlah anggota jemaat saat ini sudah 623 KK atau sekitar 3000 jiwa.

Status sosial ekonomi jemaat saat ini beraneka ragam dan ada yang sudah mulai membaik, jika dulu hampir semua jemaat masih mengontrak- rumah, sekarang boleh dikata sudah hampir 80% punya rumah sendiri walau dengan sistem cicil sebagaimana lazimnya yang berlaku di perumahan.  Diantara jemaat yang selama ini dominan berprofessi sebagai sopir dan tukang tambal ban, sekarang sudah banyak  yang karyawan di beberapa perusahaan atau pegawai di badan-badan pemerintahan, bahkan sudah ada yang dokter, pengacara, tentara, polisi, pengusaha, pejabat dll.

HKBP Cileungsi saat itu adalah menjadi cabang HKBP Bogor bersama-sama dengan HKBP lainnya seperti HKBP Cibinong, HKBP Depok Timur, HKBP Ciluar, HKBP Sukabumi dan HKBP Pelabuhan Ratu, namun pada tahun 2002, memisahkan diri dari HKBP Bogor dan bergabung dengan HKBP Cibinong, karena pada saat yang bersamaan HKBP Cibinong sudah berdiri sendiri dan diresmikan menjadi Resort. Dengan rahmat Tuhan yang luar biasa, HKBP Cileungsi kembali berdiri sendiri dan diresmikan menjadi Resort tepatnya pada bulan Oktober 2007.

Penulis cukup terkesan saat itu karena setiap ada event besar, biasanya saling undang-mengundang, sehingga sering mengunjungi dan sering pula dikunjungi. Demikian pula dengan pelayan sering ada rotasi sehingga ada warna baru dalam penyampaian khotbah. Penulis sendiri sering mendampingi kategorial berkunjung kemana-mana karena penulis dari dulu dipercayai membawahi kategorial, yang terdiri antara lain: Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, kaum Perempuan, dan kaum Bapa.

Sehubungan dengan penulis adalah delegasi dari Gembala Sidang jika sedang bertugas mendampingi kategorial berkunjung ke beberapa gereja, maka penulis sering di daulat untuk memberi motivasi atau pandangan-pandangan secara khusus kepada kategorial yang ada di gereja yang sedang dikunjungi, atau bahkan diminta bertugas sebagai pengkhotbah pada ibadah minggu saat itu.  Penulis sangat terkesan jika sampai diminta membawakan seminar terutama kepada muda mudi yang ada di gereja yang sedang dikunjungi. Kadang harus ekstra kerja keras jika penulis diminta untuk membawakan seminar yang topiknya misalnya: ”Berpacaran yang benar sesuai dengan kekristenan, Dimanakah jodoh?, Bagaimana menikmati masa muda?. dll”.  Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan jika apa yang dipresentasikan sangat menyentuh dan dapat memberkati para audience, karena memang tujuan hidup penulis adalah: ”Agar Menjadi Orang Bermakna”.

Walaupun secara umum kondisi jemaat saat itu adalah golongan eknomi lemah, namun semangat membangun rumah Tuhan tetap berkobar-kobar. Berkat rahmat Tuhan yang penuh berkat, seorang anak Tuhan pengusaha Batak bersedia menghibahkan tanahnya seluas 1000 (seribu) meter persegi untuk tempat pembangunan rumah Tuhan. Tepatnya Oktober 1987, tempat ibadah pindah dari rumah  biasa  ke gereja yang bangunannya masih sangat sederhana dari triplex dan tanpa dinding. Dengan iman semua terlibat menyokong pembangunan gereja terutama panitia pembangunan, dengan- kerja keras mencari dana kesana kemari termasuk ke Jakarta. Penulis tahu persis akan pahit getirnya dalam pencarian dana dimaksud karena memang terlibat selaku wakil Ketua Pembangunan Gereja.

Di atas tanah seluas seribu meter persegi, dimulailah pembangunan gedung gereja yang mana pesta peletakan batu pertama, telah dilaksanakan pada Minggu, 22 September 1991. Acara tersebut dimeriahkan oleh artis Batak Ibu Kota. Dana yang dapat terkumpul pada saat pesta dimaksud digunakan untuk bangunan seadanya, yang penting semakin nyaman dipakai untuk beribadah.

Pesta pembangunan gereja yang pertama sekali dilakukan adalah Minggu 12 September 1993, sehabis ibadah minggu. Firman Tuhan yang mendasari pesta pembangunan saat itu adalah dari Hagai 1:8 dan 2:10: ”Jadi naiklah ke gunung , bawalah kayu, bangunlah rumah itu, maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman Tuhan. Adapun rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahan semula, firman Tuhan semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikian firman Tuhan”.

Pesta tersebut dimeriahkan oleh artis-artis Batak dari Ibu Kota, termasuk Paduan Suara Exaudia dari HKBP Jalan Jambu–Menteng yang sudah cukup terkenal dan sudah melalang buana ke Eropah dan Amerika.  Dana yang didapat dari hasil pesta tersebut langsung digunakan untuk renovasi bangunan gereja dan sound system, dan mulai saat itu sudah mulai- ada kenyamanan disaat beribadah, tidak seperti sebelumnya sering jemaat dipenuhi debu pada saat angin bertiup cukup kencang, namun persoalan baru timbul yang mana sangat panas jika sudah siang hari,  angin tidak lagi bebas keluar masuk karena sudah di pasang dinding.

Pesta pembangunan gereja yang kedua kali dilakukan tepatnya pada Minggu, 19 Oktober 1997, sama seperti di atas dilakukan setelah ibadah Minggu. Beberapa Paduan Suara dari HKBP lainnya diundang saat itu juga artis-artis Batak Ibu Kota untuk memeriahkan pesta pembangunan gereja dimaksud. Adapun dana yang dihasilkan pada pesta dimaksud digunakan untuk membangun tempat penjaga gereja, ruang sermon, ruang konsistori dan renovasi kamar kecil. Sudah sejak dulu hingga saat ini bahwa pada setiap ibadah Minggu pertama setiap bulannya, persembahan kedua diantarkan kedepan altar guna pembangunan gereja.

Adapun salah satu permasalahan yang dialami gereja saat ini adalah bahwa hingga sekarang gereja HKBP Cileungsi belum memiliki sertifikat IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Penyebabnya adalah bukannya tidak diurus, sejak tahun 1988 hingga sekarang sudah terus–menerus diurus, bahkan penulis sendiri sempat terlibat di dalam pengurusan tersebut, namun selalu saja mentok dan gagal, walau semuanya mendukung termasuk warga sekitar dengan membuat pernyataan disertai tanda tangan dan foto copy KTP dan KK masing-masing. Dengan adanya keputusan bersama dua menteri, maka pengurusan IMB gereja harus kembali dari awal lagi, namun itupun telah- dijalankan tahap per tahap, namun kembali setelah dalam fase terakhir terhambat lagi, dengan alasan macam-macam, pergantian pejabatlah, inilah dan itulah. Sungguh wajar jika ada yang mempertanyakan kepada pemerintah: ”Mengapa justru lebih gampang mengurus ijin tempat maksiat dari pada ijin tempat ibadah di negara yang sudah merdeka seperti di Indonesia ini?”. Sementara gereja jika tidak memiliki IMB, diancam dirobohkan, anehnya tempat ibadah kepercayaan tertentu tidak memiliki  IMB pun tidak ada masalah bahkan digubrispun tidak.

Sungguh anugerah Tuhan Yesus Kristus selaku Raja Gereja, gereja HKBP Cileungsi dapat berdiri ditengah-tengah penduduk lokal yang cukup fanatik, tidak pernah diusik bahkan keberadaannya didukung oleh penduduk sekitar. Adapun hal ini terjadi barangkali karena saling membutuhkan, sebagai contoh, dengan berdirinya gereja HKBP Cileungsi di Pangkalan 7, Bakom – Cileungsi, jalan kekampung tidak lagi berlumpur atau becek, karena gereja membangun jalan sampai dengan hot mix.

Kerja sama yang baik dan saling harga-menghargai juga terus kami jalin, misalnya, pada saat Idul Adha berlangsung, gereja sering mempersembahkan kambing untuk dipotong guna masyarakat sekitar, juga pada setiap ada event besar, misalnya perayaan hari ulang tahun kemerdekaan (17 Augustus) setiap tahunnya, gereja juga secara aktif memberi dukungan dana sekedarnya guna dapat dimeriahkan oleh masyarakat sekitar gereja.

Hal saling bersinergi dan saling menghargai seperti ini, akan terus kami pertahankan dan tingkatkan di masa mendatang guna relasi tetap kondusif. Hal yang sangat fantastis terjadi sekitar dua tahun silam, dimana gerombolan kaum tertentu datang berbondong-bondong lewat dari samping gedung gereja dan langsung melakukan penyegelan terhadap 3 (tiga) gereja tetangga yang berdiri tepat di belakang bangunan gereja HKBP Cileungsi. Mereka juga mendeklarasikan bahwa gereja HKBP Cileungsi adalah satu-satunya yang sudah diakui dan terdaftar di Kecamatan Cileungsi dan di Kabupaten Bogor.

 

  1. Pembagian tugas-tugas di HKBP Cileungsi:
    1. Pimpinan Jemaat atau Gembala Sidang:
      1. Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tri-tugas panggilan gereja.
      2. Memimpin pelayanan tahbisan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
      3. Mimimpin rapat jemaat, rapat pelayan, rapat pelayan tahbisan dan rapat pemilihan pengurus-pengurus dewan, seksi dan panitia pembangunan.
      4. Melaksanakan keputusan Sinode Agung. Majelis Pekerja Sinode, sinode distrik, mejelis pekerja sinode distrik, rapat resort, rapat majelis resort, rapat jemaat dan rapat pelayan tahbisan.
      5. Mengawasi, membimbing, dan menikngkatkan mutu pelayanan di bidang penatalayanan dan administrasi jemaat.
      6. Menerima laporan pertanggungjawaban setiap dewan.
      7. Menyampaikan laporan pelayanan, statistik, dan keuangan jemaat ke pendeta resort, dan rapat jemaat.

 

  1. Majelis Perbendaharaan:
    1. Membantu pimpinan jemaat menyusun rencana kerja, anggaran belanja, dan tata harta jemaat untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan.
    2. Mengelola administrasi jemaat yang mencakup administrasi umum, maupun sarana dan prasarana.
    3. Mengadakan sarana dan prasarana sesuai dengan program kerja dan anggaran jemaat.
    4. Mengatur semua harta kekayaan jemaat demi keteraturan penggunaan, penempatan, dan pengawasannya.
    5. Menentukan harta benda yang tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan ketentuan untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan supaya dibahas dan ditetapkan.
    6. Membuat laporan berkala tentang pengelolaan harta dan administrasi jemaat untuk disampaikan kepada pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang ditentukan.

 

  1. Bendahara Jemaat:
    1. Menghimpun, menghitung, menyimpan semua uang jemaat yang bersumber dari berbagai kegiatan yang dilakukan jemaat.
    2. Membayar dengan uang jemaat segala keperluan yang berhubungan dengan berbagai kegiatan di jemaat sesuai dengan keputusan rapat pelayan tahbisan, dengan persetujuan pimpinan jemaat.
    3. Membuat berita keuangan jemaat melalui warta jemaat, dan laporan tertulis, stensilan atau cetakan pada minggu pertama setiap bulan, setiap triwulan atau setiap semester.
    4. Menyimpan uang jemaat di bank atau di kantor pos terdekat, kecuali keperluan sehari-hari yang dapat disimpan di brandkas sesuai dengan keputusan rapat pelayan tahbisan.
    5. Mengirimkan semua uang yang pantas diserahkan ke resort, distrik, dan kantor pusat HKBP dengan persetujuan pimpinan jemaat.
    6. Mengatur semua uang jemaat melalui pembukuan uang masuk dan keluar. Semua bendahara dewan dan seksi yang memegang kas kecil dianggap sebagai wakil bendahara jemaat.
    7. Memberikan pertanggungjawaban kepada pimpinan jemaat dan rapat pelayan tahbisan.

 

  1. Sekretaris Gereja:
    1. Mengelola administrasi kegiatan gereja.
    2. Mempersiapkan dan melaksanakan yang perlu bagi rapat-rapat.
    3. Menerima surat-surat masuk dan mengirim surat-surat keluar.
    4. Membuat evaluasi dan laporan pertanggungjawaban setiap periode tertentu.

 

  1. Dewan atau Komisi:

Sesuai dengan tri-tugas panggilan gereja, ada tiga dewan di jemaat yaitu: dewan koinonia, dewan marturia, dan dewan diakonia, dan di bawah dewan masih ada seksi-seksi. Adapun tugas-tugasnya sebagai berikut:

  1. Menerima usul rencana tahunan dan anggaran dari setiap seksi.
  2. Menyusun rencana tahunan dan anggaran dewan yang akan disampaikan kepada pimpinan jemaat untuk dibahas dalam rapat pelayan tahbisan, dan ditetapkan oleh rapat jemaat.
  3. Mengkoordinasikan semua seksi dalam melaksanakan rencana tahunan dan anggaran yang telah ditetapkan oleh rapat jemaat.
  4. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana tahunan dan anggaran setiap seksi.
  5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan jemaat.

 

  1. 1. Dewan atau Komisi Koinonia:

Dewan koinonia adalah organ yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikiran, dan seperasaan di jemaat yang mencakup seksi sekolah minggu, remaja, pemuda, perempuan dan bapak.

 

  1. 1. 1. Seksi Sekolah Minggu:
  2. Membimbing anak-anak sekolah minggu dalam belajar firman Allah.
  3. Membimbing anak-anak sekolah minggu dalam perkembangan pemahaman keagamaan dan kegerejaan.
  4. Membimbing anak-anak sekolah minggu sesuai dengan pola pendidikan sekolah minggu yang telah ditetapkan oleh HKBP.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan kepada pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

                 

  1. 1. 2. Seksi Remaja:
  2.  Membimbing remaja untuk mempelajari firman Tuhan.
  3.   Membimbing remaja dalam perkembangan pemahaman                     keagamaan.
  4. Membimbing remaja sesuai dengan pola pelaksanaan seksi remaja yang telah ditetapkan oleh HKBP.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan terhadap remaja dan menyampaikannya kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

  1. 1. 3. Seksi Pemuda:
  2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap pemuda tentang penghayatan firman Tuhan agar semakin berkembang menuju kedewasaan iman.
  3. Membimbing pemuda supaya semakin dewasa dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan, terutama sekali- tentang posisi dan kehidupan pemuda, agar semakin dewasa di dalam iman.
  4. Membimbing pemuda sesuai dengan pola pelaksanaan Seksi Pemuda yang ditetapkan oleh HKBP.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan pemuda yang akan disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

  1. 1. 4. Seksi Perempuan:
  2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap   perempuan tentang penghayatan firman Tuhan agar senmakin berkembang menujun kedewasaan iman.
  3. Membimbing perempuan supaya semakin berkembang dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan, terutama sekali tentang posisi dan kehidupan perempuan, agar semakin dewasa di dalam iman.
  4. Membimbing perempuan sesuai dengan pola pelaksanaan Seksi Perempuan yang telah ditetapkan oleh HKBP.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan perempuan yang akan disampaikan kepada ketua dewan- koinonia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

  1. 1. 5. Seksi Bapak:
  2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan terhadap kaum bapak tentang penghayatan firman Tuhan agar semakin berkembang menuju kedewasaan iman.
  3. Membimbing kaum bapak agar semakin dewasa dalam pemahaman keagamaan dan kegerejaan terutama tentang posisi dan kehidupan kaum bapak agar semakin dewasa dalam iman.
  4. Membimbing kaum bapak sehubungan dengan pola pelaksanaan Seksi Bapak yang sudah ditentukan oleh HKBP.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelayanan kaum bapak yang akan disampaikan kepada ketua dewan koinonia dan pimpinan jemaat dengan waktu yang sudah ditentukan.

 

  1. 2.  Dewan atau Komisi Marturia:

Dewan Marturia adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan kegiatan pemberitaan injil di tengah-tengah jemaat dan masyarakat yang mencakup seksi pekabaran injil dan seksi musik.

 

  1. 2. 1. Seksi Pekabaran Injil atau Sending:
  2. Melaksanakan pemberitaan injildi dalam HKBP sendiri.
  3. Melaksanakan pemberitaan injil ke luar HKBP.
  4. Menghimpun persembahan, dana melalui donator dan kegiatan-kegiatan lain untuk menyokong kegiatan pekabaran injil yg lebih luas.
  5.  Menjalankan program pekabaran injil HKBP.
  6. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya untuk disampaikan kepada ketua dewan marturia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

 

  1. 2. 2. Seksi Musik:
  2. Memberikan bimbingan dalam hal kegiatan musik vokalia dan instrumentalia di jemaat, untuk memberitakan firman Allah.
  3. Menyediakan keperluan-keperluan yang berhubungan dengan kegiatan musik vokalia dan instrumentalia.
  4. Meningkatkan kelompok-kelompok paduan suara dan kelompok-kelompok pemusik.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan marturia dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

  1. 3. Dewan atau Komisi Diakoni:

Dewan diakoni adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan pelayanan diakonia, meningkatkan pengetahuan dan kesehatan, demikian juga melaksanakan percakapan dan komunikasi dengan masyarakat sekitar maupun pemerintah, yang mencakup seksi diakoni sosial, seksi pendidikan, seksi kesehatan, dan seksi kemasyarakatan.

 

  1. 3. 1. Seksi Diakoni Sosial:
  2.  Melaksanakan pelayanan diakonia ditengah-tengah jemaat itu sendiri  bagi warga yang memerlukan bantuan dari jemaat.
  3.  Melaksanakan pelayanan diakonia sosial kepada orang-orang yang  terpenjara, panti-panti asuhan, dan orang lain di luar jemaat itu sendiri.
  4. Menghimpun sumbangan, dana dari donator dan sumber-sumber lain  untuk melaksanakan pelayanan diakonia yang lebih luas.
  5.   Menjalankan program diakoni sosial HKBP.
  6.  Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakonia sosial dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

                 

  1. 3. 2. Seksi Pendidikan:
  2. Melaksanakan kegiatan pendidikan atau pengajaran dan pelatihan ditengah-tengah warga jemaat dan sekitarnya sesuai dengan keperluan masyarakat dan bangsa.
  3. Mengupayakan dan mengembangkan kerjasama

pendidikan atau pelatihan dan lapangan kerja yang tepat guna.

  1. Menghimpun sumbangan, dana dari berbagai sumber untuk pelaksanaan beasiswa kepada putra-puteri warga jemaat yang memerlukannya.
  2. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

 

  1. 3. 3. Seksi Kesehatan:
  2. Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga jemaat dan masyarakat sekitarnya yang memerlukannya.
  3. Memberikan penerangan kepada warga jemaat dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan.
  4. Menghimpun sumbangan atau dana untuk membantu pembangunan kesehatan masyarakat.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya, yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

  1. 3. 4. Seksi Kemasyarakatan:
  2. Merencanakan dan melaksanakan pembinaan untuk mengembangkan hubungan yang konstruktif dengan pemerintah dan golongan-golongan masyarakat sebagai perwujudan dari visi HKBP yg inklusif dan dialogis.
  3. Memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan diberbagai bidang- kehidupan, serta merencanakan dan menentukan sikap HKBP berkenaan dengan perkembangan-perkembangan yang ada.
  4. Merencanakan dan melaksanakan usaha-usaha meningkatkan kehidupan masyarakat dan pemeliharaan lingkungan hidup.
  5. Membuat evaluasi dan laporan berkala tentang pelaksanaan tugasnya, yang akan disampaikan kepada ketua dewan diakoni dan pimpinan jemaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

Adapun kepersonaliaan HKBP Cileungsi tahun 2008 saat ini adalah:

  1. Pendeta ada 2 (dua) orang.
  2. Penatua ada 32 (tiga puluh dua) orang
  3. Guru Sekolah Minggu ada 12 (dua belas) orang.
  4. Organist ada 8 ( delapan) orang.
  5. Diregent Koor ada 8 (delapan) orang.

 

 

 

 

 

Struktur Organisasi HKBP Cileungsi

Dewan/Komisi

Perbendaharaan

Dewan/komisi

Diakoni

Dewan/Komisi

Marfturia

Dewan/Komisi

Koinonia

Sekretaris
Bendahara
Pimpinan Jemaat

 

                     Dewan atau Komisi Koinonia

 

Dewan atau Komisi

Koinonia

 

 

 

                      Dewan Atau Komisi Marturia

 

                  Dewan atau Komisi Diakonia

Diakoni

Sosial

 

 

BAB   III

PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA KRISTEN

DALAM GEREJA

 

  1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

            Suatu bentuk setiap organisasi  dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien perlu memperhatikan faktor manusia, karena faktor manusia adalah unsur yang sangat penting demikian pula disuatu gereja. Manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai martabat, perasaan dan mempunyai satu tujuan, maka suatu organisasi atau gereja akan mengalami kegagalan dari apa yang ditetapkan sebagai tujuannya apabila kurang memperhatikan faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu sistem manajemen dan sumber daya manusia menitik beratkan tenaga manusia sebagai faktor penghasil kerja. Sebelum membahas mengenai pengertian dan fungsi manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian manajemen.

Menurut Alex S. Nitisemito bahwa: “Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan kegiatan melalui orang lain”.[1]  Hal ini berarti manajemen hanya dapat dilaksanakan bila dalam pencapaian tujuan tersebut dilakukan oleh lebih dari seorang, oleh karena itu makin banyak melibatkan orang dalam pencapaian sasaran dan tujuan makin besar pula peranan manajemen.

Adapun manajemen menurut  Prof. Dr. Sukanto adalah:                                       ”Manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif”.[2]

Orang yang menjalankan fungsi manajemen disebut manajer, yang selain menjalankan fungsi-fungsi tersebut juga mempunyai tugas untuk dapat menciptakan suasana kerja yang sedemikian rupa sehingga seluruh karyawan mempunyai semangat dan motivasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Manajemen berhubungan dengan berbagai sumber daya yang bersifat fisik maupun non fisik.

Untuk lebih memahami persoalan manajemen personalia dan manajemen sumber daya manusia, maka dapat diuraikan definisinya sebagai berikut:

“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian,            pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan           sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan             masyarakat.”[3]

 

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen personalia adalah manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian atau karyawan dalam suatu badan tertentu. Sampai saat ini belum ada suatu perusahaan atau instansi yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya tanpa memerlukan karyawan. Ada kecenderungan makin besar lembaga atau instansi, maka makin besarlah kebutuhan sumber daya manusianya dan meskipun telah ditemukan mesin-mesin modern yang serba otomatis, akan tetapi bagi lembaga atau instansi sampai saat ini masih belum ada yang dapat melaksanakan tugasnya tanpa memerlukan tenaga manusia.

 

  1. Fungsi-Fungsi Manajemen

Definisi manajemen personalia harus mencakup fungsi manajemen dan fungsi operasional, yakni sebagai berikut ini:

  1.   Perencanaan atau (Planning).

Setiap manajer yang efektif menyadari bahwa sebagian besar dari waktu mereka harus disediakan untuk perencanaan. Bagi manajer personalia, perencanaan berarti penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang ditetapkan. Dalam proses penentuan sasaran sangat diperlukan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari manajer personalia, dengan keahliannya dalam bidang sumber daya manusia.

 

  1. Pengorganisasian (Organizing).

Perencanaan yang telah ditetapkan memerlukan suatu organisasi untuk melaksanakannya, dalam hal ini organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Jika perusahaan telah menetapkan- fungsi-fungsi personalia maka manajer personalia akan menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik.

Mengingat betapa rumitnya hubungan antara bagian-bagian yang ada, maka banyak pimpinan perusahaan yang mengharapkan agar manajer personalia dapat memberikan saran untuk organisasi secara keseluruhan.

 

  1. Pengarahan (Directing).

Setelah dibentuk organisasi, maka diperlukan fungsi berikutnya yaitu melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tugas dan pekerjaan operasi. Fungsi ini sangat penting karena merupakan fungsi yang  “menghidupkan“. Fungsi pengarahan ini berarti mengusahakan agar sumber daya manusia dapat bekerja secara produktif, efisien dan efektif.

 

  1. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengaturan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar organisasi.

Menurut T. Hani Handoko adalah:

“Pembinaan (building) mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memotivasi, menuntun, mengarahkan, memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian dan menyiapkan sumber daya manusia untuk memegang-tanggung jawab pekerjaan pada waktu yang akan datang”.[4]

 

Jadi pembinaan adalah suatu proses pelajaran jangka panjang dengan menggunakan cara yang sistematis dan terorganisir yang diadakan oleh  pimpinan dengan mempelajari konsep-konsep dan pengetahuan teoritis untuk pendidikan umum jangka panjang.

 

  1. Pengertian Program Pembinaan.

Dalam beberapa pembahasan buku manajemen personalia maupun manajemen sumber daya manusia, mendefinisikan istilah pembinaan dan pelatihan atau training hampir dalam pengertian yang sama, karena selalu berkaitan walaupun masing-masing mempunyai pengertian yang saling membedakan secara hakiki.

Pengertian program pembinaan atau yang sering disebut training adalah pengembangan karyawan yang diartikan dengan usaha meningkatkan motivasi, keterampilan maupun pengetahuan umum untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih efisien. Dalam hal ini pembinaan dimaksudkan dalam pengertian yang luas sehingga tak terbatas hanya pada usaha untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan.

Untuk mencapai tujuan dengan baik maka setiap organisasi umum maupun organisasi keagamaan perlu mempunyai sumber daya manusia yang dapat melaksanakan tugasnya secara efisien. Tujuan ini dapat dicapai dengan baik jika para sumber daya manusianya mempunyai keterampilan dan kemampuan yang dapat ditempuh melalui program pembinaan dan pelatihan. Bahkan para sumber daya manusia yang sudah berpengalaman juga perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedurnya. Mereka juga mungkin memerlukan latihan yang lebih lanjut untuk mengerjakan tugas lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan organisasinya.

Adapun  menurut T. Hani Handoko bahwa: “Pembinaan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan pelaksanaan kerja tertentu, terperinci dan rutin”.[5]

Adapun pembinaan menurut Yudo Swasono adalah: “Pembinaan  adalah kegiatan yang dirancang oleh  organisasi untuk memberi fasilitas bagi para karyawan yang mempunyai kaitan dengan motivasi pengetahuan dan keterampilan kerja.”.[6]  Sedangkan Alex S. Nitisemito mendefinisikan sebagai berikut:

“Pembinaan adalah suatu kegiatan dari organisasi yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan dan memperkembangkan sikap, tingkah -laku, keterampilan dan pengetahuan dari para sumber daya manusia sesuai dengan keinginan dari organisasi yang bersangkutan”.[7]

                Pembinaan  merupakan bagian dari Teologi Praktika. Beberapa ahli teologi  sudah berusaha untuk merumuskan pembinaan itu, misalnya Thurneysen, dalam bukunya yang terkenal tentang pembinaan.  “Pembinaan merupakan suatu penerapan khusus Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam khotbah gereja disampaikan  kepada semua orang”.[8]

Dr. J.W. Herfst mengatakan bahwa tugas pembinaan itu ialah:            “Menolong setiap orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah, dan mengajar orang untuk mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya, dalam sitruasi sendiri”.[9]

Dr. H. Faber berkata: “Pembinaan itu ialah tiap-tiap pekerjaan, yang di dalamnya si pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbahnya, atas kepribadian orang, yang pada saat itu dihubunginya”.[10]  Dalam hal ini Dr. Faber pertama-tama tidak menekankan apa yang diucapkan oleh pelayan itu (pendeta, penatua, dsb), tetapi  bagaimana  perkataannya  itu  diterima   oleh  setiap anggota jemaat,

dan bagaimana itu mempengaruhi kepribadian, yaitu pikiran, perasaan, dan pengakuan mereka. Jikalau membandingkan ketiga contoh di atas, maka nyatalah, bahwa dalam setiap rumusan yang ditekankan adalah manusia secara pribadi. Yang penting juga ialah relasi antara pelayan dan anggota jemaatnya.

  1. Hubungan Antara Pembinaan dan Pengembalaan.

Banyak gereja di Indonesia, usaha pembinaan di tahun-tahun belakangan ini telah berjalan dengan baik. Pokok atau Obyek pembinaan itu ialah jemaat. Berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab, jemaat berusaha mencari tahu apa artinya menjadi ”jemaat Kristus” kini, di dunia ini. Orang bersama-sama menelaah Alkitab, mengadakan dan mendengarkan ceramah-ceramah itu sesuai dengan pemahaman Alkitab. Setiap orang didorong untuk turut berpikir secara aktif. Yang penting ialah jemaat dibina untuk melihat dan menerima panggilan dan tugasnya di dunia ini.

Suatu persamaan penting antara pembinaan dan penggembalaan ialah, bahwa setiap orang yang ambil bagian di dalamnya, diransang untuk ikut memikirkan secara aktif dan untuk melihat dan menyambut tanggung jawab sendiri. Ada banyak juga perbedaan: Pokok atau Obyek pembinaan itu ialah jemaat. Pokok atau Obyek penggembalaan itu ialah anggota jemaat. Penggembalaan dan pembinaan adalah saling melengkapi Firman Allah, cinta kasih dan penyataan diri-Nya sendiri, merupakan dasar untuk kebaktian, pembinaan dan penggembalaan. Dalam pembinaan: Apakah artinya menjadi atau merupakan jemaat Kristus?. Dalam penggembalaan: Apakah artinya menjadi atau merupakan anggota jemaat Kristus? Dalam kebaktian: Jemaat belajar apa yang terdapat dalam Firman Allah. Jemaat merayakannya bahwa ia boleh tergolong kepada jemaat Kristus. Jemaat berdoa bersama untuk dunia dan dirinya sendiri.

  1. Pembinaan watak dan kerohanian warga gereja HKBP.

Penerapan strategi volks christian membuat fungsi usaha pendidikan Batak-mission berkembang menjadi sarana pembinaan dan pendalaman watak dan kerohanian warga jemaat yang baru menjadi kristen. ”Sekolah zending mengalami kemunduran bila sekolah itu menjadikan peralihan formal kepada agama kristen sebagai syarat yang harus dipenuhi murid-muridnya sebagai tujuan untuk pembinaan”.[11]  Halnya demikian karena Batak-mission tidak ingin bila kekristenan orang Batak hanya bersifat nominal superfisial (dangkal) saja. Mereka juga ingin memiliki pemahaman dan penghayatan yang mendalam atas injil atau kekristenan yang mereka terima, agar pada gilirannya Injil itu membawa pembaruan hidup, yang diawali dengan pembaruan watak dan tingkah laku.

Keinginan atau cita-acita itu hendak dicapai melalui upaya dan proses pembinaan dan pendidikan. Proses pembinaan dan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya memang berlangsung dalam setiap aktivitas Batak-mission. Metode yang digunakan Batak-mission untuk mencapai tujuan itu pertama-tama adalah memberi porsi yang besar kepada mata-mata pelajaran religius (kendati hal ini menimbulkan bentrokan dengan pihak pemerintah). Batak-mission menerapkan pembinaan disiplin, watak dan kerohanian di semua jenis dan tingkatan sekolahnya, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki asrama. Melalui proses pembinaan dan gemblengan yang ketat itu Batak-mission- berharap bahwa para lulusan sekolahnya menjadi warga dan pelayan gereja yang memiliki kualitas mental, moral dan spiritual kristiani yang tinggi, dan pada gilirannya menularkan semua itu kepada warga gereja dan masyarakat pada umumnya.

Tidaklah mudah mengatur ataupun menunjukkan hasil pembinaan melalui sekolah ini dalam diri warga gereja, khususnya pada mereka yang merupakan produk sekolah-sekolah Batak-mission. Kendati demikian ada beberapa indikator yang memperlihatkan dampak positif pembinaan ini dalam kehidupan warga gereja atau masyarakat Kristen Batak.

Adapun sasaran atau tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan ini adalah:

 

  1. Perubahan pada watak dan perilaku

Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, pada mulanya para zendling menilai orang Batak malas, jorok, tidak sopan, kurang menghargai waktu, suka bertikai, pembohong, sembrono dsb. Tetapi setelah orang Batak itu menjalani pendidikan dan pembinaan di sekolah (maupun di jemaat) penilaian para zending-zending berangsur-angsur semakin positif. Terutama para murid dan tamatan sekolahnya oleh para zending dinilai semakin memperlihatkan watak dan perilaku baru: rajin, bersih, tertib, menghargai waktu, suka berdamai, sopan dsb. Penilaian dan pengamatan yang sama juga-dikemukakan para pengamat pribumi tertentu, yang juga adalah produk sekolah-sekolah Batak-mission.[12]    

                                  

  1. Semangat yang tinggi untuk membina

Hanya sebagian kecil tamatan sekolah-sekolah Batak-mission yang menjadi pengerja gereja professional, yakni tamatan seminari dan lembaga-lembaga pendidikan pengerja gereja lainnya. Sebagian besar tetap tinggal sebagai warga gereja biasa[13].  Tetapi mereka ini sangat bersemangat dan berperan besar dalam menyebarluaskan injil kepada masyarakat sekitar yang belum Kristen dan dalam bentuk jemaat-jemaat baru. Kenyataan ini paling jelas terlihat di daerah-daerah diaspora, baik di ”koloni-koloni baru[14]maupun di kota-kota. Sejalan dengan itu banyak tamatan sekolah-sekolah umum Batak-mission,  termasuk tamatan sekolah-sekolah Belanda yang menjadi tokoh pimpinan di jemaat-jemaat Gereja Batak, baik yang berada di  Tanah Batak maupun yang berada di daerah diaspora. Tetapi tidak selalu Batak-mission berhasil berhasil mengikis watak atau sifat orang Batak yang dinilainya negatif, walaupun sesudah menjadi Kristen dan dibina serta digembleng di sekolah-sekolahnya. Di antara sifat yang dinilai negatif, menurut para zending yang paling menonjol adalah adalah sifat materialistis dan gila pangkat. Bahkan menurut mereka sifat ini semakin berkobar dalam diri orang Batak yang sudah menikmati pendidikan, termasuk tamatan seminari. Apalagi setelah pemerintah kolonial memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi pegawai dan setelah kultur modern yang menerobos deras ke Tanah Batak menawarkan beraneka ragam produk konsumtif, tak sedikit dari terpelajar itu yang enggan melakukan pekerjaan tangan dan menjadi penganut gaya hidup yang kebarat-baratan, kenyataan yang di mata para zending merupakan kulturkarikatur[15].

Menghadapi kenyataan ini para zendling tidak menyerah begitu saja, mereka tidak jemu-jemunya menghimbau masyarakat dan warga jemaat untuk menanggalkannya, dan berbarengan dengan itu mereka meningkatkan upaya pengikisan sifat itu melalui sistem pendidikan di sekolah. Melalui semua itu mereka sekaligus hendak menanamkan etos kerja baru pada diri murid sekolah dan warga jemaat atau masyarakat, yakni bahwa tujuan bersekolah dan bekerja bukanlah untuk meraih pangkat dan materi, melainkan berkarya demi kepentingan seluruh warga masyarakat dan gereja. Upaya ini didasarkan Batak-mission pada keyakinan bahwa ”Kekristenan mempermulia pekerjaan[16],  keyakinan yang tidak terlepas dari wawasan Erzieehung Arbeit yang diwariskan Fabri.

Batak-mission menyadari bahwa sifat materialistis dan gila pangkat itu tak terlepas dari falsafah hidup yang sudah dimiliki orang Batak sebelum kedatangan zending. Ia juga menyadari bahwa sifat itu ditunjang oleh sifat-sifat lain yang tidak mesti dinilai negatif, antara lain semangat belajar yang tinggi, ambisi untuk maju dan solidaritas, serta keterbukaan dan rasa tertarik yang besar akan hal-hal baru. Ia juga mengakui bahwa semua sifat itu didukung oleh kecerdasan dan kecakapan intelektual yang dimiliki orang Batak pada umumnya secara alamiah: daya ingat yang yang kuat, kecepatan menangkap pelajaran, kegemaran akan ilmu hitung dsb. Tetapi Batak-mission ingin agar semua itu terlebih dahulu ditaklukkan kepada Injil. Dengan kata lain Batak-mission ingin agar orang Batak terlebih dahulu mencapai kemajuan dan kematangan mental, moral dan spiritual, baru kemudian kemajuan intellektual dan sosial-ekonomis. Sebab walaupun tujuan Batak-mission adalah memajukan orang Batak di segala bidang, namun yang pertama dan terutama adalah di bidang mental, moral dan spiritual.

Batak-mission menghendaki agar pemurnian nilai-nilai tradiosional yang positif itu dilakukan dengan melepaskannya dari- akar dan konteks kepercayaan (agama) Batak lama, lalu ditaklukkan dan dilebur ke dalam sistem nilai Kristiani Barat. Dalam kenyataannya peleburan atau kohesi itu tidak selalu berhasil, sehingga sering terlihat adanya standar ganda dalam kehidupan orang Batak Kristen, termasuk dalam diri mereka yang berpendidikan, terutama dalam hal moral: ada standar moral kristiani di samping standar moral Batak tradisional.

Dalam hubungan dengan standar moral ganda ini, sistem internaat (asrama) yang selalu dipujikan kalangan Batak-mission sebagai sitem yang sangat berhasil dalam rangka pembinaan watak dan kerohanian murid-muridnya juga tak luput dari kritik penganut tertentu. Walaupun Batak-mission berusaha membuat agar sistem pendidikannya (termasuk sistem asrama) jangan sampai membuat murid-muridnya terasing dari lingkungannya, tetapi Fischer, misalnya melihat bahwa asrama itu membuat para siswa sedikit banyak terasing dari lingkungannya atau merasa diri lebih tinggi dari mereka yang berada di luar asrama.  Tetapi setelah mereka keluar asrama, standar moral yang lebih tinggi itu tak dapat mereka pertahankan, mereka juga terpengaruh untuk menganut standar moral Batak tradisional.

Walaupun di sana sini ada ekses negatif dari sistem pembinaan watak dan kerohanian yang dikembangkan Batakmission– di sekolah-sekolahnya, namun kasus seperti itu jarang terjadi, kalaupun terjadi itu hanyalah ekses, yang oleh Batak-mission sendiri tidak dikehendaki dan terlepas dari setuju tidaknya para pengamat atas corak mental, moral, spiritual yang hendak ditanamkan Batak-mission dalam diri murid-murid serta warga gereja yang diasuhnya, tak dapat disangkal bahwa sekolah-sekolah Batak-mission memberi sumbangan besar bagi usaha Batak-mission membina mental, moral dan spiritual warga Gereja Batak. Dengan demikian sekolah Batak-mission cukup-berhasil mengemban fungsinya sebagai sarana pembinaan warga gereja menurut citra ideal yang ditetapkannya.

 

  1. Hukum Gereja

Adapun hukum gereja adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan segala peraturan dan penetapan yang digunakan oleh gereja untuk menata atau mengatur hidup dan pelayanannya di dalam dunia[17]. Sedangkan gereja itu sendiri adalah persekutuan orang-orang yang dipilih, dipanggil dan ditempatkan di dunia ini untuk melayani Allah dan melayani manusia.   Menurut I Petrus. 2:9, Gereja adalah umat Allah, yang ”dipanggil keluar dari dalam kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar.

Ungkapan gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan sering diperdebatkan.  Yang dimaksud disini bukanlah dua gereja, tetapi dua segi dari satu gereja: ”segi luarnya” yang kelihatan dan ”segi dalamnya” yang tidak kelihatan, umpamanya: iman, pengharapan dan kasih.

Tanpa peraturan-peraturan yang baik, gereja bukan saja memberikan kesempatan untuk timbulnya rupa-rupa salah paham dan kekacauan. Tugas hukum gereja ialah bukan saja mengatur hubungan-hubungan lahiriah dari gereja, tetapi juga memungkinkannya supaya ia dapat berfungsi sebagai persekutuan iman yang bergantung pada Kristus, kepala gereja.

Adapun gereja tidak sama dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Gereja adalah persekutuan iman. Karena itu peraturan-peraturannya tidak boleh- kita samakan dengan undang-undang negara dan tidak boleh kita memberlakukannya secara yuridis[18].

Seorang ahli teologi menempatkan gereja dan hukum gereja berhadap-hadapan. Menurut dia ” hakikat hukum bertentangan dengan hakikat gereja”.[19]  Adapun hukum gereja yang banyak digunakan oleh gereja di Indonesia adalah berasal dari negeri Belanda.

Gereja yang diorganisir dengan tatagereja-tatagerejanya, dengan konfessi-konfessinya, dengan formulir-formulirnya dan jabatan-jabatannya, adalah merupakan suatu halangan bagi hidup bersama dari semua orang-kristen. Hukum gereja bertentangan dengan hakikat gereja. Karena itu gereja tidak dapat diorganisir.[20]  Dalil pertama: ”Hukum gereja bertentangan dengan hakikat gereja”.

Dalil kedua: ”Hakikat gereja rohani dan hakikat hukum duniawi”. Rudolph Sohm mengakui, bahwa hukum gereja benar ada, tetapi ia sebenarnya adalah suatu teka-teki. Ia ada, sekalipun gereja, karena hakikatnya tidak menghendaki hukum gereja. Bagi Rudolph Sohm, Jemaat Perjanjian Baru adalah ”model” untuk gereja pada segala abad. Katanya dengan tegas bahwa Jemaat adalah tanpa organisasi yuridis formal. Kepalanya adalah Kristus sendiri dan ia memimpinnya oleh pemberian Roh Kudus dimana semua anggotanya mendapat bagian.

Hakikat gereja adalah rohani. Mungkin ada yang mengatakan bahwa menurut Perjanjian Baru, hal itu benar. Bukankah kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus katakan: ”Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu (I Kor. 3:16). Dan kepada jemaat di Galatia ia menulis: ”Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”  (Gal. 5:25).

Gereja yang dipimpin oleh pejabat-pejabat adalah tanda dari kemerosotannya, yang mulai tampak menjelang akhir abad yang pertama. Gereja Purba–katanya dengan tegas–tidak dipimpin oleh pejabat-pejabat, tetapi oleh karunia-karunia Roh (karisma-karisma) yang diberikan oleh Yesus- kepada semua anggota jemaat. Juga tentang hal ini mungkin ada orang yang membenarkan Sohm, sebab dalam banyak jemaat di luar Palestina–yang didirikan oleh Rasul Paulus dan kawan-kawannya–karunia-karunia Roh (karisma-karisma) memainkan peranan penting.[21]

”Hakekat hukum adalah duniawi”. Dengan perkataan ini, ia mau menegaskan, bahwa hukum adalah sesuatu yang berasal dari dari dunia ini. Sebagai hukum yang demikian ia tidak mempunyai latar-belakang yang transenden, ia tidak berakar dalam religi. Sifat hukum menurut dia adalah historis, positifistis, lahiriah, memaksa. Terutama sifat yang terakhir ini, yaitu sifat memaksa. Yang dia maksudkan adalah bahwa setiap pelaksanaan hukum selalu berhubungan dengan- paksaan. Paksaan ini, dia tentang, sebab yang terpenting dalam gereja menurut dia ialah kasih. Disitu tidak ada tempat untuk hukum.[22]

Gereja adalah adalah suatu persekutuan yang kelihatan: suatu persekutuan yang mempunyai anggota-anggota, peraturan-peraturan, pengurus dan lain-lain, sama seperti lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lain. Sungguhpun demikian ia tidak dapat disamakan dengan lembaga-lembaga itu. Ia mempunyai wujud atau hakikat yang lain. Ia berada di dalam dunia, tetapi tidak berasal dari dunia (Yoh. 17:11).[23]

Bahaya dari hukum gereja yang salah atau yang buruk datangnya dari berbagai pihak. Salah satu diantaranya ialah dari pihak negara, yaitu kalau negara mau turut campur tangan dalam soal-soal intern gereja. Dengan perkataan lain: bereksistensi secara teologis, mengharapkan segala sesuatu dari Firman Allah yang berkuasa. Risalah Barth jelas mempunyai arti penting di bidang hukum gereja. Gereja harus tetap berada sebagai gereja, juga dalam pimpinannya, tidak boleh ada ”kuasa” lain yang memerintahnya selain daripada Firman Allah.[24]

Adapun hukum gereja menurut Barth adalah sebagai berikut:

  1. Hukum–Pelayanan. Dalam gereja tidak ada tempat untuk kekuasaan dari siapapun juga. “Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk. 10:44 ).
  2. Hukum Liturgis. Kristus memanifestasikan diri-Nya adalah ibadah. Tetapi dalam bagian-bagian ibadah (pengakuan, pelayanan baptisan, perayaan, Perjamuan malam dan-doa ) yang dilakukan oleh manusia ( pejabat dan anggota jemaat) dan karena itu ia dapat disalah-pahami dan disalah-gunakan. Karena itu hukum gereja harus memberikan perhatian juga pada ibadah jemaat.
  3. Hukum yang hidup. Kristus, Tuhan gereja adalah Tuhan yang hidup. Karena itu hukum gereja, yang menata atau mengatur gereja, juga adalah hukum yang hidup. Itu berarti, bahwa hukum gereja tidak- tertutup. Gereja harus selalu terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan yang baru dan karena itu harus berani melakukan hal-hal yang baru.
  4. Hukum yang eksemplaris. Hukum gereja, juga dalam pelaksanaannya harus eksemplaris, artinya harus menjadi contoh. Itu tidak berarti, bahwa gereja harus harus mengajak persekutuan-persekutuan yang lain, seperti negara, perhimpunan-perhimpunan, dan lain-lain untuk mengambil-alih hukumnya. Tetapi dengan jalan memperlihatkan, bahwa telah ada hukum-pengaturan, yang berdasarkan atas perubahan besar dalam situasi manusia, hukum gereja dapat memberikan koreksi kepada hukum-hukum yang lain[25].

 

Peraturan-peraturan gereja bukan saja harus pendek dan sederhana, peraturan-peraturan itu juga harus bersifat terbuka dan fleksibel. Gereja sebagai persekutuan orang-orang berdosa selalu berada dalam bahaya untuk menyimpang dari jalan yang benar. Tugas semua adalah menjaga, supaya hal itu jangan terjadi. Penjagaan itu bukan saja berarti bantuan berarti bantuan, dukungan dan perbaikan, tetapi terutama pembaruan, reformasi.

 

 

 

  1. Disiplin Gereja

Secara umum diketahui disiplin adalah peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasaan atau ada yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak dalam hal mengatur pergaulan hidup agar terjalin suatu stabilitas kehidupan bersama antar sesama, terlebih lagi hubungan dengan Tuhan dalam kaitannya dengan disiplin atau hukum gereja. Maka, disiplin atau hukum disebut juga peraturan adalah merupakan aturan-aturan yang dibuat untuk mengatur sesuatu agar tersusun dan berjalan dengan baik, rapi dan tertib.

Gereja sebagai suatu organisasi Allah yang berada di dunia dan terdiri atas orang-orang berdosa menyerupai ladang dimana gandum dan lalang bertumbuh sampai hukuman yang terakhir (Mat. 13:24-30), karena itu harus diatur dengan aturan-aturan yang jelas karena Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera (I Kor. 14:33) dan di dalam gereja ditetapkan pejabat-pejabat untuk mengatur kehidupan gereja.

Disiplin gereja adalah suatu sanksi gerejawi yang waktu itu dikenal dengan siasat gereja, merupakan upaya penggembalaan terhadap seseorang dengan motivasi agar yang bersangkutan dapat kembali menjadi murid yang baik (discipleship)[26].

Johanes Calvin menuliskan, yang dikutip dalam bukunya ”A Theology of Pastoral Care”, 1963, Disiplin Gereja adalah:

  1. Tali yang mengikat anggota jemaat dan menempatkan mereka masing-masing pada tempat yang sebenarnya.
  2. Sebagai kekang untuk mengekang orang-orang yang menolak ajaran Kristus.
  3. Sebagai alat untuk memberi stimulasi bagi mereka yang tidak aktif.
  4. Sebagai rotan seorang ayah untuk menghukum mereka yang jatuh ke dosa.

 

Satu hal yang perlu dipahami dan harus dijelaskan bahwa disiplin gereja sangat terkait erat dengan penggembalaan, sebab disiplin gereja bukanlah merupakan hukuman tetapi suatu bentuk dari penggembalaan. Yang mana penggembalaan adalah komunikasi khusus dari Firman Allah kepada anggota jemaat sebagai pribadi, yaitu Firman Allah yang dalam khotbah gereja disampaikan kepada semua orang.[27]

Memang banyak orang yang membenci disiplin gereja, karena itu hal yang perlu dihimbau adalah memberikan pemahaman bahwa ”Tidak ada satupun masyarakat, rumah tangga, termasuk warga gereja yang dapat dipelihara dalam keadaan baik tanpa adanya hukum atau disiplin”.

Hal lain yang menjadi manfaat disiplin gereja adalah ”Sebagai tali kekang untuk mengekang dan juga untuk menolong mereka yang menyimpang dari ketetapan Kristus, yang dilakukan berdsasarkan kasih Kristus.[28]

Menimbang semua hal tersebut, perlu untuk diketahui dan diperbandingkan dengan disiplin gereja yang diterapkan di kalangan Yahudi, sebagai berikut:

 

  1. Menegur dan menasihati.

Tujuan dari pelaksanaan disiplin gereja adalah kesadaran dan pertobatan orang yang bersalah. Dengan demikian kalau orang yang bersalah itu sudah bertobat maka tindakan disiplin itu sudah tidak perlu. Selanjutnya orang yang bersalah itu perlu dimaafkan dan dikuatkan dengan kasih persaudaraan. Semua ini harus harus dinampakkan keluar, agar orang yang sudah bertobat itu dapat mengerti akan Firman Tuhan: ”Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang” (Yoh. 8:11b).

 

  1. Tidak menghakimi.

Ahli taurat dan orang Farisi yang datang membawa wanita berdosa sambil berkata ” Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika sedang berzinah. Musa dalam hukum taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian, apakah pendapat-Mu tentang hal ini?”  Dalam     Matius 5:28, Tuhan Yesus mengingatkan mereka bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia- dalam hatinya. Sikap yang dilakukan Tuhan Yesus yang tidak menghakimi siapapun membuat para ahli taurat dan farisi merasa bahwa mereka tidak lebih baik dari orang yang telah berzinah tersebut (Yoh. 8:7b, 9).

 

  1. Tindak disiplin yang lebih berat.

Dalam Matius 18:17, dapat dilihat salah satu dari bentuk tindak disiplin tersebut. Tindak disiplin ini diterapkan apabila hal menasihati dan menegur, baik yang dilakukan secara empat mata, kemudian oleh beberapa orang yang akhirnya disampaikan menjadi persoalan jemaat, dan tidak membawa hasil. Bentuk tindak disiplin itu ialah bahwa orang yang keras kepala dan tidak mau bertobat itu harus dilihat sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau sebagai seorang pemungut cukai. Maksud dari ungkapan tersebut ialah untuk menjelaskan tentang keras kepala orang-orang yang dikenakan tindak disiplin itu dan jemaat dilarang bergaul dengan mereka, diputuskan hubungannya dengan jemaat sekurang-kurangnya sampai mereka bertobat.[29]

 

  1. Menyerahkannya kepada iblis.

Bentuk tindakan disiplin yang dikenakan kepada orang tersebut ialah ”Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” (I Kor. 5:5). Banyak orang berpendapat bahwa hal menyerahkan orang yang bersalah kepada iblis berarti agar ia meninggal dunia. Bentuk disiplin seperti ini sangat tidak cocok jika diberlakukan dalam konteks jemaat saat ini. Dengan menyingkirkan orang itu dari gereja, berarti orang itu ditempatkan di dalam suatu suasana di mana terdapat kekuasaan iblis yang tak terbatas, ini berarti juga bahwa dosa orang itu akan membawa dia kepada kematian.

  1. Mencegah dalam hal pengajaran.

Salah satu wewenang dari kuasa gereja adalah menetapkan pokok ajaran dan ajaran tersebut harus berdasarkan kepada Firman Allah. Kuasa gereja sebagian terletak pada penilik-penilik jemaat, sebagian terletak pada sinode. Kuasa yang dimaksud yaitu kuasa rohani yang meliputi ajaran untuk menjalankan disiplin, penetapan peratruran. Dan ajaran itu terdiri dari wewenang untuk mengajarkan dogma dan untuk menafsirkan dogma. Disiplin gereja itu ada dua macam yaitu disiplin gereja yang menyangkut pengajaran dan pemberitaan yang dibawa ketengah-tengah gereja itu, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.

Dari definisi dan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu kegiatan untuk mendidik, mengarahkan, menuntun, mendewasakan, membentuk, memotivasi, membaharui, membangun, membembing, jemaat kepada pertumbuhan imannya.

 

  1. Tujuan Pembinaan.

Pada umumnya tujuan pembinaan  buat jemaat atau warga gereja adalah sebagai berikut:

  1. Menuntun jemaat kepada keselamatan.

Agar supaya jemaat dapat secara sungguh-sungguh berimankan kepada Kristus, dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup mereka.

  1. Menuntun jemaat untuk hidup dalam kekudusan.

Jemaat harus dituntun supaya mereka tetap berjalan di dalam keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada mereka. Mereka harus mampu mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).

Menuntun jemaat untuk dapat “berbuah“

  1. Jemaat harus dilayani secara terus-menerus agar mereka mampu untuk menampakkan buah-buah pertobatan mereka (Gal. 5:22–23).
  2. Menuntun jemaat untuk dapat mengembangkan karunia rohani.

Jemaat harus dituntut supaya mereka dapat mengembangkan karunia rohani yang Allah berikan bagi mereka. Karunia-karunia rohani dimaksud diuraikan dalam: Ef. 4:11; I Kor. 12:8–11; Roma 12.

  1. Menuntun jemaat untuk mampu melayani Tuhan.

Jemaat dididik agar supaya mampu dalam melayani pekerjaan Tuhan     (Ef. 4:12).

  1. Menuntun jemaat untuk dapat saling membangun.

Jemaat dilayani agar mampu menjadi konselor-konselor, baik secara formal maupun informal, saling membangun, menguatkan, menopang satu sama lain sebagai kesatuan anggota tubuh Kristus (Ef. 4:16).

  1. Menuntun jemaat untuk mampu menjadi ”murid dan memuridkan”.

Jemaat dilayani agar mampu melakukan pelipatgandaan, murid dan memuridkan (II Tim 2:2).

  1. Menuntun jemaat kepada hidup berkelimpahan.

Jemaat dilayani agar hidup berkelimpahan (hidup dalam damai sejahtera, sukacita karena dicukupi, dipenuhi, dipuaskan) seluruh kebutuhan jasmani, rohani dan materi (Yoh. 10:10b; II Kor. 8–9; Kej. 12:1–3).

 

 

  1. Metode-Metode Program Pembinaan
  2. Pelayanan Mimbar.
  3. Pelayanan Penggembalaan
  4. Kunjungan (visitation)
  5. Pembimbingan (Counseling)
  6. Seminar–seminar.

 

  1. Kerangka Teoritis

Berdasarkan beberapa pandangan secara teoritis, bahwa pembinaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan iman iman jemaat. Pertumbuhan iman jemaat akan sangat menentukan pertumbuhan gereja itu sendiri.  Allah sendirilah yang memegang hak milik atas gereja, oleh karena gereja adalah kepunyaan Allah, Dia sendiri yang merencanakan, membentuk, mengadakan dan menentukan. Dia tidak akan pernah menyerahkan hak-Nya sebagai pemilik dan yang empunya gereja, atau sepenuhnya menyerahkan otoritas-Nya kepada manusia untuk mengatur kepentingan-kepentingan dari gereja-Nya.

 

BAB  IV

            PENGARUH PEMBINAAN WARGA GEREJA TERRHADAP PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

 

Metode yang tepat akan memberikan hasil yang baik pula. Sama halnya dengan metode  pengumpulan data dan metode memberi kesimpulan terhadap masalah dalam penulisan ini. Pada bab ini, Penulis akan terlebih dahulu menjelaskan pengertian dan metode penelitian yang tepat dan efektif, khususnya metode penelitian yang berkaitan dengan  metode pembinaan warga gereja pada HKBP Bakom – Cileungsi. Setelah Penulis melakukan wawancara dan mengajukan beberapa pertanyaan seputar pertumbuhan iman jemaat dan masalah-masalah pembinaan warga jemaat pada HKBP Bakom – Cileungsi, maka di pada bab ini Penulis mengutarakannya secara deskriptif.

Suatu penelitian ilmiah disebut ilmiah apabila dalam penelitian tersebut mampu mengemukakan pokok-pokok pikiran yang meyakinkan, logis dan disajikan dalam rangkaian yang sistematis dengan bukti-bukti yang jelas, kuat dan berhasil dalam uji dan tes pengujian dan di dalam suatu penelitian ilmiah akan selalu menggunakan metode ilmiah.

Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode ilmiah, sehingga penelitian memiliki tiga unsur penting yaitu: sasaran, usaha serta metode ilmiah. Penelitian berfungsi membantu si peneliti- dalam meningkatkan kemampuannya apabila tujuan dari suatu penelitian telah mempunyai ruang lingkup dan arah yang jelas.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) unsur metode penelitian menurut Yount[30] yang akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
  2. Metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif

 

  1. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

            Penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan dokumen, atau variasi dari metode-metode tersebut yang sesuai dengan penelitian kualitatif.

Dalam metode wawancara, misalnya, metode yang digunakan tidak terstruktur atau semi terstruktur. Wawancara bersifat mendalam, ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan emosional, dan kepercayaan antara pewawancara dan orang yang diwawancarai. Pertanyaan-pertanyaannya tidak tertutup, tidak memakai ancangan formal, dan tidak memaksakan pengelompokan jawaban.

Jenis dari wawancara tidak terstruktur adalah sejarah oral, wawancara kreatif, dan wawancara post-modern[31]. Sejarah oral ialah wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan-bahan historis secara oral. Wawancara kreatif ialah wawancara yang dilakukan berdasarkan situasi yang dihadapi, yang dapat berubah, sehingga pewawancara dapat melupakan aturan-aturan mengenai bagaimana cara berwawancara. Wawancara post modern ialah wawancara yang menekankan kenetralan atau keminiman pengaruh pewawancara terhadap wawancara. Misalnya, pada wawancara polyphonic, jawaban dicatat dengan meminimalkan pengaruh dari pewawancara dan diperlakukan secara terpisah, bukan digabungkan menjadi satu, dan bukan dilaporkan sebagai satu oleh pewawancara.

Dalam metode pengamatan atau observasi, penelitian kualitatif menggunakan metode pengamatan partisipasi walaupun metode tanpa partisipasi pun dapat dipakai. Dalam pengamatan itu, intervensi tetap tidak dilakukan meskipun peneliti berinteraksi dengan subjek.

Dalam metode pemeriksaan dokumen dan benda-benda, perhatian peneliti kualitatif adalah terhadap penafsiran bukti mengenai sebuah tindakan. Hodder menegaskan bahwa makna yang hendak diperoleh melalui penelitian kualitatif adalah makna tindakan yang menghasilkan tulisan atau benda[32]. Peneliti berupaya mencocokkan beberapa aspek bukti yang berbeda dengan penafsiran atau menjawab pertanyaan, bagaimana hal itu bisa cocok dengan pemahaman umum.

Metode-metode lain dalam pengumpulan data penelitian kualitatif adalah metode pengalaman pribadi dan metode visual. Kedua metode tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari metode-metode sebelumnya. Metode- pengalaman pribadi dapat dianggap sebagai bagian dari metode wawancara, yang menghasilkan sebuah kisah atau penuturan, atau dapat juga dilihat sebagai  bagian dari metode pengamatan atau observasi dan sebagai bagian dari pemeriksaan dokumen.

Metode pengalaman pribadi adalah metode yang khas karena berupaya mendapatkan data mengenai pengalaman seseorang. Peneliti tidak dapat mengetahui pengalaman itu secara langsung sehingga harus memakai cara tidak langsung, yaitu melalui penuturan pengalaman itu.

Adapun pemilihan metode pengumpulan data menurut Sproull33 sbb:

  1. Peneliti hendaknya hanya memakai metode wawancara jika pemberitahuan subjek mengenai pandangan, sikap, nilai, dan kepercayaannya adalah sumber informasi yang terbaik, jika informasi yang diperlukan rumit, dan jika diperlukan pertanyaan/penjelasan lebih lanjut untuk informasi yang telah terkumpul.
  2. Peneliti hendaknya memakai metode pengamatan jika peneliti perlu mengamati perilaku subjek dalam sebuah situasi.
  3. Peneliti hendaknya memakai pemeriksaan dokumen, benda dan alat jika hal itu adalah sumber informasi terbaik atau satu-satunya, atau jika metode- langsung mempengaruhi perilaku subjek dan peneliti memakai rancangan kesejarahan.

Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal apa saja yang tercakup dalam prosedur penelitian dengan metode wawancara (dengan mengajukan pertanyaan langsung):

  1. Bagaimana memasuki tempat penelitian atau bagaimana dapat mendekati setiap orang yang diwawancarai?
  2. Bagaimana memahami bahasa dan budaya orang orang yang diwawancarai?
  3. Bagaimana pewawancara menghadirkan dirinya?
  4. Bagaimana mendapatkan orang yang diwawancarai?
  5. Bagaimana mendapatkan kepercayaan?
  6. Bagaimana mengumpulkan bahan-bahan empiris?

 

  1. Petunjuk Daftar Kuesioner.

Daftar kuesioner biasanya dibuat sendiri sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, wawancara dan kuesioner yang digunakan. Kuesioner dan wawancara bisa terstruktur atau tidak terstruktur (jawaban bebas). Wawancara terstruktur sesungguhnya adalah kuesioner lisan.

Beberapa penelitian kualitatif dapat menggunakan wawancara dan kuesioner terstruktur atau tidak terstruktur, tetapi ada juga yang mengharuskan wawancara tidak terstruktur. Misalnya, untuk mendapatkan naratif, wawancara yang dilakukan harus memungkinkan orang yang diwawancarai bercerita.

Langkah-langkah untuk mengembangkan kuesioner atau daftar wawancara (khususnya yang terstruktur) menurut Sproull34 adalah sebagai berikut:

  1. Mendaftarkan variable dan batasan operasionalnya. Batasan itulah yang akan menentukan soal dan jenis jawaban. Jika akan memakai kuesioner dan daftar wawancara yang sudah jadi, batasan operasional jugalah yang menjadi petunjuk pemilihan.
  2. Mempertimbangkan apakah perlu mencakup variable demografis. Jika perlu, untuk meningkatkan mutu hasil penelitian, biasanya variable itu meliputi jenis kelamin responden, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. Jadi, hal-hal tersebut perlu dimasukkan dalam daftar variable.
  3. Menyatakan secara jelas ciri-ciri responden. Hal itu penting karena jebis soal, bentuk soal, dan kata-kata yang dipakai harus disesuaikan dengan ciri-ciri itu.
  4. Menentukan sejauh mana keterstrukturan (ketertutupan, soal yang spesifik, jawaban yang terbatas, dan urutan yang tertentu) soal wawancara atau kuesioner.
  5. Menentukan jenis jawaban dan pengukuran yang diinginkan, apakah jawaban yang diharapkan termasuk jawaban yang mencerminkan skala, ranking, atau kategori.
  6. Menetukan format jawaban. Untuk menghemat waktu format jawaban harus ditentukan sebelum soal ditulis sebab soal dan jawabannya harus cocok. Beberapa format yang dapat dipilih adalah jawaban pilihan berganda, jawaban dua kemungkinan, dan jawaban yang menentukan tingkat kedudukan.
  7. Menulis soal. Soal harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan mengjhindari kata-kata yang berkonotasi negatif dan sugestif. Satu soal hendaknya hanya berisi suatu pertanyaan yang spesifik.
  8. Memeriksa dan memastikan validitas soal. Setiap soal harus dipastikan akan menghasilkan data sesuai dengan apa yang diperlukan oleh hipotesis atau pertanyaan penelitian dan batasan operasioanl.
  9. Menulis petunjuk dan surat pengantar. Petunjuk pengisian ditulis sesudah soal disiapkan (bergantung pada jenis soal). Surat pengantar ditulis untuk memperkenalkan penelitian dan mendorong keikutsertaan responden.
  10. Menentukan letak soal-soal. Letak soal ditentukan oleh jenis jawaban dan pengukuran, format jawaban, serta mudah tidaknya soal dapat menyinggung perasaan responden.
  11. Metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif.

Penelitian positivis bersandar pada kuantifikasi dalam pengumpulan dan anlisis data untuk menguji hipotesisi yang telah ditetapkan. Hasilnya adalah munculnya pandangan bahwa satu-satunya metode ilmiah sejati untuk memperoleh pengetahuan adalah metode hipotesis-deduktif.

Ancangan positivis riset ialah penyelidikan dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu prosedur langklah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar pengamatan empiris. Unsur-unsur utamanya menurut Singarimbun.35 adalah sebagai berikut:

  1. Memulai dengan merasakan adanya kesulitan atau kerumitan.
  2. Menerjemahkan kerumitan itu ke dalam sebuah
  3. Mengumpulkan informasi (apa yang telah diketahui).
  4. Membuat hipotesis, yaitu penyelesaian sementara yang terbaik atau dapat juga berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya akan menyelesaikan masalah.
  5. Menetapkan kelompok sasaran (populasi).
  6. Menarik satu atau lebih sampel yang diperlukan (jika memakai sampel).
  7. Mengumpulkan data.
  8. Menganalisis data.
  9. Menguji hipotesis (menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian).
  10. Menafsirkan hasilnya.

 

Adapun ciri-ciri penyelidikan yang dapat disebut riset, menurut ancangan positivis dari Danandjaja36, dapat diringkaskan sebagai berikut:

  1. Riset dimulai dari pertanyaan mengapa, apa penyebabnya, apa arti semuanya itu, yang ada dalam pikiran periset ketika dihadapkan pada fakta yang rumit.
  2. Riset memerlukan penetapan sebuah masalah yang dapat dinyatakan secara jelas dalam istilah-istilah yang pasti, yaitu dimulai dengan pernyataan yang jelas dan sederhana mengenai masalah yang diupayakan penyelesaiannya oleh periset. Pernyataan tersebut menunjukkan tujuan akhir suatu riset.
  3. Riset memerlukan sebuah rencana. Periset tidak bisa berharap menemukan fakta yang diperlukan atau kebenaran yang dicari secara kebetulan.
  4. Riset menangani masalah utama melalui masalah-masalah yang lebih kecil yang sesuai. Oleh sebab itu, pertama-tama, peneliti perlu mengetahui bagian-bagian dan unsur integral dalam suatu masalah- yang lebih besar. Penyelesaian masalah-masalah kecil itu merupakan penyelesaian masalah yang lebih besar.
  5. Arah penelitian diperoleh melalui hipotesis yang sesuai dan didasarkan pada asumsi atau praanggapan yang jelas. Sebuah hipotesis adalah dugaan yang masuk akal dan memberi arah pada pikiran periset mengenai suatu masalah yang bisa membantu pemecahan masalah tersebut.
  6. Riset berkaitan dengan fakta dan artinya. Itu sebabnya periset mengumpulkan setiap fakta yang berhubungan dengan masalah, kemudian mengaturnya dalam kumpulan yang bermakna sehingga dapat ditafsirkan.
  7. Riset itu berjalan melingkar. Riset dimulai dari pemikir yang bertanya-tanya dalam menghadapi masalah. Untuk melihat sasaran secara jelas, periset memilah-milah dan menyatakan dengan jelas masalah pokoknya.

 

Karena ciri riset yang berjalan melingkar, langkah pertama dari lingkaran tersebut dimulai dari observasi empiris. Peneliti memilih satu pokok bahasan atau gagasan penelitian dan mengemukakan beberapa dugaan, seperti  ” Saya ingin tahu apakah ……… ”. Dugaan seperti  ini biasanya ditentukan oleh nilai-nilai, asumsi-asumsi, dan tujuan-tujuan peneliti.

Adapun penulis dalam pengumpulan data dalam penulisan tesis ini adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data penelitian kualitatif.

 

  1. Rumusan Permasalahan Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi.

Mengacu akan permasalahan yang akan dibahas yang tertuang dalam bab I, yakni ”Menurunnya Iman Jemaat HKBP Bakom – Cileungsi”, maka demikian daftar permasalahan dimaksud:

  1. Beberapa diantara jemaat tidak mau datang ke gereja.

Adapun alasan jemaat yang sering terlontar dalam permasalahan seperti ini:

  1. ”Tidak punya ongkos atau kolekte”. Di satu sisi pada jemaat tertentu, alasan dimaksud bisa diterima, karena secara kebetulan sedang dalam pengangguran, padahal pengeluaran guna kehidupan sehari-hari cukup banyak. Namun di sisi lain, alasan seperti ini, tidak dapat diterima, karena suami dan istri sama-sama kerja, bahkan biaya rokok Djisamsoe (234) dua bungkus satu hari dapat terpenuhi secara rutin.
  2. ”Orang gereja tidak ramah atau Pendeta dan Majelis pilih kasih”. Alasan ini sering terlontar dari jemaat. Jika dicoba melakukan penelitian, sesungguhnya hal ini tidak benar, adapun penyebabnya adalah si orang tersebut merasa bersalah, sehingga dia merasa seolah-olah semuanya menghakiminya karena perasaannya sendiri.
  3. ”Kurang diperhatikan dan jarang atau tidak pernah dikunjungi”. Mungkin hal ini ada benarnya, apalagi jika sampai keluarga dimaksud melihat langsung jemaat lainnya sering dikunjungi apalagi kondisi status sosial jemaat yang sering dikunjungi tersebut agak bagus, ini juga bisa akar penyebab semakin merasa di anak tirikan.
  4. ”Di gereja tidak ada damai”. Alasan ini sering menjadi alasan klasik jika sampai terjadi konflik diantara para pelayan dan antara pelayan dengan jemaat. Seyogianya diantara para pelayan harus solid dan ada kasih, karena bagaimana jemaat bisa menerima khotbah tentang kasih, sedang si pengkhotbah sendiri tidak ada kasih.

Kadang dilematis jika mengajak jemaat tersebut di atas kegereja atau kepertemuan ibadah, bisa-bisa jawaban yang tidak mengenakkan yang diterima. Hal seperti ini yang menjadi tantangan bagi para majelis gereja.

  1. Kadang masih terjadi, keluarga tidak bersedia menerima ”Kebaktian Rumah Tangga” di rumahnya. Setelah diadakan penelitian, rupa-rupanya beraneka ragam alasan mengapa sampai terjadi hal demikian diantaranya adalah:
    1. ”Keluarga tersebut takut diberi tugas”. Masih ada saja jemaat yang sangat takut jika diberi tugas seperti memimpin doa saat- kebaktian rumah tangga. Karena sudah menjadi kebiasaan bahwa kepala keluarga akan mendapat satu tugas yakni tugas memimpin salah satu doa. Rupa-rupanya oleh karena tugas ini kelurga bisa sampai tidak bersedia menerima ibadah di rumahnya.
    2. ”Tidak punya uang untuk biaya konsumsi”. Karena sudah menjadi kebiasaan bahwa sehabis ibadah biasanya tuan rumah menyuguhkan makanan ataupun snack. Merasa tidak mampu menyuguhkan seperti hal dimaksud, bisa sampai menolak ibadah dirumahnya.
  2. Jemaat dalam memenuhi kewajibannya seperti: Membayar iuran bulanan, ataupun sumbangan-sumbangan lainnya, agak sulit. Hal ini sering terjadi dan bisa diakibatkan oleh dua kemungkinan, yakni:
    1. Memang sungguh keluarga dimaksud tidak memiliki kemampuan untuk itu, dikarenakan keadaan dalam pengagguran misalnya.
    2. Namun ada juga diantara jemaat, sesungguhnya mampu memenuhi kewajibannya, cuma hatinya belum tersentuh, atau dihantui perasaan yang ”prejudice” yakni berprasangka buruk. Dimana orang seperti itu beranggapan uang yang masuk ke gereja disalah gunakan atau semata-mata hanya untuk para pelayan dan pengurus gereja. B iasanya jemaat seperti ini hanya melihat pemasukan saja, tidak pernah memperhatikan pengeluaran atau biaya-biaya lainnya.
  3. Pembekalan firman Tuhan kepada anak-anak ditengah-tengah keluarga sangat kurang. Fenomena seperti ini masih sering terjadi dan pada umumnya:
    1. Orang tua hanya mengandalkan guru Sekolah Minggu.
    2. Mengkritik atau memprotes guru Sekolah Minggu atau para majelis gereja, jika anaknya belum bisa berdoa padahal sudah kelas VI SD.
    3. Menyuruh anaknya terus yang memimpin doa dan tidak pernah memberi keteladanan. Pada kenyataanya Penulis menemukan beberapa permasalahan yang perlu diberi solusinya.
    4. Permasalahan yang timbul, bagaimana mungkin orang tua bisa memberi bekal firman Tuhan kepada anak-anaknya, sedangkan dianya sendiripun tidak ada modal atau pengetahuan akan firman Tuhan?
    5. Sudah beberapa ibu yang melapor kepada penulis, karena tega-teganya si Bapak main judi di tempat tertentu, padahal anak-anaknya sedang merayakan natal dan anak tersebut sangat mendambakan kehadiran Bapaknya menyaksikan perayaan yang sedang diperagakannya.
  4. Sangat sulit untuk mencari calon penatua atau majelis ataupun anggota Paduan Suara/koor. Sangat jarang yang langsung bersedia menjadi calon penatua ataupun anggota Paduan Suara atau menjadi- bagian dari salah satu pekerja di gereja. Biasanya alasannya bermacam-macam:
    1. Masih terlalu muda atau sudah terlalu tua.
    2. Tidak berbakat.
    3. Belum saatnya, namun setelah ditunggu hingga sampai dua tahun, alasan masih tetap saja: ”belum saatnya atau mikir-mikir dulu”. Akhirnya sampai tua masih juga alasan “mikir-mikir dan pada akhirnya sudah terlalu tua”.
  5. Diantara jemaat ada yang tidak mau peduli dengan program kerja gereja.

Sebagaimana lazimnya pada setiap korporasi, lembaga maupun gereja selalu membuat “Program Kerja dan Rencana Biaya” untuk tahun berikutnya guna tertib manajemen. Demikian pula dengan HKBP Bakom – Cileungsi selalu membuat program dimaksud. Seperti biasa sebelum menjadi keputusan atau dijalankan, selalu mengadakan “Rapat Huria” yang mana peserta rapat tidak hanya para majelis, namun sudah melibatkan jemaat, dengan demikian diharapkan program dapat berjalan mulus karena sudah dengan hasil kesepakatan bersama.

Pada kenyataannya, masih ada saja perwakilan jemaat yang tidak mau tahu atau peduli, karena dari tahun ketahun selalu tidak pernah mau terlibat hadir. Biasanya orang seperti ini, karena takut diberi tugas atau agar lebih- independen melakukan protes atau kritik di tahun berjalan. Anehnya  mereka biasanya sampai mempengaruhi yang lainnya agar ikut mendukungnya melakukan kritik-kritik yang tidak beralasan, karena hanya melihat dari sisi kaca mata mereka sendiri.

Dari pemaparan beberapa permasalahan tersebut di atas, sesungguhnya akar penyebabnya adalah sederhana yakni “Kurang Beriman”. Imannya sudah mulai menurun atau luntur.  Jika iman seseorang tetap kokoh dan tegar, sudah pasti permasalahan tersebut di atas akan teranulir dengan sendirinya.

 

  1. Tindakan Program Pembinaan

                  Adapun strategi dalam pembinaan warga gereja menurut Dr. Ruth F. Selan37 yang dapat dituangkan disini adalah sebagai berikut:

  1. Pelayanan Mimbar
  2. Khotbah yang disampaikan kepada Jemaat melalui mimbar haruslah relevan bagi kebutuhan mereka. Harus diingat bahwa jemaat adalah “ Kaum awam “.
  3. Pelayanan mimbar haruslah merangsang pertumbuhan dan perkembangan iman jemaat. Mereka harus dituntun dan dilatih untuk mampu menghadapi masalah yang mereka alami.
  4. Warga jemaat adalah manusia-manusia biasa, yang ketika menghadiri kebaktian ingin mendapatkan berkat melalui firman Tuhan sebagai jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi dan gumuli. Diantara mereka mungkin hadir seseorang yang bergumul tentang bagaimana harus memenuhi kebutuhan keluarganya setelah kena PHK. Apa yang harus dilakukannya sedangkan ia belum memperoleh pekerjaan tetap.
  5. Diantara warga jemaat yang hadir dalam kebaktian mungkin ada seorang ibu yang sedang bergumul karena anak gadisnya memiliki pacar yang tidak seiman. Diantara jemaat yang hadir mungkin ada pemuda yang kecewa karena tidak lulus seleksi masuk universitas yang diminatinya. Ada begitu banyak pergumulan yang dialami jemaat, yang tentu saja mereka membutuhkan jalan keluarnya. Untuk itulah dibutuhkan firman Tuhan yang dapat menjadi kebutuhan mereka.
  6. Banyak sekali warga jemaat yang hadir dalam kebaktian-kebaktian tidak mampu mengikuti jalan pikiran logis pelayanan firman yang sering memakai bahasa atau pemberitaan firman yang telah dipengaruhi oleh teori filsuf-filsuf terkemuka. Disinilah diperlukan pelayan firman untuk menyampaikan khotbah yang dapat dimengerti sekaligus mampu menuntun mereka bagaimana harus melewati tantangan hidup.
  7. Disamping pemberitaan khotbah-khotbah yang mampu menguatkan iman warga jemaat dan mampu memberikan jalan keluar atas-masalah yang mereka alami, perlu juga para pemimpin jemaat (pendeta) secara berkala menyajikan khotbah-khotbah yang bersifat doktrin supaya jemaat tidak gampang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan.
  8. Warga jemaat harus dituntun, diajar melalui khotbah yang bersifat pengajaran dasar, sehingga pengetahuan dan pemahaman akan firman Tuhan semakin hari semakin baik dan pada akhirnya sanggup untuk melayani dan melakukan pelipat-gandaan.

Adapun pelayanan mimbar yang diterapkan di gereja HKBP Bakom – Cileungsi adalah: melalui penyampaian firman Tuhan, dikaitkan secara tidak eksplisit akan hal-hal yang mengenai fenomena dikalangan jemaat, sekaligus hal-hal yang berkaitan dengan akar penyebab permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya.

Bahan khotbah untuk setahun telah ditetapkan sebelumnya dari kantor pusat HKBP Pearaja – Tarutung, dan belum tentu ada kaitannya dengan hal-hal yang signifikan yang perlu disampaikan kepada jemaat disaat penyampaian firman Tuhan dari mimbar. Namun para pembicara/pengkhotbah dengan kejeliannya masing-masing, bisa membuat agar bersentuhan dengan hal-hal dimaksud.

Disamping dari pelayanan dari mimbar, secara paralel dilakukan pula hal yang sama pada setiap penyampaian firman Tuhan, misalnya pada:

 

  1. Kebaktian Rumah Tangga pada setiap hari Rabu malam.
    1. Kebaktian Ibu-ibu pada setiap hari Selasa dan Kamis sore.
    2. Kebaktian Guru-guru Sekolah Minggu pada setiap hari Selasa dan Sabtu.
    3. Kebaktian Bapak-bapak pada setiap Kamis malam.
    4. Kebaktian Muda/i pada setiap Sabtu malam.
    5. Kebaktian Remaja Yehezkiel pada setiap Selasa malam.
    6. Kebaktian Pelajar Sidi pada setiap Minggu siang.

 

  1. Pelayanan Penggembalaan

            Adapun Pelayanan Penggembalaan itu menurut Abbing38 adalah:

  1. Mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu.
  2. Mengabarkan firman Allah kepada jemaat, ditengah-tengah situasi hidup mereka pribadi.
  3. Melayani jemaat, sama seperti bila Yesus melayani mereka.
  4. Supaya mereka lebih menyadari iman mereka, dan dapat mewujudkan iman itu dalam hidupnya sehari-hari.

Tujuan Pelayanan Penggembalaan menurut Abbing39 adalah sebagai berikut:

  1. Supaya gereja menjadi penuh.

Suatu hal yang paling memuaskan hati seorang pendeta ialah apabila gereja penuh sesak pada setiap kebaktian Minggu. Dalam Lukas 14:23, Yesus mengatakan, bahwa rumah-Nya harus penuh, tetapi yang dimaksudkan-Nya di sini bukanlah gereja, melainkan Kerajaan Allah.

  1. Supaya gereja menjadi kudus.

Ada juga orang berpendapat, bahwa pelayanan penggembalaan harus dilaksanakan, supaya gereja menjadi kudus. Yesus menyebut kumpulan murid-Nya sebagai  ”suatu kawanan kecil” (Luk. 12:32), namun mereka akan mewarisin Kerajaan Allah. Jadi, walaupun gereja tidak megah kelihatannya atau kudus, namun gereja itu dikuduskan, bukan oleh penggembalaan atau oleh kerajinannya sendiri, tetapi oleh anugerah Yesus Kristus, Kepala Gereja itu.  Oleh karena itu gereja tidak bisa menjadi kudus, gereja hanya dapat dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.

  1. Supaya jemaat dibangun.

Kita sudah melihat, bahwa tujuan penggembalaan bukanlah supaya gedung gereja menjadi penuh, atau supaya gereja menjadi kudus. Tetapi tujuan terakhir dari penggembalaan ialah, supaya jemaat Yesus Kristus dibangun. Konkritnya, soal penggembalaan ialah: bagaimana seorang ibu dengan enam anak dan dengan suami yang gajinya kurang, dapat hidup sebagai pengikut Kristus yang hidup? Bagaimana seorang pembesar yang berkuasa dan banyak godaannya, dapat mewujudkan imannya dalam situasi seperti itu? Bagaimana seorang yang sakit dapat, walaupun dalam- kesakitannya, melihat jalan untuk memikul kesakitan itu sebagai seorang pengikut Kristus?

Sebenarnya surat-surat dalam Perjanjian Baru merupakan contoh dari penggembalaan. Paulus memperhatikan jemaat, dan kalau ia tidak berkesempatan untuk mengunjungi jemaat-jemaat itu, ia menulis surat. Dalam surat-surat itu diungkapkan tentang kasih kepada saudara-saudaranya dalam jemaat, keinginan untuk bergaul dan bertukar pikiran dengan mereka, dan juga keinsyafan, bahwa Tuhanlah yang menyuruh manusia untuk saling tolong-menolong, saling membimbing dan sokong. Tujuan surat-surat itu memanglah untuk membangun jemaat.

Adapun penggembalaan menurut Abbing40 dapat dibagi dua yakni:

  1. a. Kunjungan (visitation)

Adapun perkunjungan terdiri dari sebagai berikut:

  1. Perkunjungan rutin, yaitu melakukan kunjungan rutin sesuai dengan jumlah jemaat, yaitu setiap minggu atau bulan (1-2 kali/bulan).
  2. Perkunjungan orang sakit untuk mengetahui penderita sakit apa. Di rumah sakit atau di rumah, menjenguk, berdoa dan memberi nasihat seperlunya, tetapi harus hati-hati dalam memperkenalkan obat atau dokter.
  3. Perlawatan kepada orang yang berkabung.
  4. Perkunjungan khusus kepada:
    1. Anggota baru.
    2. Orang murtad.
    3. Kelahiran seorang bayi.
    4. Pasangan yang baru menikah.
    5. Yang memperoleh hal-hal yang istimewa.

Pengalaman selama ini membuktikan bahwa jemaat merasa dihargai dan mempunyai kebahagiaan tersendiri, jika pendeta atau gembala sidang mengunjungi rumah mereka serta bercakap-cakap serta mendoakan mereka. Namun dengan jumlah KK (kepala keluarga) yang lebih dari 600 (enam ratus), kemungkinan bisa dikunjungi oleh Gembala Sidang walaupun hanya  sekali dalam setahun.

Adapun jangkauan pelayanan HKBP Bakom – Cileungsi terdiri dari 8 (delapan) wyiik/wilayah, yang mana:

  1. Wilayah/Wyiik I   : Dari Pangkalan 11 hingga Pondok Damai.
  2. Wilayah /Wyiik II : Dari Bantar Gebang hingga Pangkalan 10
  3. Wilayah/Wyiik III : Mulai Bantar Gebang hingga Cipendawa.
  4. Wilayah/Wyiik IV : Awal Grya Alam Sentosa sampai          pertengahan.
  5. Wilayah/Wyiik V : Per. Limus Nunggal dan Limus Pratama                 Regency.
  6. Wilayah/Wyiik VI : Pertengahan Grya Alam Sentosa sampai ke   ujung.
  7. Wilayah/Wyiik VII : Mulai dari Cileungsi Indah sampai Gandoang.
  8. Wilayah/Wyiik VIII : Mulai dari sekitar Aspex sampai Kelapa Nunggal.

Guna dapat menjangkau kunjungan Gembala Sidang kesemua rumah jemaat minimal sekali dalam setahun, maka Gembala dijadwal bergiliran setiap minggunya yakni pada setiap hari Rabu malam dalam rangka melayani kebaktian rumah tangga, ditambah dengan kunjungan secara pribadi.

Russel L. Dicks, dalam bukunya Pastoral Work and Pastoral Counseling mengatakan bahwa “Gembala haruslah mengunjungi anggota jemaatnya dengan teratur, supaya mereka mengenalnya dengan baik, barulah ia boleh mengharapkan bahwa mereka membuka hatinya kepadanya”.41

Pekerjaan perkunjungan seorang pendeta/gembala:

  1. Tujuan melakukan perkunjungan:
  1. Mempererat persahabatan.
  2. Memperdalam perkenalan secara langsung.
  3. Mengetahui keadaan yang sesungguhnya mengenai keadaan dan kebutuhan rohani dan jasmani setiap jemaat.
    1. Prinsip-prinsip perkunjungan rutin:
  4. Mempunyai daftar kunjungan dan pelaksanaan yang sistematis.
  5. Rajin, bertanggung jawab, memperhatikan dan membantu dengan bersemangat.
  6. Mengadakan persiapan rohani sebelum berangkat, berdoa, membawa alkitab atau warta jemaat.
  7. Perkunjungan pelaksanaan selama kurang-lebih 15 – 20 menit.
  8. Tidak boleh tergesa-gesa, acuh tak acuh.
  9. Bila berteman dengan orang bersangkutan dan ia sedang sibuk, boleh mempersingkat waktu atau membantunya jika memungkinkan.
  10. Jangan membicarakan orang lain dan meyampaikan perkataan, melainkan nharus menjabarkan tentang Yesus.
  11. Banyak mendengarkan perkataan mereka, memberikan jawaban dan petunjuk seperlunya.
  12. Jika ada pertanyaan tentang Alkitab atau bersifat teologia, harus dijawab secara objektif, dan jangan menimbulkan perdebatan.
  13. Mendorong dan memupuk kebiasaan jemaat untuk membaca Alkitab, berdoa, mengikuti kebaktian dan berilah teladan.
  14. Jika ada orang mengaku dosa karena ketidaktenteraman hati nurani, harus didengarkan dengan sabar dan berilah ayat-ayat pengampunan dosa, penghiburan serta ajaklah untuk berdoa.
  15. Harus merahasiakan segala persoalan rumah tangga mereka, bahkan terhadap keluarganya sendiri.
  16. Akhirnya ditutup dengan doa singkat yang isinya sesuai dengan pembicaraan.
  17. Bahan pembicaraan:
    1. Melalui pembicaraan dengan hal-hal yang ada atau perbuatan yang sedang dilakukan.
    2. Majalah rohani.
    3. Alkitab, hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
    4. Kehidupan rohani.
    5. Persoalan pendidikan.
    6. Persoalan gereja.
    7. Persoalan pekerjaan gerejawi.
    8. Persoalan keluarga, keadaan dan kerohanian anak-anak.

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan perhatian dari sesamanya, dan itulah kebutuhan yang penting. Demikian halnya dengan warga jemaat, mereka membutuhkan perhatian dari pendetanya. Mereka rindu bahwa pendetanya dapat melakukan kunjungan ke rumah mereka.

Dalam pelayanan visitasi, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

  1. Percakapan dalam visitasi:
  1. Dalam visitasi yang dilakukan harus ada nasihat dan bimbingan kepada warga jemaat.
  2. Khusus bagi mereka yang menderita atau bergumul, harus diberikan penghiburan melalui kebenaran firman Tuhan.
    1. Sikap dari pelayanan yang melakukan pelayanan visitasi.
  3. Bersikap ramah, sopan, dengan memperhatikan adat-istiadat serta budaya dari jemaat yang dikunjungi.
  4. Bersikap sebagai penolong, teman, dan sebagai pendengar yang baik, bukan sebagai ”hakim”.
  5. Menegur, menasihati jemaat yang dikunjungi, dengan kasih.
  6. mampu menciptakan hubungan yang simpatik supaya ada kesaling pengertian antara pelayan yang melakukan kunjungan dan jemaat yang dikunjungi. Mampu meyakinkan mereka bahwa pelayanan adalah orang yang dapat dipercaya.

 

  1. Pembimbingan (Counseling).

Konseling berasal dari bahasa inggris yakni counseling yang apabila diterjemahkan artinya menjadi:

  1. Ada yang berbicara dan ada yang mendengar.
  2. Bercakap-cakap/berbincang-bincang/apa tujuannya?
    • Bercakap-cakap atau berbincang-bincang tentang klien, perlu spiritual konseling, edukatif konseling.
    • Bercakap-cakap tentang masalah/persoalan/problema yang dialami.
    • Meningkatkan kualitas iman.
  3. Galatia 6:1: ”Apabila diantara kamu ada masalah, kamu yang rohani harus membimbing dia kepada kebenaran”.
  4. Nasihat dan sebagainya.

Apabila melihat Alkitab, kita dapat melihat bahwa ada dua istilah yaitu: counsel dan counselor, dan kedua istilah ini dalam bahasa inggris diterjemahkan kedalam berbagai istilah,  dalam terjemahan lama bahasa Indonesia, hampir semua diterjemahkan menjadi bicara.

Konseling Kristen tidak bisa dipisahkan dengan tujuan utama pekabaran injil yaitu kehidupan yang berkecukupan dalam Tuhan Yesus Kristus. Adapun unsur-unsurnya adalah:

  1. Kemauan, tekad dan keberanian dari konselee.
  2. Bimbingan yang tepat dari konselor.
  3. Diagnosa dan analisa yang tepat pada pokok persoalan.
  4. Keterbukaan dan kebebasan untuk mengekspresikan perasaan dan persoalannya.
  5. Suasana percakapan konseling yang ideal (condusive antrosphere).

 

Mengantisipasi akan kebutuhan jemaat khususnya dalam pembimbingan (counseling), Gembala Sidang sudah meluangkan waktunya berada dikantor dari jam 09.00 hingga jam 16.00. Adapun jadwal dimaksud dilakukan tiga kali dalam seminggu, dengan demikian diharapkan jemaat yang rindu menerima pembimbingan akan lebih bebas mengutarakan keluhan atau isi hatinya yang mungkin selama ini sudah lama dipendam.

Bagi yang sudah berkeluarga sering terjadi konflik rumah tangga yang bisa mengarah ke kerusakan keharmonisan atau bahkan mengarah ke perpecahan rumah tangga, padahal sesungguhnya akar penyebabnya adalah sangat sederhana yang mungkin karena kurang lancarnya komunikasi, termakan gossip-gossip oleh pihak ketiga dan ada prasangka-prasangka buruk diantara suami-istri.

Konflik antara orang tua dengan anak ataupun sebaliknya anak dengan orang tua yang sering terjadi ditengah-tengah keluarga, sesungguhnya sangat tepat dibahas di dalam sarana serti ini. Cukup banyak remaja atau yang sudah dewasa sekalipun bermasalah dengan orang tuanya, mereka tidak lagi mau tunduk dan mendengar nasihat orang tua, bahkan sudah berbuat sekehendak hatinya sendiri.  Anehnya, disinyalir  ada yang sudah mengkonsumsi atau bahkan sudah menjadi ketergantungan narkoba.

Demikian juga dengan bagi pemuda-pemudi, sering ada kerinduannya untuk membutuhkan pembimbingan terutama dalam hal memilih jodoh atau berpacaran sesuai koridor kristiani. Kadang ada yang sampai mengalami stres, karena tidak ada tempatnya bertukar pikiran atau mendapatkan jalan keluar dari persoalannya.

Kadang saya merasa heran, masih ada saja gadis dan yang umumnya sudah cukup berumur, ingin curhatdengan penulis mengenai kondisi dirinya yang cukup gelisah karena masih belum ada tanda-tanda mendapatkan jodohnya. Padahal sudah ada sarana yang disediakan gereja dan Gembala Sidang pula yang membimbingnya, namun rata-rata mereka beralasan kurang terbuka mengutarakan keluhannya kepada pembimbing yang mereka anggap sudah cukup tua.

Penulis merasa tersentuh dan dengan penuh kesabaran menampung semua aspirasinya dan mencoba memberi jalan keluarnya, terutama dengan firman Tuhan. Hal seperti ini bisa berlangsung cukup lama, bahkan sampai enam bulan terus menerus komunikasi dengan layanan SMS (short message system). Guna dapat memenuhi harapan mereka penulis terpaksa banyak menggali akan hal-hal yang berkaitan dengan pokok persoalan, dan terpaksa membeli buku-buku panduan.

 

Pembimbingan (counseling) meliputi:

  1. Pembimbingan umum.
  2. Pembimbingan pernikahan.
  3. Pembimbingan pekerjaan.
  4. Pembimbingan pendidikan.
  5.   Pembimbingan penjabatan.
  6. Pembimbingan rumah tangga.
  7. Pembimbingan kerohanian.

 

  1. Pelayanan melalui seminar-seminar

HKBP Bakom – Cileungsi dengan memperhatikan kebutuhan jemaat yang cukup genting, seperti misalnya: Mengatasi kenakalan remaja yang efektif, Kesadaran Ibu akan kesehatan anak, Mengenal jelas akan- bahaya narkoba, Character building, Who am I, Antara injil dan adat, Semalam di Tapanuli, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, kadang harus mendatangkan pembicara, namun hal ini adalah bagian dari upaya yang dapat dilakukan gereja guna menambah kesadaran, menambah wawasan, dan sekaligus agar siap menghadapi keadaan-keadaan tantangan global yang sedang melanda jemaat maupun komunitas heterogen pada umumnya.

Seperti biasa penulis sering diminta oleh kelompok pemuda-pemudi mengadakan seminar dan presentasi yang topiknya adalah sesuai selera dari kelompok pemuda-pemudi dimaksud. Kadang penulis merasa jengkel jika sampai diminta mempresentasikan hal “Berpacaran”, namun demi memuaskan harapan mereka, penulis terpaksa membeli buku-buku yang relevant dengan berpacaran sesuai kristiani dan mengambil sarinya guna dapat menjadi acuan atau pedoman bagi pemuda-pemudi.

Penulis kadang mengadakan presentasi diluar jakarta atau di gereja yang sedang dikunjungi bersama-sama dengan pemuda-pemudi yang menjamu kunjungan kasih dimaksud. Adalah menjadi kebahagiaan dan kebanggaan  khusus bagi penulis jika materi yang dipresentasikan dapat menyentuh kalbu atau berguna bagi mereka yang mengikutinya. Karena hal ini adalah sudah menjadi tujuan hidup penulis yakni “Menjadi orang Bermakna”.

Adapun bukti nyata hasil (pengaruh) pembinaan yang dilakukan secara disiplin di  HKBP – Bakom – Cileungsi:

  1. Gairah jemaat semakin bertambah untuk beribadah pada setiap hari Minggu ataupun pada Ibadah Rumah Tangga setiap hari Rabu malam.

Dengan semangat yang semakin menggebu-gebu dan dengan bermodalkan iman, HKBP Bakom – Cileungsi sudah dapat mengembangkan pelayanannya, dengan membuka pos pelayanan di Kirab Remaja.  Tadinya hanya rumah kecil biasa, namun dengan semangat membangun dari wilayah I; VII dan VIII, tanah di sekitarnya dapat dibeli dan pembangunan phisik gereja terus berjalan serta peralatan-peralatan dipenuhi dan hingga penulisan tesis ini, pembangunan masih berlangsung terus dan saat ini sudah bisa menampung sekitar dua ratus jemaat. Jumlah jemaat yang beribadah terus bertambah demikian pula dengan jumlah  persembahan setiap minggunya terus bertambah.

  1. Sudah tidak ada lagi jemaat yang menolak Kebaktian Rumah Tangga di rumahnya.

Pengamatan penulis  dalam enam bulan terakhir ini bahwa hal dimaksud sudah tidak ada lagi di semua wilayah. Salah satu dari beberapa alasan menolak kebaktian di rumahnya adalah karena suami sebagai kepala rumah tangga tidak berada di rumah atau sedang bertugas ke luar kota, namun akhir-akhir ini, tanpa suamipun tidak- ada masalah lagi, bahkan ada yang sampai meminta agar kebatian diadakan di rumahnya saja karena ada kerinduan yang tulus dari Ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Pengamatan penulis bahwa walaupun kondisi keuangan dari yang punya rumah cukup sulit, namun hidangan minimal snack selalu tersedia setelah ibadah. Hal ini mencerminkan kesungguhan dari yang punya rumah menerima anggota jemaat beribadah ditengah-tengah keluarganya.

  1. Kesadaran membayar iuran/kewajiban untuk gereja semakin meningkat.

Hal ini terlihat jelas dari iuran-iuran yang masuk setiap minggunya. Hal ini secara rutin dimuat di  buku acara setiap minggu dan jika di amati terus, kelihatan ada peningkatan, bahkan pada saat-saat keadaan genting ada yang rela mendahulukan uangnya dulu dipergunakan untuk kepentingan demi lancarnya program kegiatan gereja. Jika sampai kesadaran jemaat tidak meningkat akan membayar iuran ataupun mendukung pembangunan, pos pelayanan yang sekarang juga berfungsi sebagai gereja, tidak akan mungkin dibangun, bahkan dengan sukarela ada saja jemaat yang membeli keperluan pos pelayanan secara diam-diam dengan duit sendiri, seperti misalnya: podium, kipas angin dan lain sebagainya.

  1. Kesadaran orang tua akan pembekalan anak-anaknya dengan firman Tuhan semakin bertambah.

Jumlah anak sekolah minggu terus bertambah setiap minggunya, selain dari naik jemputan yang telah disediakan gereja, banyak diantara anak sekolah minggu yang diantar dan ditunggu langsung oleh orang tuanya masing-masing. Namun kadang ada akibat yang kurang baik jika anak sekolah minggu diantar oleh orang tuanya, yakni: jika sampai terjadi anak-anak sekolah minggu terlambat pulang kerumah oleh karena satu dan lain hal, maka akibatnya orang tuanya bisa jadi batal ke gereja dan jikapun dipaksakan, namun sudah pasti terlambat yang hal ini bisa membuat seseorang kurang nyaman. Sering terjadi pada saat kebaktian rumah tangga, anak-anaknya diajak orang tuanya ikut serta walaupun acara kebaktian berlangsung dalam bahasa Batak yang sudah pasti kurang dimengerti oleh anak-anak yang sudah lahir diperantauan, namun kelihatannya tidak ada masalah bagi mereka, ibadah tetap dinikmati dengan tekun.

  1. Calon Penatua dan Majelis dengan sukarela bertambah.

Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi jika mencari calon penatua atau majelis adalah pekerjaan yang sulit, karena kurang diminati, sehingga pada umumnya menolak. Pengamatan penulis terhadap penatua/majelis jika didorong-dorong agar bersedia menjadi penatua atau menjadi penatua/majelis dengan kerelaan sendiri, akan kelihatan jelas kualitasnya.

Adapun fakta yang sering terjadi terhadap seseorang penatu dan majelis oleh karena didorong-dorong adalah: jikalau menghadapi tantangan gampang mundur, kurang disiplin menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya, kadang bukannya menjadi penyejuk suasana, malah tukang provokasi atau bahkan menjadi batu sandungan. Namun tidak demikian halnya bagi penatua atau majelis yang dengan kerelaan sendiri.

Adapun jumlah semua penatuamajelis yang bertugas di HKBP Bakom – Cileungsi adalah sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang, barangkali masih kurang memadai atau perlu penambahan  mengingat jumlah jemaat semuanya terdiri dari 600 (enam ratus) kepala keluarga lebih. Disatu sisi kalau diakui dengan jujur, professi penatua/majelis gereja adalah pengabdian dan siap berkorban. Tidak mendapatkan honor atau sekedar uang kantong dari gereja, namun sering ada tanggapan yang kurang baik terhadap mereka yang berprofessi sebagai penatua dan majelis gereja.

  1. Kepedulian terhadap Program Kerja gereja semakin terlihat jelas.

Pada setiap pelaksanaan program kerja, sudah pasti harus ada sumber pendanaannya, dan biasanya dananya sudah tersedia karena sudah dianggarkan sebelumnya. Nach, buat kegiatan yang sifatnya mendadak, namun genting harus dilaksanakan, hal ini kadang menimbulkan permasalahan apabila sampai  menemukan jalan buntu. Akan tetapi jika semuanya kondisi solid dan kondusif, dari gembala sidang hingga jemaat, biasanya ada saja jalan keluar yang dapat ditempuh guna jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.

Dalam keadaan seperti ini tentu dicarikan jalan keluarnya, dan biasanya melalui sermon parhalado atau rapat majelis dan hasil rapat tersebut diwartakan ke jemaat dalam ibadah minggu. Seperti biasa pro-kontra pasti ada, namun selama alasan dan tujuannya jelas, jemaat sudah mulai merespon dengan positif, tidak terdengar lagi kritik-kritik ataupun tangapan-tanggapan negatif.

Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus selaku Raja Gereja, program kerja yang dicanangkan setiap tahunnya dapat terealisasi dengan baik. Hal ini tidak lepas dari kesadaran serta  iman jemaat yang semakin bertumbuh.

 

BAB   V

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil kuesioner secara random yang diperoleh dari jemaat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembinaan warga gereja guna pertumbuhan iman adalah sangat perlu diadakan secara berkesinambungan, terbukti:
    1. Jemaat semakin termotivasi untuk datang beribadah setiap minggunya. Hal ini terbukti dari jumlah kehadiran jemaat di gereja HKBP Bakom-Cileungsi dan jumlah kehadiran jemaat di Pos Pelayanan Kirab Remaja-Cileungsi.
    2. Anak-anak Sekolah Minggu semakin banyak datang beribadah di gereja, selain naik kendaraan yang disediakan gereja, banyak diantara mereka diantar sendiri oleh orang tuanya masing-masing.
    3. Dari laporan yang kami terima dari wilayah 1 hingga wilayah 8, tidak ada lagi keluarga yang menolak kebaktian rumah tangga di rumah mereka.
    4. Terlihat jelas kepedulian jemaat akan program kerja dan rencana anggaran yang diproyeksikan setiap tahunnya.
    5. Jemaat sudah mulai tergerak hatinya untuk memberikan kewajibannya ke gereja, juga menyumbang untuk pembangunan gereja dan pos pelayanan, terbukti hanya dalam beberapa bulan saja, telah berdiri pos pelayanan di daerah Kirab Remaja-Cileungsi yang bisa menampung sebanyak 200 jemaat dan pembangunannya pun masih terus berlangsung hingga saat penulisan tesis ini.
  2. Pembinaan warga gereja guna pertumbuhan iman berakibat ke kesadaran jemaat, kedisiplinan jemaat, pertumbuhan dan kematangan rohani jemaat.

 

  1. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran-saran sebagai berikut:

  1. Agar pembinaan dimaksud dapat terus-menerus dijalankan.
  2. Agar diupayakan dengan metode-metode yang lebih tepat dengan keadaan dan kondisi jemaat saat ini.
  3. Seminar-seminar selain dari yang berkaitan dengan pembinaan jemaat, agar minimal dua kali dalam setahun dapat diadakan seminar yang berkaitan dengan budaya Batak, dengan demikian diharapkan generasi penerus tidak sampai melupakan budaya yang telah dirintis sejak dari nenek moyang dulu.
  4. Kunjungan (visitation) agar terus dipertahankan dan ditingkatkan, terutama disaat jemaat dan anggota keluarganya mengalami sakit, musibah, penderitaan dan lain sebagainya.
  5. Tidak selamanya pembinaan yang di implementasikan dapat diterima oleh jemaat, barangkali ada benturan dalam hal pembinaan dimaksud, agar jangan sampai kecewa atau bahakan mundur, namun tetap diupayakan jalan keluarnya atau cara yang tepat yang lebih dapat diterima oleh jemaat.

 

DAFTAR  PUSTAKA

 

LAI

1996       Alkitab, Jakarta

Abineno, J.L. Ch,

2006       Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Breden

1958       Pastorale Verkenning,  Gravenhage

Berkhof, H

1973       Christelijk, Geloff.

Brunner, E

1932       Das Gebot und die, Ordnungen, 1932.

Barth, K

1933       Theologische Existenz, Heute.

____

1955       Kirchliche Dogmatic, Gemeinde.

Calvin, Yohanes

1985       Institutio, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

____

1986       Commentaries, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Davis, Merle

1943       The Economic Basis, London.

Danandjaja

TT           Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Asih Asah Asuh

Dicks, Russel L

1945       Pastoral Work and Pastoral Counseling, Macmilan

Flippo, Edwin B

1991       Manajemen Personalia Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.

Fraytag, W

1938       Die Junge Christenheit, Umbruch.

Fre, Fontana den

1994       Denzin dan Lincoln.

Handoko, T. Hani

TT

1992       Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima, Yogyakarta: BPFE.

Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Yoyakarta: BPFE.

Hasibuan, A. L. Th

1948       Immanuel, Medan.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­Lehre, Die

1946       Von der Sellorge, Zurich.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi

1991       Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.

Nitisemoto Alex S,

1991       Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rudolph, Sohm

1947       Bekennendes, Kirchenrecht.

Rick, Yount

1990       Research Design and Statistical Analysis, Forth Worth.

Roscam, Abbing P.

1974       Pastoral aan Zieken, Boekencentrum: Gravenhage.

Sukanto

1997       Pengantar Manajemen, Jakarta: Depdikbud.

Swasono, Yudo

1993       Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta.

SEAGEST

1985       Institute of Advanced Pastoral Studies, Jakarta.

Sproull & Natalie

1988       Handbook of Research Methods, The Scarecrow Press.

Selan, Ruth F

2000       Pembinaan Warga Gereja, Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Thurneysen

1963       A Theology of Pastoral Care, Southend.

Uitzichten,

1953       Deft Mission, Bremen.

Van, Randwyiik S.C

1936       Christian Education, Amsterdam.

Warneck, J

1936       Jahren Batak-Mission, Namz.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ANGKET (KUESIONER)

 

Cileungsi, February 2014

Kepada yth:

Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Responden

Di

T em p a t.

 

Perihal            : Pengisian Daftar Angket/Kuesioner

 

Salam dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Kami sangat memahami keterbatasan waktu saudara, namun kami sangat mengharapkan kesediaannya  untuk mengisi tanda “ x ” pada kotak kuesioner yang telah tersedia sesuai pilihannya, sebagai bahan penelitian buat kami guna penyusunan tesis.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami mengucapkan banyak terimakasih. Tuhan Yesus memberkati.

 

Teriring salam dan doa,

 

St. R. Tampubolon, SE

 

 

Daftar  Pertanyaan

 

  1. Bagaimana penilaian saudara dan apa alasannya jemaat kurang rajin atau bahkan tidak mau datang ke gereja?.
  • Tidak punya ongkos atau kolekte.
  • Pendeta/majelis gereja pilih kasih, lebih ramah kepada orang kaya.
  • Takut diberi tugas.
  • Belum saatnya ke gereja.

 

  1. Menurut saudara, apa penyebabnya jemaat kurang tertarik menghadiri kebaktian rumah tangga pada setiap hari Rabu malam.
  • Ibadahnya
  • Takut diberi tugas.
  • Takut ditunjuk di rumah kita tempat untuk kebaktian berikutnya.
  • Belum saatnya beribadah kepada Tuhan.

 

  1. Mengapa ada-ada saja jemaat yang menolak kebaktian di rumahnya?.
  • Kepala keluarga sedang bertugas di luar kota.
  • Takut diberi tugas.
  • Tidak punya dana untuk biaya konsumsi.
  • Lingkungan tidak mengijinkan.

 

  1. Apa alasan utama jemaat kurang tanggap memenuhi kewajibannya, iuran dlsb?
  • Tidak ada anggaran untuk itu.
  • Tidak transparan akan penggunaan dana tersebut.
  • Banyak yang lebih prioritas.
  • Tidak ada yang datang menagih kerumah.

 

  1. Yakinkah Saudara jika para orang tua sudah membekali anak2nya di rumah dengan firman Tuhan, dan apa alasannya?.
  • Tidak yakin, karena orang tua tidak punya modal untuk itu.
  • Tidak yakin, karena orang tua sendiripun butuh pembekalan firman Tuhan.
  • Yakin, karena orang tua sudah mulai rajin kegereja.
  • Yakin, buktinya anak-anak tidak ada yang terlibat tawuran dan narkoba.

 

  1. Jika Saudara dipilih menjadi calon penatua/majelis, apa komentar Saudara?.
  • Mikir-mikir dulu.
  • Menolak, karena tidak punya talenta untuk itu.
  • Tidak tertarik, karena dituding-tuding melulu.
  • Bagaimana kata majelis dan keluarga saya saja.
  1. Mengapa banyak yang tidak berminat menjadi penatua/majelis?
  • Kurang percaya diri.
  • Tidak ada kompensasinya.
  • Menyita waktu.

 

  1. Bagaimana tanggapan Saudara tentang acara ibadah selama ini?
  • Kurang menarik, karena monotone.
  • Biasa-biasa saja.
  • Perlu ada variasinya, agar lebih menarik.
  • Perlu di selang-selingi dengan ibdah kontekstual.

 

  1. Saran-saran apa saja yang saudara dapat ajukan agar kedepan, ibadah lebih menarik?
  • Seyogianya pembicara/pengkhotbah dibuat bergantian/pertukaran mimbar.
  • Selain yang tersebut di atas, agar pujian diiringi dengan musik band.
  • Tidak ada saran.
  • Diupayakan agar variatif.

 

  1. Apakah menurut saudara program kerja itu?. Apakah perlu dilakukan? Jika perlu apa alasan saudara?
    • Sangat perlu, agar semua kegiatan terkendali demikian pula dengan anggarannya.
    • Selain jawaban di atas, agar terhindar dari kegiatan yang dadak-dadakan.
    • Tidak perlu karena kegiatan pertahunnya, toch itu-itu juga.
    • Tidak ada komentar.
  2. Bagaimana pendapat saudara, apakah kunjungan pendeta ke rumah jemaat cukup?
    • Minimal sekali dalam setahun rumah kami pasti dikunjungi.
    • Kami memakluminya walaupun tidak sempat dikunjungi
    • Walaupun tidak seluruhnya dapat dikunjungi, namun itu karena kesibukan.
    • Rumah kami jarang dikunjungi.

 

  1. Pada saat salah satu anggota keluarga sakit, apakah Bpk. Pendeta datang berkunjung?
  • Ya, Bpk. Pendeta datang dan mendoakan.
  • Datang, tapi setelah pulang dari rumah sakit.
  • Tidak datang sama sekali.
  • Diwakilkan saja kepada salah satu majelis.

 

 

  1. Menurut saudara, apakah pembinaan warga selama ini cukup efektif?
    • Belum, karena belum bisa menjangkau sampai ke tempat terpencil.
    • Cukup efektif.
    • Masih perlu ditingkatkan.
    • Seyogianya diperuntukkan untuk kaum muda saja.

 

  1. Puaskah saudara dengan sistem pembinaan yang dilakukan sekarang ini?
    • Cukup puas, namun masih perlu peningkatan.
    • Kurang puas, metodenya perlu ditambah.
    • Belum puas.
    • Tidak ada komentar.

 

  1. Secara umum, dengan pengamatan saudara, apakah jemaat semakin bergairah datang beribadah setiap hari Minggu?
    • Ya, jemaat semakin termotivasi.
    • Ya, animo jemaat semakin meningkat.
    • Luar biasa, gereja HKBP Bakom dan Pos Pelayanan penuh setiap Minggu.
    • Biasa-biasa saja.

 

 

 

 

 

                [1]  Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991, hal. 48.

                [2]   Sukanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: Depdikbud, 1997, hal. 14.

                [3]  Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga: Jakarta,

1991, hal. 5.

                [4]  T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima, Yogjakarta: Penerbit BPFE, 1992, hal. 8.

                        [5]   Op. Cit. T. Hani Handoko,  1992, hal. 110.

                [6]  Yudo Swasono  dan Endang Sulistyaningsih,  Manajemen Sumber Daya Manusia, 1993, hal. 98.

 

                7  Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Jakarta Ghalia Indonesia,  1991, hal.

86

 

                [8]  Die Lehre von der Sellrorge, Zurich 1946, hal 12

                [9]  Uitzichten, Deft 1953, hal 111–132.

                [10]  Pastorale verkenning Gravenhage 1958, hal 12.

                [11]  S.C.Graff Van Randwyijk. The life of the church ”Christian Education, Amsterdam, 1936, hal. 144-151.

                [12]  A.L.Th. Hasibuan dalam Immanuel, Medan, 1948, hal. 27.

                [13]  Op. Cit, hal. 53.

                [14]  Merle Davis, The economic Basis, London, 1943, hal. 195 dan 445.

                [15]  W.Fraytag, Die Junge Christenheit, Umbruch, 1938, hal. 83.

                [16]   J. Warneck, Jahren batak-mission, Namz, 1936, hal. 89.

                [17]  Berkhof H, Christelijk, Geloff, 1973, hal. 83

                        [18]   JL. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia,  2006, hal. 5

                        [19]  Sohm Rudolph, Bekennendes, Kirchenrecht, 1947, hal 102

                        [20]  Op. Cit. hal. 87

                        [21]  Sohm Rudolph, Op. Cit. hal. 91

 

                        [22]  Sohm Rudolph, Op. Cit. 1947, hal. 97

                        [23]  Brunner, E, Das Gebot und die, Ordnungen, 1932, hal. 41.

                        [24]  Bartk. K, Theologische Existenz, Heute, 1933, hal. 12.

                        [25]  Bartk K, Kirchliche Dogmatic, Gemeinde, 1955, hal. 17.

 

                        [26]  SEAGEST.  Institute of advanced Pastoral Studies, Jakarta, 1985, hal. 126.

                        [27]  Thurneysen, A Theology Of pastoral Care, Southend, 1963, hal. 15.

                        [28]  Yohanes Calvin, Institutio, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1985, hal 218

                        [29]  Yohanes Calvin, Commentaries, Jakarta: BPK Gunung Mulia , 1986, hal. 357.

[30]  Yount, Rick, Research Design and Statistical Analysis, Forth Worth, 1990,  hal 29.

                [31] Fontana dan Fre dalam Denzin dan Lincoln, 1994, hal. 368

                [32] Denzin dan Lincoln, thn 1994, hal 394

33  Sproull & Natalie, Handbook of Research Methods, The Scarecrow Press, Inc. thn. 1988, hal 128

 

34 Op. Cit. Sproull & Natalie, 1988, hal. 137

 

35  Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1991.

 

36 Danandjaja, Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Asih Asah Asuh, malang, 1990, hal. 23

 

                37 Dr. Ruth F. Selan, Pembinaan Warga Gereja, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000

38 Abbing, P. Roscam, Pastoral aan zieken, Boekencentrum, Gravenhage, 1974, hal.

 

                39 Op. Cit. Abbing, 1974, hal 52.

40  Op. Cit. Abbing, 1974, hal. 56

 

                41 Russel L. Dicks, Pastoral Work and Pastoral Counseling, Macmilan Company, 1945, hal. 31.

“Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service”

A B S T R A K

 

Sumber  daya manusia adalah modal terbesar yang harus dipelihara dan dikembangkan dengan baik dan merupakan aset yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan pembawa kesuksesan bagi perusahaan tersebut. Pelatihan adalah merupakan suatu bentuk strategi pengembangan sumber daya manusia oleh karyawan  itu sendiri dan oleh perusahaan, guna pengembangan kualitas bagi karyawan dan perkembangan serta kemajuan juga kelangsungan perusahaan tersebut.

Memang disadari bahwa tidak semua karyawan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik atau sesuai dengan harapan perusahaan, oleh karenanya dipandang perlu suatu perencanaan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan demi tercapainya objektivitas dari perusahaan itu sendiri.

  1. Pelita Air Service  adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan transportasi udara bagi kegiatan industry minyak dan gas bumi, pelayanan untuk pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas yang membutuhkan sarana transportasi udara dan penyediaan pelayanan charter pesawat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam menjalankan misinya, tentunya perusahaan membutuhkan para tenaga yang terampil dan professional dalam bidangnya masing-masing.

Demikian pula para teknisi selaku penyedia pesawat terbang yang siap pakai dan laik udara sangat membutuhkan pelatihan yang berkesinambungan.

Ada banyak cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan  di PT. Pelita Air Service khususnya di Dinas Tehnik,  di antaranya adalah:

  1. Melaksanakan sendiri program pelatihan atau yang disebut in house training.
  2. Mengikut sertakan para karyawan, untuk mengikuti seminar, lokakarya dan kursus-kursus di instansi lain yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari.
  3. Mengirim para karyawan untuk mengikuti kursus-kursus maupun on the job training di dalam maupun di luar negeri.

Sesuai dengan hasil perhitungan Analisa Koefisien Korelasi ( r ) yakni sebesar 0,682, hal ini berarti adanya pengaruh yang cukup kuat antara pelatihan terhadap kinerja.

Adapun hasil dari analisa Koefisien Penentu adalah sebesar 46,5%, hal ini berarti 53,5% adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Sedangkan hasil menurut Uji Hipotesis adalah to  4,94 > t 2,048, sehingga dalam hal ini Ho ditolak sedangkan Ha diterima.

Dengan demikian bahwa “ Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service “ adalah cukup signifikan.

KATA PENGANTAR

 

Dengan menaikkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi ( S E )   di Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.

Penulisan skripsi ini berjudul “  Pengaruh  Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Tehnik  PT. Pelita Air Service “.  Selain dari pada persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi,  juga sebagai media bagi penulis untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah penulis peroleh selama ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penyusunan  dan pembahasan pada skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun masih diperlukan demi sempurnanya tulisan ini. Adapun kekurangan, kesalahan dan kekeliruan yang ada semata-mata karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, namun demikian penulis berharap semoga tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Berhasilnya penyusunan skripsi ini adalah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak yang telah memberi dukungan selama ini, untuk itu dengan kebesaran hati yang tulus, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  yth :

  1. Ibu Monica Tanuhandaru SE. MM. selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.
  2. Ir. Andrianto Widjaja M.Sc. selaku Ketua Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.
  3. Bapak Ir. Sudarmaji MM. selaku Direktur Program S-1 pada Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.
  4. Bapak Iriana Wiharja S, SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis selama proses penulisan dan penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
  5. Segenap Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.
  6. Sri Haryono SE. MM. selaku pimpinan penulis di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service yang telah memberikan rekomendasi untuk melakukan penelitian khusus akan pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan.
  7. Keluarga tersayang yang telah memberi dukungan penuh terhadap penulis selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Manajemen LABORA.
  8. Ibunda tersayang yang sejak dulu mendoakan dan mendambakan anak-anaknya berhasil dan maju.
  9. Rekan-rekan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Manajemen LABORA yang membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, semoga senantiasa di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Jakarta, Oktober 2003

 

 

P  e  n  u  l  i  s

B A B  I     

PENDAHULUAN

 

Hakekat pembangunan nasional sebagaimana dinyatakan dalam Garis Besar Haluan Negara 1993 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, mencakup pembangunan manusia sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Pembangunan manusia sebagai insan pembangunan merupakan proses yang panjang yang berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia. Pembangunan manusia sebagai sumber daya pembangunan menekankan manusia sebagai pelaku pembangunan yang memiliki etos kerja yang produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin profesionalisme serta memiliki kemampumanfaatan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan tidak terbatas pada pelatihan saja, akan tetapi meliputi juga aspek kultural dan perilaku. Aspek kultural mencakup kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berdisiplin, ber-etos kerja produktif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Aspek perilaku mencakup keterlibatan secara aktif dan bertanggung jawab serta senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan menurut peran yang sesuai dengan profesinya dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jalur Struktural /Manajerial sangat diperlukan wawasan yang luas pada para pengambil keputusan, perumus kebijakan dan pengelola program. Selain dari pada itu termasuk juga perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penilaian program.

Masalah manusia adalah salah satu masalah yang universal, sehingga sumber daya manusia dalam jalur Struktural / Manajerial harus  bertumpu pada kemandirian nasional dan kepentingan bersama.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jalur Teknis Fungsional dilakukan melalui berbagai jenjang pembinaan khususnya bagi tenaga-tenaga yang membutuhkan keterampilan khusus seperti para penerbang dan teknisi pesawat terbang agar dapat berorientasi dan beradaptasi dengan irama perkembangan ilmu ( IPTEK ) pengetahuan dan teknologi serta berpegang teguh pada etika profesi.

Mengingat akan demikian pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ), maka pelatihan sangat diperlukan baik dalam bidang manajemen maupun teknis fungsional untuk mengatasi dan mengantisipasi masalah yang timbul serta meningkatkan daya saing perusahaan.

  1. Pelita Air Service melalui Dinas Teknik dalam mengembangkan ruang lingkup kerjanya sangat memahami akan betapa pentingnya peranan pelatihan demi keterampilan dan profesionalisme para sumber daya manusianya dengan latar belakang masalah sejak tahun 1999 hingga 2001, sebagai berikut :
    1. Cukup banyak keluhan dari consultant para pen-charter, bahkan ada yang sampai terjadi pemutusan kontrak.
    2. Sering terjadi keterlambatan pemberangkatan pesawat terbang oleh karena alasan kesulitan teknik / Technical Delay.
    3. Keluhan keluhan dari para penerbang akan kesulitan yang dialami pesawat terbang saat melakukan penerbangan.
  2. Kerinduan perusahaan untuk mendapatkan sertifikat Standar Mutu Internasional / International Standardization for Organization  ( I S O. 9000).

Dari uraian tersebut di atas  maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dan dijawab dalam penulisan skripsi ini, yakni  “  Bagaimanakah Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Tehnik  PT. Pelita Air Service ? “.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap pokok permasalahan yang akan diteliti, diperlukan adanya suatu asumsi. Dalam penulisan skripsi ini diasumsikan bahwa :

  1. Kemampuan dan keterampilan para karyawan sebagai peserta pelatihan sama.
  2. Biaya yang diperlukan untuk pelatihan disediakan cukup oleh perusahaan.
  3. Para instruktur sudah profesional dalam bidangnya.
  4. Data Pelatihan dan Kinerja yang diteliti adalah periode tahun 2002 dan tahun 2003.
  5. Tujuan Penelitian.

Dalam penelitian yang dilakukan pada perusahaan ini, penulis ingin menetapkan sasaran dan tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk mempelajari sejauh mana peranan pelatihan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.
  2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pelatihan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.
  3. Untuk mengetahui berapa besar “ Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service “.
  4. Manfaat Penelitian.

Penulis sangat mengharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

  1. Kepentingan bagi penulis.

Untuk menambah pengetahuan dalam hal penelitian dan meningkatkan kemampuan dalam bidang penulisan ilmiah baik berupa makalah ataupun penulisan ilmiah lainnya.

  1. Kepentingan bagi Akademis.

Untuk sebagai bahan koreksi dan tambahan koleksi serta merupakan langkah awal yang patut dikembangkan lebih lanjut.

  1. Kepentingan bagi Perusahaan.

Untuk dapat sebagai  masukan yang berguna bagi perusahaan, kuhususnya dalam hal sistem pelatihan / training.

  1. Definisi.

Untuk menyamakan persepsi dari penulisan skripsi ini, ada baiknya perlu diuraikan definisi yang ada kaitannya dengan judul yang disampaikan. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut :

  1. 1.

Akibat yang terjadi karena adanya hal lain, sehingga dapat merangsang, mengajak, mempengaruhi pihak lain atau hal lainnya.

  1. 2.

Suatu kegiatan memberikan penambahan kemampuan, keterampilan yang penekanannya, sifatnya banyak melakukan praktek, aplikasi, latihan sehingga lebih bersifat praktis.

  1. 3.

Secara umum dapat didefinisikan sebagai karakteristik pelaku kinerja yang melakukan kegiatan untuk mencapai hasil tertentu dalam situasi tertentu.

  1. 4.

Setiap tenaga manusia ( sumber daya manusia ) yang sudah bekerja di suatu organisasi perusahaan dengan mendapatkan imbalan ( kompensasi ).

  1. Dinas Tehnik.

Salah satu dinas di dalam organisasi PT. Pelita Air Service yang mengelola perawatan serta pemeliharaan pesawat terbang agar senantiasa siap diterbangkan dengan keadaan aman dan selamat.

  1. 6. Pelita Air Service.

Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan udara yang berlokasi di Jln. Abdul Muis No 52 – 56, Jakarta Pusat. 10160.

Jadi yang dimaksud dengan “  Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service “ adalah suatu keinginan untuk mengetahui seberapa besar akibat atau hasil yang dicapai setelah menggalakkan pelatihan  di lingkungan Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.

  1. Sistematika Penulisan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam 6 ( enam ) bab dan tiap-tiap bab diuraikan lagi ke dalam sub bab, yaitu sebagai berikut

BAB I       PENDAHULUAN.

Uraian dalam bab ini mencakup uraian tentang latar belakang permasalahan, asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi, sistematika penulisan dari skripsi ini dan hipotesis.

BAB II      LANDASAN TEORI.

Dalam bab ini penulis menguraikan landasan teori yang dipakai sebagai dasar penyusunan skripsi, juga menguraikan pengertian atau definisi manajemen Sumber Daya Manusia, pelatihan, langkah-langkah penyusunan program pelatihan, pengertian kinerja dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja.

 

BAB III    KEADAAN UMUM OBJEK PENELITIAN.

Uraian ini mencakup sejarah singkat perusahaan, organisasi dan manajemen perusahaan, struktur organisasi dan bidang usaha perusahaan.

BAB IV    METODOLOGI PENELITIAN.

Uraian ini berisi identifikasi variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan tehnik analisa data.

BAB V      ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN.

Dalam bab ini diuraikan tentang data-data, analisa data dan pembahasan yang berisi pengaruh pelaksanaan program pelatihan terhadap kinerja.

BAB VI    PENUTUP.

Bab ini merupakan bab terakhir yang memberikan kesimpulan dari analisis yang digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, kemudian penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat.

  1. Hipotesis.

Hipotesis dalam suatu penelitian dapat dijadikan sebagai acuan atau sandaran dalam penyelesaian permasalahan yang akan dibahas. Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengambil suatu rumusan hipotesis sebagai berikut : Bila pelatihan dilaksanakan denga baik, akan memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

BAB II

LANDASAN TEORI

  1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.

Suatu bentuk organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien perlu memperhatikan faktor manusia, karena faktor manusia adalah unsur yang sangat penting.

Manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai martabat, perasaan dan mempunyai satu tujuan, maka suatu perusahaan akan mengalami kegagalan dari apa yang ditetapkan  sebagai tujuannya apabila kurang memperhatikan faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu manajemen personalia dan sumber daya manusia menitik beratkan tenaga manusia sebagai faktor penghasil kerja. Sebelum membahas mengenai pengertian dan fungsi manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian manajemen.

Menurut Alex S. Nitisemito bahwa : “ Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan kegiatan melalui orang lain “ [1])

 

Hal ini berarti manajemen hanya dapat dilaksanakan bila dalam pencapaian tujuan tersebut dilakukan oleh lebih dari seorang, oleh karena itu makin banyak melibatkan orang dalam pencapaian sasaran dan tujuan makin besar pula peranan manajemen.

 

Adapun manajemen menurut  Prof. Dr. Sukanto adalah : “

Manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif”[2])

 

Orang yang menjalankan fungsi manajemen disebut manajer, yang selain menjalankan fungsi-fungsi tersebut juga mempunyai tugas untuk dapat menciptakan suasana kerja yang sedemikian rupa sehingga seluruh karyawan mempunyai semangat dan motivasi dalam menjalankan tugas -tugasnya. Manajemen berhubungan dengan berbagai sumber daya yang bersifat fisik maupun non fisik.

 

Untuk lebih memahami persoalan manajemen personalia dan manajemen sumber daya manusia, maka dapat diuraikan definisinya sebagai berikut :

“ Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat ”[3])

 

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen personalia adalah manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian atau karyawan dalam suatu badan tertentu. Sampai saat ini belum ada suatu perusahaan atau instansi yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya tanpa memerlukan karyawan. Ada kecenderungan makin besar perusahaan atau instansi, maka makin besarlah kebutuhan karyawannya dan meskipun telah ditemukan mesin-mesin modern yang serba otomatis, akan tetapi bagi perusahaan atau instansi sampai saat ini masih belum ada yang dapat melaksanakan tugasnya tanpa memerlukan tenaga manusia atau karyawan.

Definisi manajemen personalia harus mencakup fungsi manajemen dan fungsi operasional, yakni sebagai berikut ini :

 

  1. Fungsi-Fungsi Manajemen :
  2.   Perencanaan atau ( Planning ).

Setiap manajer yang efektif menyadari bahwa sebagian besar dari waktu mereka harus disediakan untuk perencanaan. Bagi manajer personalia, perencanaan berarti penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang ditetapkan. Dalam proses penentuan sasaran sangat diperlukan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari manajer personalia, dengan keahliannya dalam bidang sumber daya manusia.

 

 

  1. Pengorganisasian ( Organizing ).

Perencanaan yang telah ditetapkan memerlukan suatu organisasi untuk melaksanakannya, dalam hal ini organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Jika perusahaan telah menetapkan fungsi-fungsi personalia maka manajer personalia akan menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik.

Mengingat betapa rumitnya hubungan antara bagian-bagian yang ada, maka banyak pimpinan perusahaan yang mengharapkan agar manajer personalia dapat memberikan saran untuk organisasi secara keseluruhan.

 

  1. Pengarahan ( Directing ).

Setelah dibentuk organisasi, maka diperlukan fungsi berikutnya yaitu melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tugas dan pekerjaan operasi. Fungsi ini sangat penting karena merupakan fungsi yang  “ menghidupkan “. Fungsi pengarahan ini berarti mengusahakan agar karyawan dapat bekerja secara produktif, efisien dan efektif.

 

  1. Pengendalian ( Controlling )

Pengendalian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengaturan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar organisasi.

 

  1. Fungsi-Fungsi Operasional :
  2. Pengadaan Tenaga Kerja ( Procurement ).

Maksudnya adalah berupa usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah karyawan yang tepat guna diperlukan untuk menyelesaikan sasaran organisasi. Hal yang dilakukan adalah penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi dan penempatan. Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan harus bersandar pada tugas-tugas yang tercantum pada rancangan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Penentuan ini merupakan keputusan yang makin dipengaruhi oleh tujuan manajer personalia dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja.

 

  1. Pengembangan ( Development ).

Sesudah karyawan direkrut maka mereka harus dikembangkan sampai pada tingkat tertentu. Pengembangan merupakan peningkatan keterampilan melalui pelatihan yang perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Ini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan akan terus tumbuh sesuai dengan perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan dan tugas manajemen yang semakin rumit. Manajer sumber daya manusia dan manajer lini agar mengembangkan Human Resource Development ( HRD ), untuk membangun kekuatan dan meminimalkan  kelemahan-kelemahan individu.

 

  1. Kompensasi ( Compensation ).

Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada karyawan untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi. Walaupun beberapa penelitian moral yang dilakukan cenderung mengurangi pentingnya arti penghasilan dalam bentuk uang, namun kompensasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Unsur-unsur dasar  dari suatu program kompensasi dengan tekanan pada pokok-pokok seperti evaluasi pekerjaan, kebijakan pengupahan, sistem pengupahan dan beberapa rencana kompensasi tambahan.

Banyak manajer yang percaya bahwa kinerja yang bagus dihasilkan oleh pembayaran yang baik. Perusahaan harus mendesain dan menerapkan sistem penilaian kinerja yang jujur dan memberi penghargaan terhadap pekerja atau tim yang paling produktif.

 

  1. Integrasi ( Integration ).

Usaha untuk menghasilkan suatu kecocokan yang layak atas kepentingan-kepentingan perorangan, masyarakat dan organisasi. Kita harus mempertimbangkan perasaan dan sikap karyawan dalam penerapan asas-asas dan kebijakan organisasi. Masalah yang berhubungan adalah keluhan-keluhan, tindakan, kedisiplinan dan serikat buruh.

 

 

 

  1. Pemeliharaan ( Maintenance )

Usaha untuk mengabadikan dan mempertahankan keadaan  angkatan kerja yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Terpeliharanya kemauan bekerja sangat dipengaruhi oleh komunikasi antara pimpinan dengan para karyawan, penghargaan, keamanan, keadaan jasmani karyawan / kesehatan harus dipelihara serta keselamatan kerja.

 

  1. Pemutusan Hubungan Kerja ( Separation )

Pemutusan hubungan kerja terhadap mereka yang pensiun, pemberhentian sementara serta pemecatan dan mengembalikan orang tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dengan jaminan bahwa warga masyarakat yang dikembalikan berada dalam keadaan yang sebaik mungkin .

Dari keenam fungsi operasional di atas maka program pelatihan merupakan bagian dari fungsi pengembangan.

Menurut T. Hani Handoko adalah : “ Pengembangan ( Development ) mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan –

sifat-sifat kepribadian dan menyiapkan karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan pada waktu yang akan datang “[4])

 

Jadi pengembangan adalah suatu proses pelajaran jangka panjang dengan menggunakan cara yang sistematis dan terorganisir yang diadakan oleh  pimpinan dengan mempelajari konsep-konsep dan pengetahuan teoritis untuk pendidikan umum jangka panjang.

 

  1. Pengertian Program Pelatihan.

Dalam beberapa pembahasan buku manajemen personalia maupun manajemen sumber daya manusia, mendefinisikan istilah pendidikan dan pelatihan atau training hampir dalam pengertian yang sama, karena selalu berkaitan walaupun masing-masing mempunyai pengertian yang saling membedakan secara hakiki.

Pengertian program pelatihan atau yang sering disebut training adalah pengembangan karyawan yang diartikan dengan usaha meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan umum untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih efisien. Dalam hal ini pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang luas sehingga tak terbatas hanya pada usaha untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan.

Untuk mencapai tujuan dengan baik maka setiap perusahaan perlu mempunyai karyawan yang dapat melaksanakan tugasnya secara efisien.

 

Tujuan ini dapat dicapai dengan baik jika para karyawannya mempunyai keterampilan dan kemampuan yang dapat ditempuh melalui program pelatihan. Bahkan para karyawan yang sudah berpengalaman juga perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedurnya. Mereka juga mungkin memerlukan latihan yang lebih lanjut untuk mengerjakan tugas lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaannya.

Adapun  menurut T. Hani Handoko bahwa :

Training dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan pelaksanaan kerja tertentu, terperinci dan rutin ”[5])

 

Adapun pelatihan menurut Yudo Swasono adalah :

“ Pelatihan / Training  adalah kegiatan yang dirancang oleh perusahaan ( organisasi ) untuk memberi fasilitas bagi para karyawan yang mempunyai kaitan dengan pengetahuan dan keterampilan kerja “.[6])

 

Sedangkan Alex S. Nitisemito mendefinisikan sebagai berikut :

“ Pelatihan / Training adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan dan memperkembangkan sikap,

tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan “[7])

 

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dan membantu karyawan dalam memahami sesuatu pengetahuan praktis dan menerapkannya guna meningkatkan keterampilan, kecakapan,  sikap dan kesadaran yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan.

 

  1. Tujuan Pelatihan.

Pada umumnya tujuan pelatihan  buat karyawan perusahaan adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan kinerja dan produktivitas dengan pengembangan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih efisien dan lebih efektif.
  2. Memperbaiki moral, mengembangkan sikap, sehingga ada kemauan kerjasama dengan sesama karyawan dan dengan atasan dan pimpinan .
  3. Mengurangi pengawasan.
  4. Mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecelakaan.
  5. Meningkatkan kestabilan dan keluwesan organisasi.[8])

 

Menurut T. Hani Handoko, tujuan pelatihan adalah :

 

  1. Pelatihan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.
  2. Program pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.[9])

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui pelatihan diharapkan karyawan dapat bekerja lebih efisien. Penyelenggaraan  pelatihan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan kesadaran para karyawan serta memudahkan para karyawan tersebut dalam melaksanakan tugasnya dan pada akhirnya dapat mengurangi kesalahan-kesalahan, mengurangi pengawasan yang dilakukan atasan terhadap bawahan dan mengurangi kecelakaan yang terjadi terutama untuk pekerjaan yang mengandung risiko besar.

Di samping itu pelatihan dapat membantu memecahkan masalah operasional dengan melatih karyawan mengurangi absensi, cacat produksi dan labour turn over, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.

 

  1. Metode-Metode Program Pelatihan.

 

Metode program pelatihan diarahkan untuk efektivitas kerja yang tinggi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka metode inipun ikut – berkembang. Akan tetapi tidak selalu berarti bahwa metode yang terakhir adalah metode yang terbaik dari metode sebelumnya, melainkan masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga metode-metode tersebut dianggap perlu untuk diperbaiki sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Oleh sebab itu perusahaan harus memilih metode yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

Dalam hal ini  manajer SDM harus jeli melihat perkembangan yang ada agar kebijaksanaan yang diambil dapat memenuhi sesuai kebutuhan yang dihadapi dan mengacu akan sasaran dan tujuan perusahaan.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia mengemukakan 2 ( dua ) metode pelatihan yaitu :

  1. Metode di luar pekerjaan ( Off The Job Side ).

Pelatihan dengan metode ini berarti karyawan sebagai peserta keluar sementara dari kegiatan atau pekerjaannya. Kemudian mengikuti program pelatihan dengan menggunakan tehnik-tehnik yang ada.

 

  1. Metode di dalam pekerjaan ( On The Job Side ).

Pelatihan ini berbentuk penugasan karyawan-karyawan baru kepada supervisor atau kepada karyawan lama yang sudah berpengalaman. Supervisor dan karyawan lama tersebut membantu membimbing dan mengajarkan kepada karyawan baru dengan cara memperlihatkan penanganan suatu contoh pekerjaan yang baik, dengan jelas dan konkrit yang akan dikerjakan oleh karyawan baru.[10])

 

Metode Pelatihan menurut  Edwin Flippo adalah sebagai berikut :

 

  1. 1. On The Job Training.

Metode pelatihan ini adalah yang paling banyak digunakan karena dalam metode ini banyak kelebihannya, yaitu di mana seorang karyawan dapat memberi pelayanan kepada orang di bawahnya dan juga dapat belajar dari yang di atasnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa keberhasilan system belajar itu sepenuhnya tergantung kepada pelatih atau instrukturnya. Biasanya peserta diberikan penjelasan dari instrukturnya mengenai pekerjaannya kemudian peserta diberikan kesempatan untuk mempelajarinya. Apabila terjadi kesalahan, maka mereka harus dapat mengatasinya.

On the job training biasanya dilaksanakan oleh seorang mandor atau pimpinan kelompok.

 

  1. Vestibule School.

Hal ini dibentuk untuk mengatasi masalah yang sama yang dihadapi dalam on the job training, yang biasanya melatih jenis pekerjaan yang sama-dengan latihan di tempat kerja, yaitu kerja operator atau pelayanan mesin yang  belum dipahami atau diketahui terlebih dahulu.

 

  1. Apprenticheships ( Magang ).

Dalam metode apprenticheships diperlukan keterampilan yang lebih tinggi. Apprenticheships merupakan penggabungan antara on the job training dari pengalaman sekolah untuk mata pelajaran tertentu. Metode ini lebih mementingkan pelatihan  bila dibandingkan on the job training atau vestibule school, yang melibatkan pengetahuan dalam melakukan suatu keterampilan atau serangkaian pekerjaan yang berhubungan.

 

  1. 4. Special Courses.

Metode program pelatihan yang terakhir ini adalah special courses. Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat di masa sekarang untuk kursus-kursus khusus mulai diadakan. Perusahaan akan memilih pengarahan oleh instruktur yang terampil dalam mengajar, sehingga dengan latihan tersebut di atas maka karyawan dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.[11])

 

  1. Langkah-Langkah Penyusunan Program Pelatihan.

Adalah tidak mungkin menentukan suatu program pelatihan yang sama baiknya bagi setiap perusahaan, karena banyak sekali hal-hal penting yang- khusus dalam setiap perusahaan, yang mana program harus disesuaikan. Perusahaan seyogianya mempunyai pilihan antara melatih dan tidak melatih para karyawannya. Pilihannya yaitu antara pelatihan yang kurang selektif dan pelatihan yang sistematis, yang direncanakan dengan seksama sesuai kebutuhan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk menyusun program pelatihan sehingga pelaksanaannya dapat tersusun dengan baik dan sistematis serta mempunyai arah tujuan yang jelas.

Idealnya setiap training / pelatihan terdiri dari  empat  langkah, yaitu :

  1. Analisis, untuk menentukan apakah terdapat kemunduran atau kemajuan prestasi yang didapat melalui pelatihan.
  2. Penyusunan tujuan pelatihan dan menspesifikasi prestasi yang dapat diamati dan diukur yaitu, prestasi yang diharapkan dapat menunjukkan pada pegawai yang akan mengikuti pelatihan.
  3. Memilih tehnik-tehnik pelatihan dan pelaksanaan pelatihan itu sendiri.
  4. Evaluasi, melakukan perbandingan antara prestasi sebelum dan prestasi setelah pelatihan serta evaluasi efektivitas pelatihan itu sendiri.

Pada dasarnya ada lima langkah yang dapat digunakan untuk mendesain program pelatihan untuk mencapai tujuan, yaitu :

  1. Diagnosis masalah-masalah untuk menentukan peranan program- program pelatihan.
  2. Definisikan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran dengan jelas.
  3. Seleksi metode dan tehnik instruksional.
  4. Rencanakan suasana belajar yang menyenangkan.
  5. Lakukan pra seleksi kriteria evaluasi.

Pada umumnya pada setiap penyelenggaraan pelatihan perlu diadakan tes untuk mengetahui seberapa besar daya serap atau daya tangkap dari para peserta pelatihan tersebut. Adapun sistem penilaian yang umum dipakai dalam pelatihan di antaranya adalah :

  1. Ranking.

Cara tertua dan paling sederhana untuk menilai hasil pelatihan seseorang adalah dengan menjumlahkan nilai skor berbentuk angka yang didapatkan pada setiap tes dibagi dengan jumlah materi yang disajikan, dengan demikian akan didapatkan nilai rata-rata.

  1. Grading.

Pada metode ini suatu definisi yang sudah jelas untuk setiap kategori telah dibuat seksama. Kategori untuk hasil pelatihan ini misalnya adalah baik sekali, memuaskan atau cukup baik dan kurang memuaskan atau kurang baik serta sangat tidak memuaskan atau sangat tidak baik dan biasanya penilaiannya berbentuk huruf.

Pada setiap pelatihan di PT. Pelita Air Service sistem penilaian yang dipakai adalah sistem ranking yang lebih dominan dan passing gradenya adalah 70, dan jika ada peserta pelatihan yang di bawah nilai tersebut, masih diberi peluang untuk melakukan tes ulang dan seandainya masih tercapai  juga, maka peserta tersebut dinyatakan gagal dan hal seperti ini- dapat menjadikan penilaian tersendiri yang kurang memuaskan dari pimpinan.

 

  1. Pengertian Kinerja.

Pengertian kinerja (performance) dimulai dengan keputusan bagaimana kinerja didefinisikan. Beberapa pihak yang dapat memberikan pengertian kinerja, antara lain :

  1. Kinerja dapat didefinisikan oleh konsultan luar dengan mengadakan wawancara (analisa jabatan).
  2. Kinerja dapat didefinisikan oleh para manajer, sebagai tujuan perusahaan.
  3. Kinerja dapat didefinisikan oleh atasan, bawahan atau orang lain.

Kinerja secara umum dapat didefinisikan sebagai karakteristik pelaku kinerja yang melakukan kegiatan untuk mencapai hasil tertentu dalam situasi tertentu.

 

Gambar 1

Definisi Kinerja.

 

dalam situasi tertentu

Pelaku kinerja                            Tingkah laku                                     Hasil tertentu

 

 

Sumber : Bejo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, hal. 46.

 

Kinerja didefinisikan pada saat pekerjaan tercipta, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya perubahan definisi kerja. Jika pekerjaan berubah, maka definisi kinerja harus disesuaikan dengan perubahan. Kinerja dapat dikaitkan dengan ungkapan seperti produktivitas, output, efisiensi, efektivitas dan kualitas. Kinerja pada dasarnya adalah salah satu usaha karyawan yang didukung dengan motivasi yang tinggi dan kemampuan karyawan.

Kinerja juga adalah kualitas sumber daya manusia dalam mencapai produktivitas dan prestasi kerja.

Kinerja dapat dilihat dari berbagai sudut pandang masing-masing organisasi, misalnya untuk memperoleh laba bagi perusahaan atau untuk memberikan kepuasan bagi konsumen. Selain itu juga dapat dibedakan dari sudut pandang jenis organisasi atau perusahaan umum swasta atau sosial.

Drs. Faustino Kardoso Gomes dalam bukunya yang berjudul, manajemen sumber daya manusia menyebutkan :

“ Berbagai ungkapan sebagai output, kinerja, efisiensi, efektifitas sering dihubungkan dengan produktifitas “.[12])

 

Jadi kinerja memang berhubungan dengan hasil atau output yang dapat dihasilkan oleh seseorang karyawan melalui pekerjaanya ataupun hasil yang dapat diperoleh dalam pekerjaan melalui sumber daya manusianya.

 

  1. Penilaian Kinerja.

Penilaian kinerja atau performance appraisal adalah suatu sistem penilaian dan evaluasi terhadap kinerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.

Sistem penilaian kinerja yang ditujukan secara total terhadap hasil kinerja individu dapat mengakibatkan para karyawan hanya menunjukkan sedikit minat dalam pekerjaannya dalam suatu tim. Sebaliknya, bila penilaian dilakukan terhadap hasil kinerja tim, kontribusi dari individu juga harus diperhitungkan.

Membuat suatu penilaian kerja merupakan salah satu tugas yang cukup sulit dalam manajemen sumber daya manusia. Meskipun demikian, penilaian kerja harus dilakukan bila manajer harus membuat keputusan berkaitan dengan kebutuhan pengembangan, promosi, kenaikan upah, termination ( pengakhiran masa kerja ), transfer ( pemindahan ), admission to training programs  ( masuk dalam program pelatihan ) dan keputusan dalam daerah kerja yang memiliki cabang -cabang.

Penilaian kinerja juga perlu dilakukan agar suatu saat manajer tidak perlu menghadapi kemungkinan dituntut di pengadilan karena tindakan skorsing yang dilakukan tidak proporsional, pemecatan yang tidak adil atau masalah diskriminasi lainnya. Sehingga meskipun penilaian kerja merupakan suatu proses yang rumit untuk dipikirkan dan diatur, akan tetapi sudah merupakan suatu kebutuhan dalam organisasi dan bagi karyawan untuk melakukan adanya suatu penilaian kinerja.

Karena  alasan di atas, maka mengembangkan suatu sistem penilaian kerja yang efektif telah dan akan terus menjadi suatu prioritas utama dalam manajemen sumber daya manusia. Dalam melakukan usaha pengembangan ini, maka tercapainya suatu sistem penilaian kinerja bukanlah merupakan suatu akhir melainkan terus digunakan dan dikembangkan untuk mencapai tingkatan kerja yang lebih tinggi lagi sejalan dengan semakin rumitnya tugas-tugas sesuai dengan perkembangan change management ( manajemen perubahan ).

 

  1. Tujuan Penilaian Kinerja.

Pada beberapa organisasi, secara umum tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja atau untuk mengetahui sejauh mana kinerja dari sumber daya manusianya. Sistem penilaian kinerja yang didesain dan dikomunikasikan dengan baik dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi dan meningkatkan  unjuk kerja karyawan. Data-data yang diperoleh dari penilaian kinerja sangat penting digunakan dalam berbagai area fungsional sumber daya manusia.

Adapun tujuan penilaian kinerja secara khusus adalah :

  1. Perencanaan sumber daya manusia.

Sistem penilaian kinerja yang efektif dapat menghasilkan profil kekuatan untuk mendukung usaha perencanaan sumber daya manusia.

  1. Penarikan dan seleksi pelamar kerja.

Rating evaluasi kinerja akan dapat membantu memprediksi kinerja pelamar kerja, misalnya manajer yang sukses mempunyai tingkah laku- tertentu, diidentifikasikan melalui penilaian kinerja. Data tersebut menjadi tuntunan dalam mengevaluasi pelamar kerja.

3    Pengembangan sumber daya manusia.

Penilaian kinerja dapat menentukan apakah para karyawan perlu mendapatkan pelatihan atau tidak. Manajer sumber daya manusia dan manajer lini mengembangkan program Human Resource Development (HRD), untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kelemahan individu.

  1. Perencanaan dan pengembangan karir.

Perencanaan dan pengembangan karir akan berbeda untuk setiap individu dan organisasi. Dalam kasus ini, penilaian kinerja akan menentukan potensi, kekuatan dan kelemahan  karyawan. Manajer dapat menggunakan data tersebut untuk berdiskusi dengan bawahan dan memberi masukan mengenai rencana pengembangan karir.

  1. Program kompensasi.

Hasil penilaian kinerja merupakan dasar keputusan rasional untuk meningkatkan pembayaran. Banyak manajer yang percaya kinerja yang bagus dihasilkan oleh pembayaran yang baik, dengan demikian untuk menghasilkan kinerja yang bagus perusahaan harus mendesain dan menerapkan sistem penilaian kinerja yang jujur dan pemberian penghargaan terhadap karyawan atau tim yang paling produktif.

  1. Hubungan antara karyawan.

Penilaian kinerja juga digunakan sebagai dasar keputusan bagi hubungan antara karyawan, termasuk motivasi, promosi, penurunan jabatan, pemecatan dan transfer. Oleh karena itu penilaian kinerja merupakan jalan untuk memperoleh pengakuan diri bagi karyawan.

  1. Penilaian potensi sumber daya manusia.

Beberapa perusahaan mencoba mengetahui potensi karyawan berdasarkan penilaian kinerja. Penilaian kinerja sebagai instrumen untuk memprediksi tingkah laku karyawan pada masa depan  dengan berdasarkan tingkah laku karyawan pada masa yang lalu.

 

  1. Kerangka Teoritis.

Berdasarkan beberapa pandangan secara teoritis, bahwa pelatihan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penguasaan kemampuan dan keterampilan karyawan berdasarkan pelatihan yang diterima dari perusahaan tersebut akan dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas kerja yang pada akhirnya akan menjadikan prestasi dan karir yang baik bagi karyawan.

Dengan prestasi yang baik dari para karyawan tentunya akan menembah daya saing sekaligus kemajuan bagi perusahaan dan hal ini tentunya menghasilkan peningkatan sosial ekonomi bagi setiap karyawan.

 

[1])  Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia : jakarta, 1991, hal. 48

[2]). Sukanto, Pengantar Manajemen, Depdikbud; Jakarta, 1997, hal. 14.

[3]). Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia, Alih bahasa Moh. Masud, Erlangga : Jakarta,

Edisi Keenam, 1991, hal 5

[4]). T.Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima,

Penerbit BPFE. Yogjakarta, 1992, hal 8.

 

 

[5]). Op.Cit. T. Hani Handoko,  1992, hal. 110.

[6]). Yudo Swasono  dan Endang Sulistyaningsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, 1993, hal. 194.

[7]). Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991, hal. 86

.

 

 

[8]). Heidjrachman, Manajemen Sumber Daya Manusia I, Jakarta, 2000, hal . 3.10

[9]). Op. Cit. T. Hani Handoko, 1994, hal. 103.

[10]).  Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineke Cipta,

Jakarta, Cetakan Pertama, 1992, hal. 35.

[11]). Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia, Alih bahasa Moh. Mas’ud, Erlangga, Jakarta,

Edisi Kedelapan, 1993, Hal. 15.

[12]). Faustino Kardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset,

Yogjakarta, Edisi I, 1995, Hal. 159.

 

BAB  III

KEADAAN UMUM OBJEK PENELITIAN

 

  1. Sejarah Berdirinya Perusahaan.
  2. Pelita Air Service didirikan pada tanggal 24 Januari 1970, sebagai anak perusahaan Pertamina dengan Akte Notaris Tan Thong Kie No. 21, yang semula merupakan Dinas Penerbangan Pertamina yang memiliki kantor pusat di Jln. Abdul Muis 52 – 56 Jakarta. Berdasarkan Akte Notaris tersebut dan Surat Direktur Utama Pertamina No 166/KPTS/DIR/DU/70, tertanggal 07 Februari 1970 kemudian pada tanggal 20 Agustus 1970 bertempat di kantor pusat Pertamina diserah terimakan  dari Capt. F. J. Repon sebagai Kepala Dinas Penerbangan kepada Kol. Inf. R. Harijono sebagai Presiden Direktur PT. Pelita Air Service.

Pada awal berdirinya, PT. Pelita Air Service menurut Akte Notaris Tan Thong Kie No 21 tahun 1970 itu menyediakan jasa pelayanan charter dengan misi utamanya adalah menunjang kegiatan industri minyak dan gas bumi untuk memacu perolehan sumber devisa negara yang sangat di butuhkan dalam kegiatan pembangunan nasional.

Adapun tujuan didirikannya PT. Pelita Air Service adalah untuk menjalankan perusahaan penerbangan dalam arti seluas-luasnya, yaitu melayani dan mengkoordinasikan aktivitas penerbangan dalam lingkungan perusahaan minyak dan gas bumi negara. Pada saat tersebut perusahaan didirikan bukan-

 

untuk maksud mencari “ keuntungan “ atau “ central of earning “, akan tetapi hanya merupakan “ cost saving device “ guna meringankan beban Pertamina.

Dengan ijin operasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Perhubungan Udara No. DDU/202/U/II/KAUS/70, tertanggal 28 Juli 1970, PT. Pelita Air Service dibenarkan memungut biaya dengan perhitungan Direct Operating Cost atau DOC. terhadap penerbangan yang dijalankan oleh perusahaan untuk pengangkutan para kontraktor perusahaan minyak dan  instansi sipil maupun militer secara rombongan.

Perlu dikemukakan pula bahwa berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina No. 848/KPTS/DR/DU/73, tertanggal 12 Mei 19973, diputuskan bahwa PT. Pelita Air Service harus berdiri sendiri di bidang keuangan, dalam arti biaya eksploitasinya harus dapat dipenuhi dari penghasilan yang didapatkan.

Selain dari pada itu, perusahaan diharapkan akan dapat memasarkan kapasitas lebih dari pesawat terbang Pertamina, dengan pertimbangan antara lain :

  1. Perusahaan diharapkan kemudian akan mampu berdiri sendiri dalam arti operating cost perusahaan harus dapat dibiayai sendiri dari pendapatan yang diperoleh.
  2. Bagi Pertamina akan lebih mudah melakukan pengawasan apabila administrasi dan tanggung jawab keuangan berada pada PT. Pelita Air-

 

 

Service sendiri. Dengan demikian,  Pertamina tidak lagi dibebani dengan pekerjaan dan persoalan di luar core business / bisnis intinya.

 

  1. Tugas-Tugas PT. Pelita Air Service.

Berdasarkan maksud dan tujuan didirikannya perusahaan, maka tugas-tugas yang dibebankan memiliki karakteristik tersendiri yang lain dari pada perusahaan penerbangan lainnya. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan mencakup segala aspek kegiatan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankamnas.

Adapun tugas-tugas tersebut apabila dirinci menurut sifat dan ke khususannya dapat dikategorikan sebagai berikut :

 

  1. Tugas Pokok.

Tugas  yang paling pokok bagi PT. Pelita Air Service adalah menyelenggarakan jasa angkutan udara bagi kepentingan industri minyak dan gas bumi, yang meliputi :

  1. Menunjang kegiatan industri perminyakan secara langsung dalam arti yang seluas-luasnya.
  2. Pengangkutan karyawan dan barang perlengkapan Pertamina.
  3. Pengangkutan karyawan dan barang perlengkapan milik oil contractors, counter parts dan sub contractors.

 

 

  1. Tugas Khusus.
  2. Menyelenggarakan angkutan udara bagi Presiden dan Wakil Presiden serta para Menteri.
  3. Membantu penyelenggaraan angkutan udara untuk operasi Hankamnas / Dephankam.
  4. Menyelenggarakan operasi transmigrasi udara.

 

  1. Tugas-tugas lain.
  2. Membantu dalam penyelenggaraan angkutan udara bagi tamu-tamu negara, pejabat pemerintah dan VIP lainnya.
  3. Membantu pelaksanaan tugas search and rescue ( SAR ).
  4. Melayani kebutuhan charter baik di dalam maupun di luar negeri.
  5. Melaksanakan pengangkutan Bantuan Presiden ( Banpres ).
  6. Sejak tahun 2000 sudah masuk  ke penerbangan berjadwal.

 

Melihat tugas-tugas PT. Pelita Air Service yang menyangkut segala macam bidang kegiatan tersebut, maka peranan perusahaan ini dalam hal operasi penerbangan dapat dikatakan sebagai multi purpose. Namun demikian, bila dilihat dari peran yang dimainkan oleh perusahaan ini selama perjalanan sejarahnya dapat digolongkan dalam empat kegiatan sebagai sarana pembangunan yaitu :

 

  1. Sarana industri minyak dan gas bumi negara secara langsung dan tidak langsung.
  2. Sarana Pemerintah dan Pembangunan.
  3. Sarana pelayanan penerbangan charter.
  4. Sarana pelayanan penerbangan berjadwal.

 

  1. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi merupakan perangkat pembagian pelaksanaan manajemen, struktur secara sederhana diartikan sebagai susunan lapisan  atau bagian yang sistematis. Organisasi dan strukturnya sifatnya dinamis, sehingga jika terjadi perubahan lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan atau lingkungan di luar perusahaan, organisasi dengan strukturnya seyogianya perlu diadakan perubahan.

Organisasi dalam perusahaan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan  sehingga bermanfaat bagi perusahaan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Setiap individu yang ada di dalam manajemen tehnik, perlu mengetahui peranan organisasi dan pengertian organisasi. Keperluan ini terutama untuk manajer perusahaan agar dapat menetapkan kapan suatu organisasi masih tetap mempertahankan struktur organisasi yang ada dan kapan melakukan perubahan sesuai change management atau manajemen perubahan.

Dengan demikian organisasi tersebut senantiasa siap beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sudah barang tentu perubahan ini dilakukan-

adalah demi tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Struktur organisasi merupakan suatu gambaran yang sistematis tentang bagian yang satu dengan bagian lainnya agar tercipta koordinasi dan kerjasama yang baik antara semua bagian atau departemen.

Dengan adanya pengorganisasian, maka semua petugas yang terlibat akan mengetahui apa  yang harus mereka kerjakan dan kepada siapa mereka harus bertanggung jawab, dengan kata lain dengan adanya pengorganisasian, setiap pelaksanaan dari rencana akan terdapat suatu kesatuan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian setiap karyawan atau pekerja akan mengerti akan kedudukannya, tugas dan tanggung jawabnya, hak dan kewajiban serta wewenangnya.

Selain dari pada itu mereka juga akan dapat mengetahui siapa pimpinannya dan siapa bawahannya dan bagaimana caranya berhubungan satu sama lainnya. Oleh karena itu disusunlah suatu struktur organisasi perusahaan untuk mempermudah pembagian pekerjaan dan tentunya mempermudah pengawasan akan pekerjaan.

Organisasi PT. Pelita Air Service seperti yang tertuang pada Struktur Organisasi pada halaman berikutnya terdiri dari Presiden Direktur hingga para Kepala Bagian  sedangkan Kepala Seksi dan Sub. Seksi belum termasuk di dalamnya. Selain dari pada yang tertuang di Struktur Organisasi tersebut- masih ada beberapa struktur di masing-masing wilayah atau lapangan yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Wilayah / kepala Lapangan, yaitu :

  1. Wilayah Jakarta  (  Halim Perdanakusumah dan  Cengkareng ).
  2. Wilayah Balikpapan.
  3. Lapangan Medan.
  4. Lapangan Dumai.
  5. Lapangan Palembang.
  6. Lapangan Surabaya.
  7. Lapangan Jogyakarta.
  8. Lapangan Bandung.
  9. Lapangan Ujung Pandang.
  10. Lapangan Denpasar.
  11. Lapangan Kendari.
  12. Lapangan Sorong.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2

Struktur Organisasi  PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

Gambar 3

Struktur Organisasi  Dinas SDM & Umum

 

  1. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

Adapun sesuai dengan judul penulisan skripsi ini “ Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service “ maka ada baiknya hanya dalam organisasi Dinas Tehnik saja yang  disorot.

 

Gambar 4

Struktur Organisasi DinasTehnik F / W

  1. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah struktur organisasi khusus Dinas Tehnik beserta tugasnya secara umum :

  1. Manajer Maintenance.

Manajer Maintenance bertanggung jawab langsung kepada Production Director / Direktur Produksi akan semua kegiatan yang dipimpinnya di Departemen Tehnik yang mencakup perawatan dan penyediaan pesawat yang laik terbang sesuai persyaratan yang ditentukan oleh Dinas Sertifikasi Kelaikan Udara.

Tugas-tugasnya secara umum :

  1. Memimpin dan mengelola semua kegiatan pada dinas yang   dipimpinnya.
  2. Mengadakan kerjasama yang kuat dengan Dinas lainnya guna peningkatan efektifitas dan efisiensi demi tujuan perusahaan.
  3. Chief inspector.

Chief Inspector bertanggung jawab langsung kepada Manajer Maintenance atas semua kegiatan di bagian yang dipimpinnya yang mencakup kegiatan perawatan pesawat terbang yang sudah sesuai dengan prosedur, instruksi dan sudah memenuhi quality standard / standar mutu.

Tugas-tugasnya secara umum ;

  1. Memimpin dan mengelola semua kegiatan di bagian yang dipimpinnya.
  2. Mengawasi pekerjaan perawatan pesawat terbang yang dilaksanakan di bagian perawatan apakah sudah sesuai dengan prosedur yang ada.
  3. Chief Maintenance.

Chief Maintenance bertanggung jawab langsung kepada Manajer Maintenance atas semua kegiatan pada bagian yang dipimpinnya yang mencakup perawatan dan kesiapan armada agar senantiasa siap diterbangkan sesuai permintaan dari Dinas Pemasaran.

Tugas-tugasnya secara umum :

  1. Memimpin dan mengelola semua kegiatan pada bagian yang dipimpinnya.
  2. Merawat dan menyediakan armada yang siap diterbangkan.
  3. Chief Engineering.

Chief Engineering bertanggung jawab langsung kepada Manajer Maintenance atas semua kegiatan pada bagian yang dipimpinnya yang mencakup engineering / rekayasa, reliability / keandalan pesawat,  inspeksi yang akan dilaksanakan di pesawat terbang serta dokumentasi dan buku panduan yang dibutuhkan.

Tugas-tugasnya secara umum :

  1. Memimpin dan mengelola semua kegiatan pada bagian yang dipimpinnya.
  2. Menyediakan perencanaan perawatan sesuai dengan spesifikasi perawatan pesawat yang telah disetujui oleh Dinas Sertifikasi Kelaikan Udara.
  3. Bekerjasama dengan Dinas Logistik, menyediakan semua spare parts atau suku cadang yang siap digunakan jika diperlukan untuk pesawat guna kelancaran operasi.
  4. Menunjang pekerjaan perawatan pesawat demi kelancaran perawatan dan operasi pesawat.

 

  1. Bidang Usaha Perusahaan.

Jenis usaha suatu perusahaan, dapat ditunjukkan di lapangan yang mana perusahaan menitikberatkan kegiatannya. Dalam menyusun rencana yang akan dibuat demi tujuan perusahaan, maka tujuan tersebut hendaknya tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan akan tetapi hendaknya disertai dengan tujuan untuk kemanfaatan umum yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

  1. Pelita Air Service sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan udara sedangkan produk yang dihasilkan adalah layanan jasa angkutan udara berupa jam terbang / flight hours. Adapun jenis jasa angkutan yang disediakan / ditawarkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

 

  1. Long Term Charter – Dry Leased.

Yang dimaksud dengan istilah di atas  adalah kontrak sewa jangka panjang kepada pihak II / penyewa, yang mana perusahaan hanya menyediakan pesawat terbang, asuransi dan ijin penerbangan sedangkan fasilitas lainnya adalah menjadi tanggungan penyewa.

 

 

Adapun imbalan yang diterima oleh perusahaan adalah berupa Fixed Monthly Fee atau bayaran tetap setiap bulannya sesuai dengan isi kontrak.

 

  1. Long Term Charter – Wet Leased.

Yang dimaksud dengan istilah di atas adalah kontrak sewa jangka panjang kepada pihak II / penyewa, di mana perusahaan selain menyediakan pesawat terbang juga menanggung semua biaya asuransi, spare parts, crews, maintenance personnels dan ijin  yang berhubungan dengan penerbangan. Adapun imbalan yang diperoleh perusahaan adalah berupa Fixed Monthly Fee ditambah tarif jam terbang yang sebelumnya telah disetujui oleh kedua belah pihak.

 

  1. Spot Charter.

Yang dimaksud dengan istilah di atas adalah kontrak sewa jangka pendek dengan kewajiban perusahaan untuk menyediakan pesawat terbang serta biaya-biaya yang berhubungan dengan penerbangan yang diatur dalam kontrak. Adapun imbalan yang diterima oleh perusahaan adalah berupa jumlah jam terbang / flight hours yang terpakai.

 

  1. Block Charter / Block Seat.

Yang dimaksud dengan istilah di atas adalah jenis charter atas jumlah seat  atau kursi  pesawat yang telah disewa oleh pihak ke II, di mana kelebihan seat atau kursi tersebut merupakan hak perusahaan dan dapat dicharter-kan kembali kepada pihak atau pelanggan lainnya.

Kewajiban perusahaan terhadap pen charter jenis block seat adalah menyediakan seat dan biaya-biaya yang berhubungan dengan penerbangan yang sebelumnya sudah diatur dalam kontrak. Adapun imbalan yang diperoleh perusahaan adalah berupa jam terbang / flight hours yang telah disetujui kedua belah pihak sebelumnya.

 

 

 

Tabel 1

Perkembangan Jumlah Armada PT. Pelita Air Service

Periode 1970  –  1980

Jenis Pesawat Tahun
1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980
Fixed Wing 9 17 24 25 33 41 43 44 38 36 33
Rotary Wing 0 24 25 25 62 73 73 65 62 64 59

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

Gambar 5

Perkembangan Jumlah Armada PT. Pelita Air Service

Periode 1970 – 1980

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

Tabel 2

Perkembangan Jumlah Armada PT. Pelita Air Service

Periode 1981 – 2003

 

Jenis Pesawat Tahun
1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 2003
Fixed Wing 33 47 49 50 50 43 42 43 40 39 38 29
Rotary Wing 55 60 62 76 72 73 72 66 66 56 57 23

 

Sumber : PT. Perlita Air Service

 

Gambar 6

Perkembangan Jumlah Armada PT. Pelita Air Service

Periode 1981 – 2003

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

                                                                

 

 

                                                                       Tabel 3

Perkembangan Jumlah Karyawan PT. Pelita Air Service

Periode 1970 – 1980

 

 

 

 

       

 

             
Tahun 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980
Total Karyawan 205 318 318 733 996 1215 1584 1624 1721 1517 1552

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

Gambar 7

Perkembangan Jumlah Karyawan PT. Pelita Air Service

Periode 1970 – 1980

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

Tabel 4

Perkembangan Jumlah Karyawan PT. Pelita Air Service

Periode 1981 – 2003

 

Tahun 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 2003
Total Karyawan 2040 1999 2110 2249 2337 2305 2230 2205 2300 2200 1993 1300
                         

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

Gambar 8

Perkembangan Jumlah Karyawan PT. Pelita Air Service

Periode 1981 – 2003

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 5

MANDATORY TRAINING SCHEDULE

YEAR 2002

 

NO COURSE MAY JUNE JULY AUGUST SEPTEMBER OCTOBER NOVEMBER DECEMBER TOTAL PERSON
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4  
1 Company General Indoctrination                                                                 5
2 Bahasa Inggris                                                                 20
3 Komputer                                                                 15
4 Service Excellent                                                                 20
5 SHE Training (K3)                                                                 25
6 Outbound Training                                                                
7 Office Management                                                                 10
8 Fire Fighting                                                                 15

 

 

 

9 Teaching Method                                                                 10
10 Human Factor                                                                 30
11 Pra Purna Bakti                                                                 10
12 KPPD                                                                 15
13 KPPL                                                                 15
14 KPPM                                                                 15
15 CBM Modul Produksi                                                                
16 Seven Habit                                                                 20
17 Inspector                                                                 10
18 NDT                                                                 5
19 Sheet Metal                                                                 5
20 Continuous Airworthiness                                                                 6
21 Dangerous Goods                                                                 10
22 A/C Type Rating                                                                 20

 

 

NOTE : 1,2,3,4  = WEEK

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

 

Suatu penelitian ilmiah disebut ilmiah apabila dalam penelitian tersebut mampu mengemukakan pokok-pokok pikiran yang meyakinkan, logis dan disajikan dalam rangkaian yang sistematis dengan bukti-bukti yang jelas, kuat dan berhasil dalam uji / tes pengujian dan di dalam suatu penelitian ilmiah akan selalu menggunakan metode ilmiah.

Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode ilmiah, sehingga penelitian memiliki tiga unsur penting yaitu : sasaran, usaha serta metode ilmiah. Penelitian berfungsi membantu si peneliti dalam meningkatkan kemampuannya apabila tujuan dari suatu penelitian telah mempunyai ruang lingkup dan arah yang jelas.

Dalam penelitian ini terdapat 4 ( Empat) unsur metode penelitian yang akan dijelaskan sebagai berikut :

  1. Identifikasi variabel penelitian.
  2. Populasi dan tehnik pengambilan sampel.
  3. Metode pengumpulan data.
  4. Tehnik analisa data.
  5. Identifikasi Variabel Penelitian.

Identifikasi variabel penelitian merupakan dasar untuk penentuan jenis data dalam suatu penelitian ilmiah dan variabel penelitian disebut sebagai- objek penelitian yang bervariasi atau menjadi titik perhatian penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan guna penyusunan skripsi ini, penulis menetapkan  dua variabel  yang menjadi pembahasan.

Selanjutnya setiap variabel akan dijelaskan  pula aspek-aspek atau faktor-faktornya  yang dapat dikemukakan secara terperinci dan jelas, sehingga akan memudahkan penetapan data yang dikumpulkan. Adapun dua variabel yang dimaksud adalah :

  1. Variabel X.

Variabel X di sini yaitu Pelatihan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service yang dihitung dan diukur setelah karyawan tersebut menyelesaikan training atau pelatihan sesuai kriterianya periode tahun 2002.

  1. Variabel Y.

Variabel Y di sini yaitu peningkatan kinerja di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service yang diukur dengan nilai rata-rata dari prestasi kerja karyawan yang bertugas di Dinas Tehnik tersebut tahun 2003.

 

  1. Populasi dan Tehnik Pengumpulan Sampel.

Untuk memudahkan penelitian, peneliti harus dapat meneliti dalam jumlah yang terbatas  dan pada setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah sumber data yang disebut populasi dan sampel, sedangkan penetapan populasi dan sampel itu merupakan aspek utama dalam suatu penelitian karena seorang peneliti tidak mungkin dapat meneliti dan mengamati seluruh jumlah dari objek penelitian.

  1. Populasi.

Pada umumnya populasi adalah kumpulan daripada individu atau organisasi secara keseluruhan yang menjadi objek penelitian atau dengan kata lain populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian  ditarik kesimpulannya. Pengertian populasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :

  1. Menurut pendapat Drs. Djarwanto PS. SE adalah sebagai berikut :

“ Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga. “[1])

 

  1. Menurut pendapat J. Supranto :

“ Populasi adalah kumpulan yang lengkap daripada seluruh elemen yang sejenis, akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain. “[2])

 

Populasi sering dinamakan universe. Populasi merupakan totalitas dari semua nilai yang mungkin, baik dari hasil menghitung maupun pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif dari karakteristik itu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Selanjutnya untuk daerah populasinya, penulis menetapkan Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service, sedangkan populasinya sendiri adalah karyawan yang bertugas di Dinas Tehnik tersebut.

Adapun alasan penulis dalam mengambil daerah populasi di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service tersebut adalah :

  1. Penulis sendiri adalah karyawan langsung dari Dinas Tehnik, karenanya semakin mempermudah penelitian dan dapat melihat langsung hasil yang telah diraih organisasi tersebut setelah menggalakkan pelatihan / training, on the job training, lokakarya dan seminar-seminar lainnya sejak tahun 2002.
  2. Para karyawan yang diteliti adalah semuanya telah pernah mengikuti beberapa macam pelatihan-pelatihan dan seminar lainnya.
  3. Para karyawan yang merupakan objek penelitian adalah berada dalam satu dinas di dalam perusahaan sehingga menurut asumsi penulis, berhubung sama-sama mempunyai profesi yang sama sehingga kondisi profesi terhadap aktivitas karyawan lainnya dianggap sama.

 

  1. Tehnik Pengambilan Sampel.

Pada umumnya sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Penentuan dari sampel harus mengandung atau memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang terdapat pada populasi karena sampel juga merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Adapun pengertian sampel menurut Drs. Djarwanto PS. SE. adalah sebagai berikut :

“ Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi ( jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasi ) “.[3])

 

Syarat utama dalam penelitian sampel adalah sampel harus menjamin cermin dari populasi. Sampel harus mewakili populasi, sampel harus merupakan populasi dalam jumlah kecil. Sampel yang demikian disebut representatif dan untuk menilai sampel yang representatif hendaknya :

  1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
  2. Dapat menentukan tingkat ketepatan / precision dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku / standard deviation dari taksiran yang diperoleh.
  3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
  4. Dapat memberikan keterangan sebanyak-banyaknya dengan biaya yang serendah-rendahnya.
  5. Merupakan penghematan yang nyata dalam soal waktu, tenaga dan biaya jika dibandingkan dengan pencacahan lengkap.

Sampel yang dipandang sebagai wakil dari populasi, sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Sampel diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dalam mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada bagian dari populasi. Tehnik yang digunakan dalam menentukan dan mengambil objek yang akan dijadikan sampel penelitian disebut sampling.

Adapun dalam penelitian dapat menggunakan metode sampling  sebagai  berikut :

  1. Proability Sampling.

Yaitu metode yang mempunyai kesempatan atau kemungkinan yang sama bagi setiap elemen.

  1. Non Probability Sampling.

Yaitu metode yang tidak menggunakan metode pengambilan sampel secara acak dan tidak memberikan kesempatan atau kemungkinan yang sama setiap elemen untuk dipilih.

Dalam tehnik pengambilan sampel, pada dasarnya ada 2 ( dua ) yaitu:

 

  1. Cara acak (Random).

Cara acak adalah cara penilaian sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota sampel. Penelitian dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap satuan elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

  1. Cara bukan acak (Non random).

Cara random adalah cara pemilihan elemen dari populasi untuk menjadi anggota sampel walupun setiap elemen tidak mendapat- kesempatan yang sama untuk dipilih. Dalam menentukan sampel dari penelitian ini, penulis menggunakan metode sampling-nya adalah probability sampling serta tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling.

Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan tertentu, di mana setiap sampel memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui.

Peneliti berusaha agar dalam pengambilan sampel tersebut terdapat wakil  segala lapisan populasi, dengan demikian diusahakan agar sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang esensial.

 

  1. Metode Pengambilan Data.

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ilmiah yang berguna untuk memperoleh data yang relevan dan akurat, sehingga data yang dipergunakan terkait dengan tehnik pengumpulan data. Agar hasil penelitian akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan  data yang memenuhi persyaratan dan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • Data tentang nilai rata-rata pelatihan karyawan Dinas Tehnik.
  1. Data karyawan dilihat dari nilai rata-rata kinerja atau produktivitas
  • Data tentang keadaan umum objek penelitian.

Kedua variabel tersebut di atas akan diolah dengan menggunakan perhitungan statistik, yaitu dengan Analisa Korelasi, Koefisien Penentu dan Uji Hipotesis  untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam  penelitian digunakan suatu tehnik pengumpulan data, seperti yang dijelaskan oleh J. Supranto dalam buku Statistiknya  sebagai berikut :

“ Alat-alat atau device untuk memperoleh data dari elemen-elemen, antara lain daftar pertanyaan  (questionnaire), wawancara, observasi lapangan, melalui pos, telepon atau alat-alat komunikasi lainnya .“[4])

 

Beberapa tehnik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah :

  1. Tehnik wawancara atau interview.

Tehnik wawancara dilakukan penulis untuk mengetahui tentang pelatihan karyawan. Wawancara atau interview merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan sumber data atau responden, sehingga didapatkan informasi  yang konkrit.

  1. Tehnik angket atau questionaire.

Menurut Dr. Soeratno M.Ec dan Drs. Lincolin Arsyad Msc, bahwa tehnik angket merupakan sebagai berikut :

“ Tehnik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan  kepada sumber data atau responden untuk diisi.”[5])

 

Cara lain untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden dan mengisi jawaban  atas pertanyaan yang sudah disediakan. Daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dilakukan penulis kepada beberapa karyawan di lapangan untuk mendapatkan secara jelas tentang pelatihan dan keadaan umum  Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.

Selain daripada itu, penulis juga menggunakan angket yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan terhadap sampel penelitian yang mewakili populasi. Sifat angket ini berisi tentang pertanyaan sekaligus memberikan beberapa pilihan jawaban.

Kelebihan dari tehnik angket ini adalah sebagai berikut :

  1. Angket ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar subjek.
  2. Dalam setiap pertanyaan melalui angket, subjek akan lebih leluasa.
  3. Dapat lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya.
  4. Pertanyaan dapat disusun secara teliti, cermat dan terstruktur, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
  5. Data yang terkumpul dapat lebih mudah dianalisa, sebab pertanyaan yang diajukan kepada setiap subjek adalah sama.

Sedangkan kelemahan dari tehnik angket  adalah sebagai berikut :

  1. Responden cenderung mudah bosan dan ada kemungkinan menjawab dengan asal-asalan.
  2. Kadang terjadi angket dimaksud justru diisi oleh orang lain.
  3. Adanya kemungkinan interpretasi oleh responden.
  4. Tidak dapat mengamati reaksi subjek dalam menjawab.
  5. Tehnik Dokumentasi.

Tehnik ini dipergunakan untuk mengumpulkan data melalui dokumentasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian yang ada berdasarkan catatan atau dokumen organisasi yang akan diteliti.  Adapun data yang dapat diperoleh dengan tehnik dokumentasi adalah sebagai berikut :

  1. Data nilai rata-rata peserta pelatihan tahun 2002.
  2. Data nilai rata-rata kinerja atau produktivitas kerja tahun 2003.
  3. Data tentang keadaan umum Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.

 

Sumber untuk mendapatkan data seperti di atas adalah dari Bagian  Sumber Daya Manusia. Dasar dalam menggunakan tehnik ini adalah pengumpulan data dapat dilakukan lebih cepat dan ke-akuratan data dapat dipertanggungjawabkan.

Beberapa keuntungan dari tehnik ini adalah sebagai berikut :

  1. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cepat karena data yang akan dikumpulkan sudah tersedia.
  2. b. Dokumentasi adalah merupakan data otentik mengenai kejadian masa lalu dan dengan demikian maka data yang diperoleh adalah data yang objektif.

Adapun kelemahan dan kekurangan dari tehnik dokumentasi adalah  sebagai berikut :

  1. Peristiwa yang terjadi tidak semuanya dapat dicatat sehingga

di khawatirkan kurang lengkap.

  1. Dengan adanya pergantian waktu, dikhawatirkan data masa lampau itu rusak atau bahkan hilang sehingga data yang didapat tidak akurat atau sudah tidak objektif lagi.

 

  1. Observasi Lapangan.

Tehnik ini dilakukan untuk mendapatkan data dan potensi yang dimiliki Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service. Adapun pencarian data dilakukan langsung di tempatnya sehingga penulis dapat mengetahui secara langsung dan kontinyu akan objek penelitian serta informasi data yang diperlukan oleh penulis.

 

  1. Tehnik Analisa Data.

Analisa data merupakan tujuan pokok dari kegiatan penelitian agar analisis data mudah dibaca, dimengerti dan membuktikan benar atau tidaknya hipotesis ( diterima atau tidak ), maka penulis akan membuktikan hipotesis tersebut. Penilaian pelatihan dengan kinerja karyawan digunakan dengan analisa statistik, antara lain :

  1. Tahap Pengolahan Data.

Maksudnya adalah suatu proses untuk memperoleh data atau angka ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu. Angka ringkasan tersebut seperti : Jumlah atau total rata-rata dan sebagainya.

  1. Tahap Pengorganisasian Data.

Maksudnya adalah pengelompokan data yang telah diolah menurut jenis dan  karakteristik elemennya.

  1. Tahap Penemuan Hasil.

Maksudnya adalah tahap penemuan atau pembuktian terhadap hipotesa yang telah disampaikan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis dalam membuktikan hipotesa antara pelatihan dengan kinerja atau produktifitas kerja dengan menggunakan analisa statistik. Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menganalisa data skripsi ini dengan menggunakan  :

  1. Analisa Korelasi.

Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel X ( Pelatihan ) dengan  variabel Y ( Kinerja ), penulis menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson ( Pearson’s Product Moment Coefficient Of Corelation ) yang dilambangkan dengan  “r “, yang mana rumusnya adalah :

 

r =         n. Σ Xi Yi  – (  Σ Xi ) (  Σ Yi )

  1. n. Σ Xi2 – ( Σ Xi )2 . n. Σ Yi2 – (  Σ Yi )2

 

Adapun besarnya r dibatasi sebagai berikut :   – 1 > r > 1

Hasil perhitungan analisa korelasi adalah :

r = 1  atau mendekati 1,  artinya bahwa hubungan antara X dan Y sangat kuat dan positif.

r = -1 atau mendekati –1, artinya bahwa hubungan antara X dan Y adalah sangat kuat dan negatif.

r = 0, artinya hubungan antara X dan Y  adalah lemah sekali atau tidak ada sama sekali.

 

  1. Koefisien Penentu.

Agar dapat diketahui besarnya kontribusi kedua variabel tersebut, maka digunakan perhitungan dengan rumus Koefisien Penentu ( Coefficient Of Determination ) sebagai berikut :

 

KP = r2 x 100 %

 

Hasil dari perhitungan Koefisien Penentu dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh pelatihan dan kinerja serta untuk mengetahui besarnya faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Hasil perhitungan Koefisien Penentu biasanya dinyatakan dalam bentuk prosentase.

 

  1. Uji Hipotesis.

Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Hipotesis berupa anggapan atau pendapat, juga bisa didasarkan atas : teori, pengalaman dan ketajaman berfikir.

Agar hipotesis dapat diuji secara statistik, maka pengujian hipotesis tentang rho ( p ), yaitu sebagai berikut :

  1. Ho : p ≠ 0 ( tidak ada hubungan antara X dan Y ).
  2. Ho : p > 0 ( ada hubungan positif ).
  3. Ho : p < 0 ( ada hubungan negatif ).
  4. Ho : p = 0 ( ada hubungan ).

 

Dalam pengujian hipotesis, ditentukan terlebih dahulu besarnya  ( kesalahan jenis I ), yang sering disebut dengan tingkat nyata ( level of significance ). Kebiasaan di dalam dunia kedokteran, ekonomi atau bisnis dan pertanian menggunakan nilai  masing-masing sebesar 1 %, 5 % dan 10 %, sehingga untuk menyelesaikan uji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

 

 

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

Jika “t” hitung ( to ) > “t” tabel ( t  ) maka :

Hipotesis Nol ( Ho ) ditolak dan Hipotesis Alternatif (Ha) diterima.  Sedangkan untuk mendapatkan  t =  ( n – 2 ), dan taraf kesalahan  yang diambil adalah 5%, selanjutnya hasil akhirnya dapat dilihat di tabel.

 

[1]). Djarwanto PS. Pokok Pokok Metode Riset Dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi,

Liberty, Yogyakarta, 1990, hal 42.

[2]).J. Supranto, Statistik dan Aplikasi, Penerbit Erlangga; Jakarta, 1992, hal 24.

[3]).Djarwanto PS. Pokok Pokok Metode Riset Dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi

Liberty, Yogyakarta, 1990 hal. 45.

[4]). J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, Penerbit Erlangga. Jakarta, 1992, hal 16

[5]). Soeratno dan  Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan

Bisnis, UPP-Akademi Perusahaan YKPN : Yogyakarta, 1993, hal. 96.

 

 

BAB V

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

 

  1. Penyajian Data.

Data yang diperoleh untuk dianalisa adalah nilai pengaruh diadakannya  pelatihan dan nilai kinerja. Data tersebut diperoleh dari Diklat Umum bekerja sama dengan Diklat Tehnik PT. Pelita Air Service. Penyajian data ini dituangkan dalam bentuk tabel guna mempermudah dalam pembacaannya, sehingga data yang akan dianalisa dan dibahas menjadi lebih jelas.

Dari tabel tersebut dapat juga diketahui berapa nilai kemampuan kerja karyawan setelah diberikan pelatihan serta nilai kinerja karyawan Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Data yang disajikan ini sudah merupakan data olahan yang juga merupakan nilai rata-rata dari nilai masing masing karyawan.

Penyajian data penilaian  karyawan setelah melaksanakan pelatihan atau training di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service yang merupakan variabel X dapat dilihat pada tabel 7 dan check list isian penilaian kinerja dapat  dilihat pada tabel 8, sedangkan penyajian data penilaian kinerja yang merupakan variabel Y dapat dilihat pada tabel 9.

Adapun proses pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan selama ini di PT. Pelita Air Service adalah sebagai berikut :

  1. Seksi Diklat Dinas Tehnik secara rutin melakukan pendataan terhadap personil, materi training apa saja yang sudah dan belum pernah atau yang akan dijalankan sesuai kebutuhan perusahaan. Selain dari Training Program yang sudah dibuat untuk enam  bulan atau satu tahun  ke depan, akan tetapi dapat saja terjadi pelatihan yang di luar program tersebut oleh karena permintaan khusus dari customers / pelanggan atau ada teknologi baru misalnya ada penambahan pesawat yang belum pernah dimiliki perusahaan, sehingga dibutuhkan petugas yang menguasai / familiar dengan teknologi tersebut sebelum pesawat tersebut siap dioperasikan.
  2. Setelah ditetapkan pesertanya berikut jumlahnya melalui hasil kerjasama dengan atasan atau pimpinan karyawan terkait, memorandum dibuat melalui manajer tehnik yang ditujukan ke manajer SDM & Umum akan rencana pelatihan dimaksud.
  3. Jika rencana tersebut dapat diterima dan dianggap perlu demi sasaran perusahaan, maka manajer SDM & Umum mengirimkan lagi memorandum ke manajer keuangan guna penyediaan dana untuk penyelenggaraan pelatihan tersebut.
  4. Dengan dana yang tersedia, maka manajer keuangan menjawab memorandum tersebut bahwa pelaksanaan dapat ditindaklanjuti. Dengan demikian atas koordinasi dan kerja sama kembali antara Diklat Dinas Tehnik dan Diklat Dinas SDM & Umum maka penyelenggaraan dapat diadakan di gedung khusus Diklat di Jalan Supomo, Jakarta jika pelatihan dimaksud diadakan di Jakarta ( In house training ) atau mengirim para pesertanya ke institusi lainnya atau bahkan mengirim para pesertanya ke luar negeri tergantung kebutuhan dan situasional saat itu.

Catatan :

  1. Adapun contoh Training Program Schedule dapat dilihat di tabel 5 pada Bab III  ( Keadaan Umum Objek Penelitian ).
  2. Para instruktur pada umumnya sudah berpengalaman dan sangat menguasai akan materi yang dibawakan dan tidak jarang pula didatangkan instruktur dari luar negeri.
  3. Sistem penilaian yang digunakan adalah Rating Scales ( Data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 6

Jumlah Sampel dan Populasi Dinas Tehnik F/W

Tahun 2003

 

Nomor Penempatan Populasi Sampel
01 Line Maintenance 53 7
02 Periodic Maintenance 28 5
03 Cabin Service 24 4
04 Maintenance Control Center 8 1
05 Quality Standard & Evaluation 10 2
06 Inspection & Certification 12 2
07 Servicing & Calibration 30 3
08 Technical Services 9 1
09 Reliability & Recording 12 2
10 Component Support 10 2
11 Pendidikan dan Pelatihan 5 1
  Total 201 30

Sumber : Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

Catatan :

  1. Penulis mengambil sampel sebanyak 30 ( tiga puluh ) dari jumlah populasi sebanyak 201 ( dua ratus satu ) dan dari 11 ( sebelas ) Seksi yang ada di Dinas Tehnik. Adapun alasan penulis adalah karena jumlah sampel yang ada ( tiga puluh ) sudah mewakili semua Seksi-Seksi yang ada.
  2. Dari sampel yang ada rata-rata sudah berpengalaman di atas 15 ( lima belas ) tahun dan sudah beberapa kali mengikuti pelatihan di dalam maupun di luar negeri.

Tabel 7

Nilai Pelatihan

Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

Tahun 2002

Nomor

Responden

Nilai Pelatihan

( X )

01 26
02 26
03 27
04 28
05 26
06 28
07 25
08 24
09 24
10 23
11 25
12 27
13 28
14 27
15 28
16 25
17 26
18 22
19 26
20 25
21 23
22 24
23 26
24 23
25 24
26 26
27 27
28 25
29 28
30 28

Sumber : Data Penelitian 2002

Adapun metode pengukuran kinerja adalah dengan menggunakan beberapa standar untuk tujuan perbandingan.  Berdasarkan standar, maka pengukuran kinerja dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

  1. Pengukuran absolut dari kinerja.

Mengukur kinerja dengan menggunakan beberapa standar untuk tujuan perbandingan.

  1. Penilaian relatif dari kinerja.

Mengukur kinerja dengan memperbandingkan kinerja seseorang dengan kinerja karyawan lain.

Ada beberapa metode penilaian kinerja yang dapat dipilih untuk digunakan, tergantung pada kegunaannya di antaranya adalah metode rating scales dan collaborative methods. Metode rating scales ini adalah metode yang digunakan di PT. Pelita Air Service dalam menilai kinerja karyawan seperti contoh pada tabel 8.

Metode rating scales menggunakan beberapa faktor dan faktor -faktor tersebut diberi skala sampai empat atau lima dan masing-masing diberi skor, misalnya :

A         Sangat baik                                   Skor                 5          Exceptional.

B         Baik atau cukup baik                    Skor                 4          Good.

C         Sedang / rata-rata                          Skor                 3          Average.

D         Kurang baik                                  Skor                 2          Below Average.

E          Sangat tidak baik                          Skor                 1          Unsatisfactory.

 

Tabel 8

 Penilaian kinerja dengan metode rating scales

 

 

  Employee’s Name __________________________________________

 

Job Title __________________________________________________

 

Department _______________________________________________

 

Supervisor ________________________________________________

 

Evaluation Period :

 

From ____________________ _____to _________________________

Instruction for Evaluation :

1.   Consider only one factor at a time. Do not permit rating given for one factor to affect decision for others.

2.   Consider performance for entire evaluation period. Avoid concentration on recent events or isolated incidents.

3.   Remember that the average employee performs duties in a satisfactory manner. An above average or exceptional rating indicates that the employee has clearly distinguished himself or herself from the average employee.

  EVALUATION FACTORS Unsatisfactory.Does not meet requirements Below average. Needs

Improvement.  Requirements

occasionaly not meet.

 

Average. Consistently meets requirements Good. Frequently esceeds requirements. Exceptional.  Consistently

exceeds requirements

 
  QUANTITY OF WORK :

Consider the volume of work achieved. Is

productivity at an acceptable level?

         
  QUALITY OF WORK

Consider accuracy, precision, neatness, and

completeness in handling assigned duties.

         
  DEPENDABILITY

Consider degree to which employee can be

relied on to meet work commitments.

         
  INITIATIVE :

Consider self-reliance, resourcefulness, and

willingness to accept responsibility.

         
  ADAPTABILITY :

Consider ability to respond to changing

requirements and conditions.

         
  COOPERATION :

Consider ability to work for, and with,

others. Are assignments, including

overtime, willingly accepted ?

         
  POTENTIAL FOR FUTURE GROWTH AND DEVELOPMENT :

¨  Now at or near maximum performance in present job.

¨  Now at or near maximum performance in this job, but has potential for improvement is in another job,

such as :

______________________________________________________________

¨ Capable of progressing after further training and experience.

¨ No apparent limitations.

EMPLOYEE STATEMENT :              I agree ¨           disagree  ¨        with this evaluation

Comments :

 
     
  Employee Date  
  Supervisor Date  
  Reviewing Manager Date  

 

Sumber : PT. Pelita Air Service

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 9

Nilai Kinerja

 Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

Tahun 2001

 

Nomor

Responden

Nilai Kinerja

( Y )

01 23
02 22
03 24
04 25
05 21
06 22
07 23
08 23
09 21
10 20
11 22
12 21
13 22
14 23
15 25
16 24
17 21
18 20
19 22
20 21
21 20
22 20
23 21
24 21
25 22
26 21
27 20
28 22
29 23
30 24

 

                     Sumber : Data Penelitian 2001

 

 

 

 

 

 

Tabel 10

Nilai Kinerja

 Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

Tahun 2003

 

Nomor

Responden

Nilai Kinerja

( Y )

01 24
02 25
03 24
04 24
05 22
06 24
07 23
08 23
09 22
10 22
11 21
12 23
13 26
14 24
15 26
16 23
17 24
18 23
19 21
20 25
21 21
22 21
23 21
24 22
25 23
26 22
27 25
28 24
29 25
30 25

 

                     Sumber : Data Penelitian 2003

 

  1. Analisa Data.

Bagaimanakah pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service dapat diketahui dengan menggunakan Analisa Koefisien Korelasi, Analisa Koefisien Penentu dan Pengujian Hipotesa seperti pada analisa berikut ini :

 

  1. Analisa Koefisien Korelasi.

Analisa koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel apakah positif / searah dan kuat, negatif / berlawanan dan kuat atau ada hubungan tetapi lemah ataupun tidak ada hubungan sama sekali.

Langkah utama yang diperlukan dalam menganalisa data adalah membuat tabel untuk mencari nilai dari :

ΣX; ΣY; ΣXY; ΣX2 dan ΣY2. Setelah selesai maka nilai-nilai yang didapatkan  dimasukkan dan selanjutnya dengan data kedua variabel di atas, penulis membuat worksheet atau lembar kerja seperti yang terlihat  pada tabel 11 berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 11

 Perhitungan Analisa Korelasi

Antara Variabel X dan Y.

Tahun 2003

 

NO X Y XY X2 Y2
01 26 24 624 676 576

 

02 26 25 650 676 625
03 27 24 648 729 576
04 28 24 672 784 576
05 26 22 572 676 484
06 28 24 672 784 576
07 25 23 575 625 529
08 24 23 552 576 529
09 24 22 528 576 484
10 23 22 506 529 484
11 25 21 525 625 441
12 27 23 621 729 529
13 28 26 728 784 676
14 27 24 648 729 576
15 28 26 728 784 676
16 25 23 575 625 529
17 26 24 624 676 576
18 27 23 621 729 529
19 25 21 525 625 441
20 26 25 650 676 625
21 22 21 462 484 441
22 26 21 546 676 441
23 25 21 525 625 441
24 23 22 506 529 484
25 24 23 552 576 529
26 26 22 572 676 484
27 27 25 675 729 625
28 25 24 600 625 576
29 28 25 700 784 625
30 28 25 700 784 625
  775 698 18082 20101 16308

 

Sumber : Hasil Olahan Data 2003

Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel X  ( Pelatihan ) dengan variabel Y ( Kinerja ), maka hasil perhitungan dari tabel tersebut di atas akan penulis masukkan ke dalam rumus Koefisien Korelasi atau Coefficient Of Corelation yang dilambangkan dengan “ r “.

 

Adapun rumusnya adalah :

r   =                 n. Σ Xi. Yi – ( Σ Xi ) ( Σ Yi )

{ n. Σ Xi2 – ( Σ Xi )2 }{n. Σ Yi2 – ( Σ Yi )2 }

 

r  =                 30 ( 18082 ) – ( 775 ) ( 698 )

{30 (20101) – (775)2 }{30 (16308 ) – (698 )2}

 

r  =                542.460 – 540.950

(603.030 – 600.625 ) . ( 489.240 – 487.204 )

 

r  =                1510

2405 . 2036

 

r =                1510

4.896.580

 

 

r =         1510

2212,68

 

r =  0,682

 

  1. Analisa Koefisien Penentu ( KP ).

Analisa koefisien penentu digunakan untuk mengetahui  berapa besarnya kontribusi dari X terhadap naik turunnya Y.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

KP  =  r2 . 100%

KP  = ( 0,682 )2 . 100%

KP  = 0,465 . 100%

KP  = 46,5 % 

 

  1. Pengujian Hipotesis.

Pengujian Hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penulis akan pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service, diterima atau ditolak.

Di dalam membuktikan hipotesis tersebut, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

 

to =      r      n – 2

1 – r 2

 

to =     0,682    30 – 2

1–( 0,682)2

 

to =    0,682     28

1–0,465

 

to =    0,682. 5,2915

0,535

               to =    3,608

0,731

 

               to =    4,94

 

  1. Pembahasan.
  2. Pembahasan Hasil Analisa Koefisien Korelasi.

Adapun hasil analisa koefisien korelasi ( r ) didapat sebesar 0,682 yang menunjukkan hubungan antara pelatihan dengan kinerja adalah positif / searah dan hubungannya cukup kuat, karena nilai r mendekati 1. Hubungan ke arah positif maksudnya adalah pada setiap kenaikan / penurunan pelatihan akan diikuti dengan kenaikan  / penurunan kinerja.

 

 

  1. Pembahasan Hasil Analisa Koefisien Penentu ( KP ).

Nilai koefisien penentu diperoleh dengan cara mengkwadratkan nilai koefisien korelasi ( r ), dengan demikian didapat hasil 0,465, hal ini berarti bahwa besarnya kontribusi pelatihan karyawan adalah sebesar 46,5 %, sedangkan sisanya sebesar 53,5 % adalah dipengaruhi oleh faktor -faktor lainnya.

Adapun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut :

  1.   Tingkat Penghasilan.

Besar kecilnya tingkat penghasilan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja atau produktivitas kerja. Untuk meningkatkan kinerja tersebut perlu dukungan dari beberapa aspek guna kemajuan perusahaan dan peningkatan penghasilan karyawan melalui sistem pengupahan yang sesuai.

  1. Teknologi dan Sasaran Kerja.

Dengan tersedianya teknologi yang lebih maju, diharapkan akan dapat mendukung dalam peningkatan kinerja dan produktivitas. Namun demikian ada sisi negatifnya jika sampai sistem padat modal yang diterapkan, karena akan ada kecenderungan pengurangan  SDM.

  1. Kepemimpinan.

Prinsip manajemen adalah terciptanya efisiensi dan pencapaian tujuan organisasi dalam mengembangkan kemampuan mengelola, aspek partisipasi para karyawan perlu dilaksanakan.

  1. Kesempatan Kerja.

Dengan dipercayakannya kesempatan kerja kepada para karyawan, maka mereka akan lebih mengetahui dan menguasai bidang kerjanya, dengan demikian akan terciptanya kinerja yang diharapkan.

  1. Gizi dan Kesehatan.

Gizi dan kesehatan adalah merupakan syarat bagi tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan. Adanya gizi dan kesehatan yang baik akan meningkatkan daya kerja para pekerja guna peningkatan kinerja.

  1. Motivasi.

Motivasi atau dorongan semangat dari manajemen maupun dari atasan masing-masing, akan sangat bermanfaat buat peningkatan kesadaran dan semangat kerja.

  1. Sikap dan Etika Kerja.

Etika kerja adalah watak dan nilai dari individu yang dinyatakan dalam pekerjaan yang dilakukan . Kerja keras, dan dedikasi  terhadap pekerjaan merupakan pernyataan dari sifat manusia yang dihargai.

  1. Disiplin Kerja.

Disiplin kerja adalah kesadaran untuk taat akan nilai, norma dan peraturan yang berlaku dalam lingkungan kerja. Dengan adanya ketaatan dalam kepatuhan akan aturan dan peraturan yang di terapkan perusahaan, diharapkan para pekerja akan dapat menunaikan tugas-tugasnya dengan teratur dan lancar.  Jika demikian halnya mutu pekerjaan dan target yang diharapkan akan dapat tercapai.

  1. Jaminan Sosial.

Jaminan sosial berupa kualitas yang diberikan perusahaan kepada para pekerja dengan tujuan, agar lebih tenang dan lebih bergairah dalam bekerja yang pada akhirnya adalah peningkatan kinerja.

  1. Lingkungan dan Iklim Kerja.

Lingkungan dan iklim kerja adalah mempunyai peranan penting bagi para pekerja. Dengan adanya lingkungan dan iklim kerja yang baik tentunya akan tercipta suasana yang kondusif, kerja sama yang baik, tidak saling curiga mencurigai, adanya komunikasi yang lancar. Dengan demikian diharapkan semua pihak akan saling mendukung objektivitas perusahaan.

 

Dari perbandingan data pada tabel 12 berikut, terbukti dengan jelas bahwa pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan adalah cukup signifikan. Kinerja karyawan yang sebelumnya hanya memiliki nilai rata-rata 21,97, meningkat menjadi 23.27 setelah digalakkan  pelatihan, atau dengan kata lain ada peningkatan sebesar 5,91 %.

 

  1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis.

Adapun untuk menentukan taraf nyata (  ) beserta “ t ” tabel, dengan derajat bebas ( db ) adalah n – 2.

Sehingga         :  t  =   ( n – 2 )

t  = 0,05 ( 30 – 2 ) à 0,05 adalah  yang dipilih untuk

uji dua fihak ( two tail test ).

t  = 0,05 . 28

t  = 2,048  à Nilai ini didapat sesuai tabel II

 

Adapun  kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

Jika  “ t “  hitung ( to ) lebih  besar  dari “ t “  tabel ( t  ) maka  :

Hipotesis Nol ( Ho ) ditolak dan Hipotesis Alternatif ( Ha ) diterima.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan :

Berhubung to = 4,94 > t  = 2,048, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Ha diterima yang berarti ada terdapat pengaruh antara pelatihan terhadap kinerja.

Hasil pembahasan mengenai analisa statistik  di atas, yang berupa analisa koefisien korelasi, analisa koefisien penentu dan uji hipotesis semuanya menunjukkan adanya pengaruh positif dan searah dari pelatihan terhadap kinerja karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service.

 

 

 

 

 

 

Tabel 12

Perbandingan Kinerja

Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Nomor

Responden

Kinerja

Sebelum Pelatihan

( Tahun 2001 )

Kinerja

Sesudah Pelatihan

( Tahun 2003 )

Kenaikan

Dalam

Persent

( % )

01 23 24 4,24
02 22 25 13,63
03 24 24 0,00
04 25 24 -4,00
05 21 22 4,76
06 22 24 9,09
07 23 23 0,00
08 23 23 0,00
09 21 22 4,76
10 20 22 10,00
11 22 21 -4,54
12 21 23 9,52
13 22 26 18,18
14 23 24 4,34
15 25 26 4,00
16 24 23 -4,16
17 21 24 14,28
18 20 23 15,00
19 22 21 4,54
20 21 25 19,04
21 20 21 5,00
22 20 21 5,00
23 21 21 0,00
24 21 22 4,76
25 22 23 4,54
26 21 22 4,76
27 20 26 30,00
28 22 24 9,09
29 23 25 8,69
30 24 25 4,16
Jumlah 659 698  
Rata-rata 21.97 23,27 5,91

Sumber : Analisa Data tahun 2003

 

Dengan semakin ketatnya persaingan antara bisnis perusahaan penerbangan dan tuntutan para pelanggan yang menginginkan pesawat yang ditumpanginya adalah world class atau kelas dunia, maka mau tidak mau atau suka tidak suka harus berupaya sedapat mungkin agar dapat menyesuaikan sesuai selera para customers. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan penerbangan termasuk PT. Pelita Air Service, maka sudah pasti tidak akan dilirik lagi atau bahkan ditinggalkan oleh para pelanggan.

Guna mempertahankan agar perusahaan tetap eksis, maka PT. Pelita Air Service berusaha meningkatkan pelayanan di segala bidang terutama quality safety dan aircraft reliability atau keandalan pesawat.

Perusahaan menyadari akan weakness atau kelemahannya, apalagi dengan adanya complaint atau keluhan dari pelanggan atau bahkan pernah dinilai gagal oleh karena kondisi perusahaan dianggap below standard bagi consultant / auditor asing antara tahun 1998 – 1999.

Dengan menyisihkan cukup banyak dana sejak awal tahun 2000, PT. Pelita Air Service menempuh beberapa strategi sebagai berikut :

  1. Melaksanakan sendiri program pelatihan atau yang disebut in house training.
  2. Mengikut sertakan para karyawan untuk mengikuti seminar, lokakarya dan kursus-kursus di instansi lain yang berkaitan dengan kegiatan pekerjaan sehari-hari.
  3. Mengirim para karyawan untuk mengikuti kursus-kursus maupun on the job training di dalam maupun di luar negeri.

Selain dari ketiga yang tersebut di atas, pimpinan perusahaan juga melaksanakan strategi lainnya sebagai berikut :

  1. Mendatangkan consultant reputasi internasional guna mengadakan pembaharuan sekaligus dasar utama untuk mendapatkan sertifikat Standar Mutu Internasional atau yang disebut I S O  9000.
  2. Mempraktekkan sendiri akan materi-materi yang diajarkan di bawah pengawasan konsultan.
  3. Melaksanakan Home / Internal Auditing dengan cara sistem silang juga di bawah pengawasan konsultan.
  4. Mewajibkan semua petugas Dinas Tehnik untuk mengikuti “ Human Factor Course “ sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil ( CASR Part 65 Appendix B ) dan surat dari Departemen Perhubungan Udara Nomor : DSKU/1283/PWT/01, tertanggal 23 Agustus 2001.

Terbukti dengan terselenggaranya training atau pelatihan, kursus, seminar dan lokakarya lainnya dapat memotivasi awareness atau kesadaran dan kinerja para karyawan sehingga pada tahun 2000, PT. Pelita Air Service diberi kepercayaan menyandang sertifikat AQS 9000 dan ISO 9002, oleh Badan AQS dan SGS yang bertaraf internasional. Setelah diadakan uji-kelayakan kembali oleh badan tersebut akhirnya PT. Pelita Air Service masih dipercaya menyandang gelar tersebut dengan diperpanjangnya masa berlaku sertifikat dimaksud pada tanggal 25 Juni 2002.

Tanggal 31 Mei 2003, adalah suatu hal yang sangat menakjubkan buat PT. Pelita Air Service, di mana Air Security International menetapkan bahwa PT. Pelita Air Service mendapat nilai kelas 3, satu-satunya operator penerbangan di Indonesia yang kelasnya sama dengan PT. Garuda Indonesian Airways atau juga disebut Indonesian Flag Carier.

Sungguh hal ini tidak pernah diduga sebelumnya karena perusahaan tidak pernah merasa sedang diamat-amati atau dilakukan assessment  oleh Air Security International. Mendengar akan hal ini salah satu perusahaan BP dari Amerika Serikat berniat akan men-charter pesawat PT. Pelita Air Service, jika hasil audit mereka memenuhi standar.

Adapun pada tabel berikut “ Fixed Wing Technical Delay Record Year 2000  dan Fixed Wing Technical Delay Record Year 2003 “ nampak dengan jelas peningkatan Dispatch  Reliability pada tahun 2003 jika dibandingkan dengan Dispatch Reliability pada tahun 2000.

 


Tabel 13

Technical Delay Record Year 2000.

 

 

 

Target

2000

Actual

Cum.

Jul

2000

Jan – 00 Feb  – 00 Marc – 00 Apr – 00 May – 00 Jun – 00 Jul – 00 Aug – 00 Sept – 00 Oct – 00 Nov – 00 Des – 00 REMARKS
  Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev
D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O
RJ 85 100% 100% 100% 0 11 0 9 0 10 0 14 0 10 0 15 0 20                      
F.100 98.50% 99.59% 99.26% 2 700 3 602 4 690 1 655 2 620 2 702 5 675                      
F-50 98.50% 99.30% 99% 0 235 2 240 0 213 3 211 4 255 1 250 1 175                      
F.28 98.50% 99.01% 99.22% 1 320 0 245 1 155 4 200 5 200 3 244 2 255                      
DH.7 98.50% 99.55% 99% 1 240 2 175 0 222 2 199 0 190 0 258 2 280                      
C.212 98.50% 98.95% 96.00% 2 170 1 134 0 150 2 150 1 115 0 200 5 125                      
T o t a l : 99.40% 98.86% 6 1676 8 1405 5 1440 12 1429 12 1390 6 1669 15 1530 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0  

 

Note : Dispatch Reliability  from Jan 1st Until July 2000

 

 

  JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DES
RJ85 16 9.67 20.9 32.4 18.7 17 27.8          
F100 1127 994 1035 981 913 1101 1114          
F50 339 355 322 252 283 286 205          
F28 447 329 271 298 295 356 363          
DH7 189 143 201 148 172 223 245          
C212 197 174 222 187 161 193 142          
TOT 2315 2005 2073 1899 1843 2177 2096 0 0 0 0 0

 

Sumber : Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

 

 

Tabel 14

Technical Delay Record year 2003

        Jan – 03 Feb  – 03 Marc – 03 Apr – 03 May – 03 Jun – 03 Jul – 03 Aug – 03 Sept – 03 Oct – 03 Nov – 03 Des – 03  
  Target Actual Jul   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev   Rev REMARKS
  03 Cum 03 D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O D T/O  
RJ 85 100% 100% 100% 0 13 0 9 0 13 0 18 0 12 0 17 0 22                      
F.100 98.50% 99.73% 99.57% 2 762 3 627 0 703 1 672 2 635 2 717 3 705                      
F-50 98.50% 99.88% 100% 0 258 2 250 0 254 0 227 0 261 0 263 0 183                      
F.28 98.50% 99.11% 99.60% 1 325 0 257 1 185 4 213 5 210 3 251 1 253                      
DH.7 98.50% 99.76% 100% 1 242 1 192 0 232 2 204 0 217 0 270 0 283                      
C.212 98.50% 99.38% 97.46% 0 177 1 148 0 181 2 166 1 116 0 216 3 118                      
                                                         
T o t a l : 99.64% 99.44% 4 1777 7 1483 1 1568 9 1500 8 1451 5 1734 7 1564 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0  

Note : Dispatch Reliability  from Jan 1 st Until July 2003

 

 

      Flight Hours Production Report      
  JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DES
RJ85 17.3 11.3 20.9 32.4 19 17 27.8          
F100 1127 994 1035 981 913 1101 1114          
F50 339 355 322 252 283 286 205          
F28 447 329 271 298 295 356 363          
DH7 189 143 201 148 172 223 245          
C212 197 174 222 187 161 193 142          
TOT 2316 2006 2073 1899 1843 2177 2096 0 0 0 0 0

Sumber : Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

 

Gambar 9

Pilot’s Report Casa 212 Year 2000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TOP 5 PILOT REPORTS JULY 2000  
           
NO ATA NOMENCLATURE RATE
1 34 Navigation     95.60
2 32 Landing Gear   79.60
3 77 Engine Indicating   47.80
4 33 Lights     47.80
5 23 Communication     39.80

 

Sumber : Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

 

 

Gambar 10

Pilot’s Report Casa 212 Year 2003

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NO ATA NOMENCLATURE RATE
1 34 Navigation 91.87
2 32 Landing Gear 56.53
3 77 Engine Indicating 42.40
4 61 Propeller 28.27
5 23 Communication

 

14.13

 

Sumber : Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service

 

Catatan :

Dari 5 ( lima ) Top Pilot Reports / Laporan atau keluhan penerbang pada Mei– Juli  2000, mengalami penurunan secara signifikan pada Mei – Juli  2003.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas terbukti bahwa pelatihan sangat perlu disajikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan. Bagian personalia bekerja sama dengan Seksi Diklat seyogianya konsisten menganggarkan dana demi penyelenggaraan pelatihan secara berkesinambungan.

Adapun program untuk pelatihan minimal 6 ( enam ) bulan ke depan telah disusun oleh Seksi Diklat sesuai schedule dan recurrent dari masing -masing materi yang dibutuhkan perusahaan.

Dalam rangka tercapainya sasaran dan objektivitas perusahaan, maka penyelenggaraan pelatihan senantiasa terus diberikan kepada :

  1. Karyawan yang baru diterima.

Perusahaan menyadari betul akan arti pentingnya program ini, sehingga proses penerimaan pegawai yang baru saja  dipercayakan kepada Universitas Indonesia dan setelah diterima bekerja, langsung diberikan pelatihan  pemula sesuai kebutuhan perusahaan.

  1. Karyawan lama.

Agar tercapai efisiensi dan efektivitas kerja perusahaan, maka sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan keahlian dan bakatnya sehingga mereka dapat bekerja secara efisien dan efektif dalam menjalankan tugas kesehariannya.

 

  1. Karyawan yang akan menghadapi pengembangan perusahaan.

Guna sasaran tersebut diatas, maka penyiapan perimbangan keahlian, keterampilan dari setiap karyawan menjadi keharusan bagi manajemen untuk mengembangkan bakat yang dimiliki karyawan, yaitu dengan jalan memberikan pelatihan juga pengembangan bagi karyawan.

 

B A B VI

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan.

 

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang tercantum dalam bab V, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Pelatihan / training menghasilkan pengembangan karyawan yang diartikan dengan meningkatnya keterampilan dalam bidang tertentu maupun pengetahuan umum dan memotivasi kesadaran akan tugas dan tanggung-jawab serta kepedulian akan aturan dan peraturan yang telah digariskan demi tercapainya  tujuan perusahaan yang lebih efisien.
  2. Berdasarkan hasil perhitungan Analisa Korelasi, diperoleh nilai “ r “ sebesar 0,682, hal ini berarti bahwa hubungan antara pelatihan dengan peningkatan kinerja karyawan di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service adalah kuat dan positif.
  3. Dari hasil perhitungan Koefisien Penentu diperoleh besarnya KP = 0,465 atau 46,5 %, hal ini membuktikan bahwa kontribusi pelatihan terhadap kinerja di Dinas Tehnik PT. Pelita Air Service adalah sebesar 46,5 % dan sisanya sebesar 53,5% adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yakni : Tingkat Penghasilan, Tehnologi dan Sasaran Kerja, Kepemimpinan, Kesempatan Kerja, Gizi dan Kesehatan, Motivasi, Sikap dan Etika Kerja, Disiplin Kerja, Jaminan Sosial, Lingkungan dan Iklim Kerja.
  4. Adapun hasil perhitungan Uji Hipotesis adalah to=4,94 > t=2,048, yang dalam hal ini Ho ditolak dan Ha diterima.

Ha diterima yang berarti ada terdapat pengaruh antara pelatihan terhadap kinerja.

Dari fenomena-fenomena yang ada di tabel dan gambar, terlihat dengan jelas adanya peningkatan-peningkatan setelah pelatihan / training digalakkan, hal dimaksud dapat terbukti pada tabel dan gambar tersebut di bawah ini :

  1. Tabel 12, adanya perobahan kinerja karyawan Dinas Tehnik sebelum dan sesudah pelatihan.
  2. Tabel 13 dan 14, menunjukkan adanya penurunan Technical Delay atau keterlambatan pemberangkatan oleh karena gangguan tehnik dan adanya peningkatan Dispatch Reliability ( on time schedule ) penerbangan Pelita Air Service.
  3. Pada gambar 9 dan 10, terlihat dengan jelas adanya penurunan yang cukup signifikan dari Rate of Top 5 Pilot’s Reports. Dalam hal ini keluhan penerbang akan gangguan / kesulitan yang dialami pesawat selama dioperasikan ada penurunan.

 

  1. Saran – saran.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka  penulis mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Agar manajemen secara konsisten mempertahankan terus kesinambungan pelatihan serta recurrent-nya terhadap semua karyawan, sesuai dengan materi akan kebutuhan perusahaan.
  2. Agar anggaran biaya pelatihan serta biaya tak terduga untuk setahun ke depan senantiasa dianggarkan, dengan demikian program Diklat dapat berjalan terus sesuai program yang telah disusun sebelumnya.
  3. Agar pada setiap pelaksanaan pelatihan, disisipkan materi seperti “ Awareness Improvement In Working “ yang dapat memotivasi kesadaran para peserta akan tugas, tanggung jawab serta haknya.
  4. Agar terus menjalin komunikasi intern secara hubungan vertical / tegak dan secara hubungan horizontal / mendatar.
  5. Agar diupayakan adanya kerjasama tim bagi seluruh lapisan, berada di bawah satu payung berjalan menuju sasaran dan tujuan perusahaan, dengan demikian target perusahaan akan dapat tercapai